x

Iklan

Erina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Magelang dan Revitalisasi Ekonomi Kreatif

Sedikit Catatan Perjalanan dalam Borobudur Writers and Culture Festival 2017 di Magelang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Borobudur mungkin bukan destinasi yang asing bagi kebanyakan dari kita, malah mungkin sudah ke Borobudur berkali-kali. Entah ketika kunjungan sekolah, liburan keluarga, ikut kegiatan Waisak bersama dan pelepasan lampion … Tapi, mungkin pernah juga terbersit atau bertanya-tanya tentang, apa tujuan dibangunnya Borobudur? Kalau memang ukiran-ukiran itu menjelaskan tentang hidup Buddha, dari mana referensi dan adakah sumber yang komprehensif? Begitu banyak ukiran Buddha dan dewa-dewa lain, rupang Buddha (walau sudah tak lengkap, tapi bagi saya tetap memiliki keindahannya sendiri), apa ini merupakan pertanda bahwa Borobudur adalah tempat para Buddha? Magis dan penuh daya pikat, apa yang sebenarnya ingin disampaikan Borobudur?

November 2017 lalu, dalam Borobudur Writers and Culture Festival di Magelang, saya memiliki kesempatan untuk belajar, melihat dari perspektif lain, begitu banyak pengalaman yang membuka mata. Borobudur dan pahatan kisah yang menggugah; sastrawan dan seniman yang luruh dalam satu wadah. Saling berdiskusi dan berbagi mengenai kisah-kisah kebaikan yang terpahat di sana, dan juga tentang perjalanan Sudhana menemui mitra handalnya, yang terukir berdasarkan Gandavyuha, di mana setiap mitra handal yang ia temui ini akan mengajarkannya pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Dari cerita perjalanan Sudhana, kita bisa belajar untuk memiliki keterbukaan hati, punya rasa terima kasih, gigih dan rendah hati. Meneladani sikap hidup Sudhana yang menjunjung kesetaraan dalam hidup bermasyarakat: tidak minder ketika berhadapan dengan yang lebih pintar; tidak sombong ketika berhadapan dengan yang ‘kurang’ dari dirinya. Gandavyuha, yang menjadi tema dari Borobudur Writers and Culture Festival ini membuka wawasan, bahwa nantinya ketika saya menceritakan kepada orang lain tentang hal apa yang terkandung ada di Borobudur, maka ia bukan hanya pahatan batu tempat orang-orang berfoto dan 'checklist' destinasi wisata, melainkan adalah ajaran kebaikan itu sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beruntungnya, Borobudur dikelilingi oleh insan-insan hebat yang tinggal di sekitarnya pula. Desa Salam dan Omah Mbudur, yang kita kunjungi setelah Borobudur Writers and Culture Festival selesai. Pertama kali sampai di sana, kita disambut dengan tarian dari depan gerbang, dan dilanjutkan dengan pertunjukan gamelan. Semuanya begitu hangat, mulai dari senyuman Mas dan Mbak yang lengkap dengan pakaian adat, penampilan seni, hingga gorengan dan teh nya pun hangat!

Semua ini membuat saya sadar bahwa, desa wisata ini menyimpan potensi dan membawa resonansi yang menginspirasi. Sambutan yang hangat, tarian yang gemulai, orang-orang yang bersahabat, visi-misi yang sedang digapai. Teman-teman berbagi tentang revitalisasi ekonomi kreatif dan apa yang telah dan sedang mereka upayakan, mulai dari menggiatkan kampung bahasa inggris, agar yang ada di kampung itu bisa interaksi langsung dengan turis, yang bikin saya 'ngeh' bahwa ini akan membukakan kesempatan bagi banyak orang untuk lebih mengenal kisah-kisah kebaikan di balik Borobudur!

Ekonomi kreatif, ternyata tidak selalu berupa kerajinan tangan, namun juga tekad dan keterampilan untuk menguasai keahlian baru, misalnya bahasa, dan menjadikan itu sebagai mata pencaharian. Tidak heran, kalau ketika sedang berjalan-jalan di Borobudur, akan tampak anak-anak muda yang belajar mewawancarai turis dengan bahasa inggris yang terpatah-patah, tapi sorot mata yang penuh semangat. Ekonomi kreatif, menjadi suluh yang mendetakkan urat nadi ibu pertiwi, karena di sinilah ide-ide anak bangsa yang menyala-nyala, menjadi terang dan manfaat bagi semua. Dan di sana, terkandung juga esensi Home Credit Indonesia, yang memberi pijar-pijar harapan dan kesempatan, mendukung serta memfasilitasi, agar seluruh kebutuhan dan visi-misi lebih cepat tercapai.

Ikuti tulisan menarik Erina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB