x

Iklan

Egy Massadiah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Golkar Airlangga

Ini yang harus dilakukan oleh Golkar Airlangga agar bisa hijrah dari zaman old menuju sebuah era yang lebih kekinian dan bisa diterima oleh milenial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Anda boleh saja menyebut pohon beringin adalah sarang jin bertelur. Akan tetapi Anda tidak boleh lupa, bahwa pohon beringin memiliki nilai sakral seperti halnya pohon bunut, pulai, dan kepuh. Tak bisa dinafikan pula, bahwa beringin adalah simbol Persatuan Indonesia.

Pohon tua nan kokoh peraih 14 juta suara lebih pada Pemilu 2014 itu, tengah galau terhantam badai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tradisi budaya masyarakat adat Samin di Blora – Jepara menganggap, bencana adalah cara alam menyeimbangkan dirinya. Senada dengan petuah pedanda tua di Bali saat Gunung Agung “batuk-dan-berdahak”. Itulah cara kerja Gunung Agung membuat tanah di Bali menjadi lebih subur.

Saya berpendapat apa yang sedang terjadi dalam tubuh Partai Golkar itu juga bagian menuju kebaikan dan keseimbangan baru.

Sebagai kader Golkar saya menyambut semua itu dengan sebutan detoksifikasi membuang racun dan penyakit. Juga menggosok daki agar kinclong dan ujungnya menjadi sehat dan bersih.

Zaman berubah, Golkar mutlak hijrah dari zaman old ke zaman now dengan new brand. Rhenald Kasali menyebutnya dengan shifting. Perubahan dari kertas ke digital. Dari belanja langsung menjadi online. Bisnis model bergeser pesat. Perilaku dan karakter berpolitik pun mengalami perputaran. Termasuk bahasa dan cara berkomunikasi.

Airlangga Hartarto yang diberi amanah memimpin “gerakan detoks” ini butuh dukungan solid dan lingkungan bersih bersama kabinetnya yang baru untuk mewujudkannya. Karenanya penyandang gelar Master of Management Technology (MMT) dari University of Melbourne ini mutlak memberi pembobotan pada empat topik.

Pertama, kalangan muda pemilik zaman; kedua, up-grading strategi media & public relations; ketiga, IT-friendly; dan keempat keberpihakan kepada industri kreatif.

Benar, topik tersebut sudah termaktub dalam tugas pokok kepengurusan sebelumnya. Pada kabinet baru Airlangga, porsinya wajib mendapat ruang besar dan diutamakan. Dengung empat topik strategis ini harus menggema sekaligus terealisasi dalam bentuk karya nyata.

Langkah pertama Golkar mutlak segera melakukan “pengkinian” atau istilah nya “men zaman now kan” beberapa penyebutan nomenklatur struktur dalam kepengurusan terbarunya.

Tak bermaksud tidak menghormati, nama dan istilah yang dibuat para tokoh tokoh pendiri harus direborn dengan bahasa “Now”. Intinya, pesan kepartaian harus sampai kepada kaum millenial dalam kemasan bahasa mereka.

Anak Muda

Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kaum millennial di Indonesia pada 2017 diperkirakan mencapai 86 juta jiwa atau 32 persen dari total penduduk yang sebanyak 261 juta jiwa lebih.

Nah, secara politik, jika dipersentase, 48 persen pemilih pada Pemilu 2019 adalah generasi millennial. Oleh karena itu, Golkar mesti fokus mencermati segmen yang satu ini. Cara mengajaknya tentu dengan masuk dalam “now” nya, termasuk merangkul tatanan aksi dan bahasa komunikasi yang mereka anut.

Mereka adalah “Digital Native”, generasi yang lahir dan tumbuh seiring perkembangan teknologi yang berkejaran pesat. Fakta pun berbicara, banyak kehebatan positif masa lalu Golkar tidak terdokumentasi dengan baik.

Generasi millennial ini mudah mencari apa dan bagaimana Golkar dengan menggunakan mesin google dan terbanyak yang muncrat adalah berita gaduh, negatif, miring, terlebih khusus kasus kasus korupsi yang menimpa kadernya.

Dunia digital yang muncul masif 10  tahun terakhir lebih banyak merekam jejak tidak menguntungkan Partai Golkar. Cara terbaik menghapus semua itu adalah menampilkan karya nyata, keteladanan, perilaku hidup kader yang sederhana, berpihak kepada rakyat dan bebas korupsi.

Media

Komunikasi politik dalam konteks kehumasan, misalnya, saatnya Partai Golkar menggunakan bahasa yang jujur, “to the point”. Jika terjadi sesuatu dalam rumah tangga partai atau pun berdampak pada bangunan maha besar Partai Golkar harus disampaikan secara terbuka. Hindari pernyataan pernyataan ngeles, misalnya “ini dinamika organisasi”, “azas praduga tak bersalah”, “hormatilah proses hukum” dll.

Saatnya elit partai bicara dalam kalimat jujur, apa adanya dan mau menerima kritik bahkan mengakui kesalahan bilamana memang benar adanya. Katakan saja, “karena OTT maka kader kami langsung kami pecat”, “iya benar dia itu kader kami tapi karena terlibat narkoba maka tak ada ruang baginya untuk kami pertahankan”.

Ke depan secara berkala dan rutin Partai Golkar bersama kadernya mulai DPR RI, DPRD Provinsi hingga DPRD Kabupaten Kota menjelaskan apa yang pernah dijanjikan dan dikatakan. Apakah yang dikatakan itu sudah dikerjakan. Dus jujur katakan juga apa yang belum dikerjakan padahal sudah pernah dikatakan.

Kalau pun ada upaya ingin “menambalnya” lakukan dengan transparan dan sampaikan ini ada bekas tambalan namun masih bisa berfungsi seperti sedia kala.

Informasi itu harus ditebar melalui semua kanal sosial media. Intinya masyarakat luas wajib mendapat kabar dari Partai Golkar yang benar, mudah, murah dan cepat.

Golkar tak perlu over pencitraan. Make up sah sah saja tapi ketebalan bedak bisa membuat hantu melampaui wajah setan.

Hukuman bully melalui meme yang menimpa kader dan atau mesti disudahi dengan kejujuran. Keterbukaan informasi adalah kunci komunikasi terutama hal hal yang terkait pembicaraan publik.

Teknologi Informasi

Sebagian besar dari kita pernah bersinggungan dengan WA, FB, Instagram,Gmail, Traveloka, Gojek, Booking.com, Agoda.com dll. Nama nama diatas banyak memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam kehidupan sehari hari.

Nah, terkait sikap IT-Friendly, Airlangga Hartarto yang penulis buku Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia (2004) itu kiranya paham benar, bagaimana mengklaster kader dan masyarakat umum, melalui fasilitas IT yang responsif dan interaktif.

Semua sektor harus terhubung dengan fasilitas IT. Termasuk interaksi sesama kader dan pelayanan publik. Output-nya adalah tampilan partai modern dengan ciri fast response. Tidak lagi terjadi, kader daerah harus menginap bermalam-malam, hanya untuk mendapatkan satu-dua lembar salinan surat keputusan penetapan Pilkada, misalnya.

Saya mendambakan, misalnya suatu siang: Partai Golkar baru saja membuat keputusan dalam rapat pleno di kantor Slipi dan dalam menit yang sama seusai rapat maka hasil keputusan itu sudah ter upload.

Semua PO, Petunjuk Teknis, SK Pilkada dll dengan mudah bisa diakses/didownload pengurus atau pun publik. Biarkan sistem bekerja sebagaimana mestinya melalui perangkat teknologi informasi. Markas Golkar menjadi kantor modern dan profesional.

Orang orang di DPP Slipi hingga kantor Golkar di daerah mutlak melayani. Standarnya profesional, harus senyum, sapa dan responsif. Pengurus tingkatan yang lebih tinggi jika berkunjung ke daerah tak boleh minta dilayani apalagi membebani. Tiket, hotel, ditanggung sendiri. Konteks semacam ini tidak harus membunuh jalinan silaturahim dan kearifan lokal menyambut tamu yang menjadi kekayaan fenomenal negeri ini.

Nomor WA atau semacam hotline dari pusat hingga tingkat kecamatan mesti mudah diakses oleh rakyat. Kalau suara rakyat adalah suara Golkar, maka segala persoalan rakyat yang muncul Golkar lah yang harus menjadi solusi. Semua itu dibuka ke publik sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melayani rakyat.

Pola ini wajib dicopy paste oleh kantor kantor Golkar di semua provinsi dan kabupaten kota. Intinya DPP Slipi menjadi maskot sekaligus teladan. Juga keterbukaan informasi: apa saja yang dilakukan kader partai di semua tingkatan parlemen wajib dibuka ke publik, sepanjang tidak ada aturan hukum yang melarang atau membatasinya.

Melalui budaya memaksimalkan peran IT ini kelak menguntungkan Partai Golkar karena akan memiliki data base dan data mining.

Interaksi melalui teknologi informasi juga mampu meredam perilaku transaksional pragmatis terhadap setiap jenjang pengurus di berbagai tingkatan. Singkat cerita surat atau informasi kepartaian (yang memang semestinya tersebar ke semua pengurus di berbagai tingkatan) bisa didapat/diakses dengan mudah dan real time.

Golkar tak perlu sungkan meminta bantuan kaum profesional yang secara nyata telah berkarya di bidangnya. Sebut misalnya tokoh seperti Rhenald Kasali, Ainun Najib penggagas kawalpemilu.com, Nadiem Makarim bersama anak anak muda di GOJEK, OLX, Tokopedia dll diajaklah urun rembuk sebagai narasumber dan kontraktor profesional dalam rangka mendukung kinerja partai melalui teknologi informasi.

Tentu ada tanggapan bahwa tidak semua wilayah dan rakyat Indonesia berbasis teknologi informasi. Masih banyak yang tertinggal dan terpuruk bahkan listrik pun belum juga mereka nikmati. Benar itu fakta.

Namun Golkar Airlangga tetap harus konsisten memaksimalkan ranah IT ini. Karena pada akhirnya kita semua akan menuju dan berada di dunia teknologi informasi.

Ihwal ini, Jusuf Kalla, Ketua Umum Partai Golkar 2004-2009 pernah berujar, “Mengapa menonton Real Madrid, Chelsea, MU, Barca, lebih menarik dibanding tim sepakbola tanah air? Pemain dengan nama hebat di klub-klub besar, selalu berlari ke mana arah bola akan jatuh.

Sementara sebagian besar pemain sepakbola di negeri ini, berlari ke arah dimana berada, setiba di dekat bola langsung menendang. Akhirnya, bukan bola yang tertendang, tapi kaki lawan. Bahkan terkadang, kaki kawan sendiri kena sepak.

Nah Golkar yang sedang (dan akan sukses) mendetoks dirinya mutlak berlari ke arah dimana bola akan jatuh. Untuk itu diperlukan stamina, kapasitas, dan keterampilan setiap individu pengurusnya.

Industri Kreatif

Dengan mengaktifkan sel sel teknologi informasi seideal idealnya, maka secara otomatis topik industri kreatif menjadi bagian yang tak terpisahkan. Golkar sebagai partai senior harus menciptakan aula besar tempat dan ruang kalangan pelaku industri kreatif. Inkubator inkubator, pendampingan dan juga pengembangan industri kreatif menjadi prioritas utama.

Saya membayangkan Partai Golkar Airlangga Hartarto menelurkan karya karya film layar lebar yang ujungnya menjadi pelecut industri kreatif tanah air. Terbayang juga anak anak muda Golkar menciptakan start up. Pentas pentas komersil atau pun eksperimental semacam show di kawasan Broadway New York. Itulah bentuk karya nyata dari karya ke karyaan yang menjadi roh semangat Partai Golkar.

Di mall mall besar semacam Senayan City, Pacific Place, Grand Indonesia, Tunjungan Plaza Surabaya, Mall Ratu Indah Makassar, semestinya dengan mudah kita temui barang barang merchandise beraroma Golkar.

Semudah menemukan kemeja Formula One, kaos Barcelona, t shirt motoGP, sepatu Nike, tumbler Starbuck atau pun pernak pernik Micky Mouse dll. Merchandise Golkar yang dipajang bersumber dari pemenang sayembara desain misalnya berupa baju, jaket, topi dengan kualitas baik.

Selain berjualan, ditempat yang saya bayangkan berukuran 3 x 4 meter juga tersedia brosur/leaflet baik dalam bentuk print maupun soft copy digital tentang apa dan bagaimana Partai Golkar. Ini bisa menjadi ruang interaksi sekaligus pusat informasi pendidikan politik bagi pengunjung mall. Intinya Golkar wajib berlari ke arahb dimana bola akan jatuh.

Kader Golkar yang berada di pemerintahan pusat mau pun di daerah harus mendorong tumbuhnya pusat pusat kreatif di berbagai tempat. Janji ini tak boleh lagi menjadi pencitraan. Harus fokus, terkawal, terwujud dan menjadi karya nyata. Ada jadwal yang berani diumumkan ke publik sebagai kontrak atas janji tersebut, khususnya di dunia industri kreatif.

Periodisasi

Satu bulan pertama sejak Airlangga Hartarto dan kabinetnya (saya mendambakan kabinet bersih yang langsing dan ramping) disahkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar, wajib hukumnya memecat kader kader partai yang melanggar pasal PDLT (pengabdian, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela). Kemudian memulihkan kader kader yang pernah dipecat akibat perbedaan pandangan dimasa masa sebelumnya.

Untuk memastikan tumbuh kembangnya kaderisasi dengan baik maka kepengurusan Airlangga Hartarto membatasi masa jabatan kader yang duduk di kursi parlemen tiap tingkatan. Contoh seorang kader maksimal duduk sebagai anggota dewan selama 3 periode. Kalaupun masih ingin duduk sebagai anggota dewan maka harus berkiprah pada tingkatan lebih tinggi di atasnya.

Adapun tingkat paling tinggi DPR RI setelah 3 periode berturut turut maka yang bersangkutan legowo tidak mencalonkan diri lagi agar terbuka kesempatan kepada kader kader yang lain. Pengabdiannya di ranah yang lain di luar DPR RI.

Hal yang sama juga untuk jenjang kepengurusan yakni maksimal tiga periode di setiap tingkatan. Kalau pun masih ingin menjadi pengurus maka harus naik ke tingkatan yang lebih tinggi, atau turun tingkat. Semangatnya membuka ruang kepada kader kader lain agar turut mengabdikan dirinya sebagai pengurus.

Akhirnya selamat bekerja untuk Airlangga Hartarto bersama kabinetnya. Karya nyata harus terwujud nyata, bukan lagi dalam deretan narasi dan kumpulan kata kata.

Egy Massadiah, kader Golkar penggiat teater dan industri kreatif

Ikuti tulisan menarik Egy Massadiah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler