“Percayalah, tidak ada yang kebetulan di dunia ini”, statement terakhir di tayangan film Liam dan Laila. Rindu kampung, bangga sebagai gadis minang, itulah kesan saya setelah menyaksikan. Film Liam dan Laila dengan alur cerita yang indah, dibumbui dengan humor, memperlihatkan perjuangan Liam dalam menyatukan cinta nya dengan Laila, seorang gadis minang yang dijaga dengan anggun oleh keluarganya.
Tidak mudah untuk mendapatkan Laila, selain harus menyamakan agama, adat minang yang kental harus bisa diseimbangkan. Pantang menyerah, meskipun berkebangsaan prancis Liam memperlihatkan kecintaannya tidak hanya kepada Laila tetapi kepada islam dan minangkabau. Dalam waktu 30 hari dia harus berjuang mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan demi terucapnya kata “sah”.
Keindahan alam ranah minang yang disuguhkan menjadi cahaya yang mempercantik jalannya kisah mereka. Keputusan untuk menerima Liam bukanlah hasil diskusi Laila dan orang tuanya saja tetapi keputusan satu rumah gadang, kebulatan kata keluarga besar. Meski keras kepala, akhirnya uni naizar yang dituakan di rumah gadang tersebut ikhlas menikahkan keponakannya dengan pria bule karena beliau yakin apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, Allah lah yang paling tau apa yang terbaik untuk hamba –Nya.
So, ingin tau kelanjutan kisahnya? Jawabannya ada di film “Liam dan Laila”
Oleh: Riska Yolanda
CPNS di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Sumber foto : kapanlagi.com
Ikuti tulisan menarik Riska Yolanda lainnya di sini.