x

Iklan

Dewa Made

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menjadi Jomblo Itu Memang 'Ngenes'

Selain menjadi obyek risak skala nasional, menjadi jomblo juga dipandang layaknya aib yang perlu disingkirkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Diteriaki 'jomblo' ternyata bukan lagi sekadar selentingan isapan jempol belaka. Para jomblo akut menganggap bahwa menjadi jomblo adalah aib, apalagi yang tengah berada di usia matang. Menjadi jomblo berada pada stigma tidak laku, culun, atau bahkan anti sosial. Tapi sepertinya orang-orang harus mulai berhati-hati ketika memanfaatkan status jomblo seseorang sebagai bahan bulian. Karena ini bisa menjadi masalah serius.

Seorang pemuda (28 tahun) asal Garut tega menghabisi nyawa tetangganya yang tengah hamil. Semua itu bermula karena pelaku dendam kepada korban akibat sering di risak atas statusnya sebagai jomblo ngenes. Saya yakin niat si Ibu hanyalah bercanda dan berharap sindirannya dijadikan pemicu agar pemuda itu mencari pasangan. Tapi faktanya, modus pembunuhan itu bukanlah perampokan, melainkan murni hanya karena statusnya yang jomblo.

Lain lagi kisah jomblowan asal Pekalongan. Dia nekat mengakhiri hidupnya di umur 27 tahun dengan gantung diri di atap palang dapurnya. Aksi itu diduga akibat dirinya tidak tahan menjomblo berkepanjangan. Terkesan sepele memang, tapi status jomblo ngenes bisa sangat mempengaruhi psikologis seseorang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada Tahun 2016, WHO bahkan mempertimbangkan bahwa seseorang yang tidak mampu menemukan pasangan hidupnya dalam kurun waktu yang lama akan dikategorikan sebagai penyandang disabilitas. Kendati masih diperdebatkan, paling tidak isu soal jomblo ngenes ini telah menjadi perbincangan dunia.

Di Indonesia sendiri, seorang jomblo tidak bisa bersembunyi di manapun. Di dunia nyata, setiap tetangga terus menggempur si jomblo dengan berkata 'Mana pacarnya? Si Ono anaknya udah 2, kamu kapan? dsb'. Di media sosial, beragam status dan meme seputar jomblo masih menjadi bahan candaan yang populer. Meski banyak para jomblo mati-matian membela diri dengan mensugesti bahwa menjadi jomblo juga bisa bahagia, tetap saja, banyak bujang yang tak mampu menahan risak skala nasional itu.

Mungkin, sudah saatnya masyarakat menganggap permasalahan jomblo ini bukan bahan lawakan ringan semata. Cukuplah para jomblo menahan sakitnya tiap malam minggu. Jangan ditambah lagi dengan sindiran-sindiran yang telah mereka sadari itu.

Menganghiri hidup hanya karena menjomblo tahunan, tentu saja langkah yg kurang bijak. Hidup seharunya bisa lebih berharga. Ada banyak di luar sana, dengan segala kekurangan fisik maupun materinya justru memiliki semangat hidup yag tinggi. Jadi, tetaplah semangat Mblo! Mungkin jodohmu belum lahir.

Ikuti tulisan menarik Dewa Made lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler