x

Iklan

Dewa Made

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Yah, Kapan Lagi Bisa Naik Ojek di Jakarta Cuma Rp 1.500

Dengan modal selangit, awalnya sempat berharap Uber akan terus 'mengganggu' tarif ojek tanah air, sehingga biayanya tetap murah bagi pelanggan, tapi.....

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ditopang induk perusahaan bernilai 600an triliun rupiah (pada Tahun 2015), tidak menjamin eksistensi anak usahanya. Uber menggemparkan Asia setelah memutuskan untuk menutup unit usahanya di wilayah Asia Tenggara. Indonesia pun kena imbasnya. Uber sepertinya tidak mampu melawan dominasi perusahaan transportasi online Gojek dan Grab.
 
Uberpun akhirnya memilih untuk dicaplok Grab dibanding Gojek. Sejak 8 April 2018 kemarin, Uber (lewat aplikasinya) meminta pelanggan untuk beralih ke Grab dengan mengunduh aplikasnya.
 
Uber sebenarnya menjadi aplikasi alternatif favorit saya, apalagi ketika dompet sedang kering. Harganya jauh lebih murah dibanding aplikasi pesaingnya. Meskipun jumlah armadanya kalah jauh dibanding Grab ataupun Gojek, sedikit bersabar, pasti akan mendapat driver.
 
Suatu hari saya pernah dibuat terkejut ketika naik Ubermotor. Saya hanya  mengeluarkan duit sebesar 1.500 rupiah, lebih murah dibanding biaya pesaingnya yang mematok tarif sekitar 8-10 ribu rupiah. Bahkan, lebih murah dari sewa angkot yang biasanya hingga 4.000 rupiah.
 
Beda lagi ketika saya mendapat diskon yang berlaku hingga beberapa kali naik. Potongan harga hingga 5.000 ribu rupiah pun sering didapat. Pernah saya naik Ubermotor sejauh 20 km lebih, dan saya hanya membayar 5.000 rupiah saja! Sementara aplikasi lain menawarkan biaya berkisar 20-25 ribu rupiah.
 
Dari segi pelayanan, juga tergolong oke. Desain jaketnya yang tidak ikut mainstream (dominasi warna hijau) terkadang juga memberi kelas tersendiri dan merasa lebih eksklusif.
 
Di balik promonya yang jor-joran dan berkali-kali itu, mungkin Uber global masih kencang menyalurkan modalnya untuk gencarkan promosi. Hanya saja, Uber harus menelan pil pahit, setelah unit usahanya tidak begitu berkembang. Strateginya tidak memapu melawan strategi bisnis yang hijau-hijau itu.
 
Sebenarnya, sempat berharap Uber tetap eksis dengan tarif murahnya yang tidak bohong itu. Karena hal itu akan menjaga tarif atas yang ditentukan pada sistem aplikasi transportasi online. Persaingan tetap dibutuhkan agar konsumen tetap mendapatkan harga terbaiknya. Tapi apa daya, Uber telah kandas. Selamat tinggal Uber.

Ikuti tulisan menarik Dewa Made lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler