Beberapa minggu ini saya membaca lima buku yang sangat menarik karangan Malcolm Gladwell. Ia seorang jurnalis yang pernah bekerja di the Washington Post dan kini penulis tetap di the New Yorker. Kelima buku tersebut masuk daftar buku laris harian The New York Times. Di samping itu saya mendengarkan serangkaian program audionya (podcast) yang diberi judul Revisionist History yang coba memaknakan kejadian masa lalu dengan sudut pandang yang berbeda dan melawan intuisi.
Salah satu hal yang dikisahkan dan diulas Gladwell ada hubungannnya dengan kejadian baru-baru ini di Indonesia. Peristiwa tentang bagaimana orang menerima informasi, mengambil keputusan dan melakukan tindakan bahkan menciptakan informasi untuk membenarkannya.
Pada awal Perang Vietnam, tahun 1964, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) mendirikan kantor di Saigon. Tugas kantor ini mengumpulkan informasi dari para tawanan pejuang Vietnam Utara dan Vietcong. Tujuannya mempergunakan informasi yang terkumpulkan untuk memperhitungkan kemungkinan menang kalah perang yang sedang berjalan. Kegiatan kantor ini dilaksanakan oleh Rand Corporation sebuah lembaga penelitian dan konsultansi yang terkenal dan terpercaya yang terdiri dari para ahli papan atas dalam bidangnya masing-masing.
Kepala kantor di Saigon (sebut saja John) adalah seorang ahli yang lincah bergerak di kalangan pemerintahan Vietnam Selatan dan militer AS. John popular, dipercaya dan berpengaruh. Berdasarkan hasil ribuan wawancara yang terkumpulkan dan dimaknakannya John yakin Vietnam Utara dan Vietcong akan mudah dipatahkan semangatnya dan dikalahkan. Ia mengibaratkan mereka sebagai grombolan anak remaja nakal yang tidak akan tahan melawan gempuran kekuatan militer Vietnam Selatan dengan dukungan kekuatan militer AS yang dahsyat.
Salah seorang perempuan staf kantor itu (sebut saja Nguyen) berbeda memaknakan informasi yang sama. Ia seorang perempuan Vietnam muda yang ikut melakukan ribuan wawancara itu. Nguyen putri walikota di Vietnam Utara semasa jajahan Perancis yang lari ke Selatan untuk menghindari pembalasan pada keluarganya yang dicap sebagai kolaborator penjajah Perancis.
Ia awalnya melakukan wawancara dengan membawa anggapan tentara Vietnam Utara dan Vietcong sebagai kekuatan jahat yang penuh kebencian. Kekuatan yang akan menghancurkan kehidupan keluarganya dan semua yang tidak berpihak pada mereka. Namun pandangannya berubah sesudah melakukan wawancara dengan seorang tawanan perwira Vietnam Utara. Ternyata perwira itu juga punya keluarga dan ia punya keyakinan kuat berjuang untuk masa depan yang lebih baik bagi keluarganya dan masyarakat luas dalam Vietnam yang merdeka.
Pandangan awalnya tentang pihak Vietnam Utara dan Vietcong terbantahkan dan berubah. Pengalaman itu menggoncangkan dirinya. Namun dengan kacamata baru ini ia bisa memaknakan informasi yang terkumpul berbeda dari atasannya. Nguyen sampai pada kesimpulan bahwa ribuan orang yang berkeyakinan teguh seperti terekam dari hasil wawancara itu tak akan mudah bahkan tak bisa dikalahkan.
Seorang pakar lain (sebut saja Mike) di kantor pusat Rand di California juga mempelajari kumpulan informasi yang sama. Ia belum pernah ke Vietnam. Ia menganalisis dan memaknakan ribuan hasil wawancara itu tanpa anggapan awal yang merendahkan pihak Vietnam Utara. Mike sampai pada kesimpulan yang bertolak belakang dengan kesimpulan John. Ia berkesimpulan ribuan wawancara itu menunjukkan bahwa pihak Vietnam Utara dan Vietcong hakul yakin tentang kebenaran perjuangan mereka hingga tak akan mudah dipatahkan semangatnya bahkan tak bisa dikalahkan dengan kekuatan militer semata. Mike menganalisis informasi yang terkumpul itu tanpa pandangan awal yang meremehkan. Tidak seperti John yang beranggapan awal pihak Utara sebagai “gerombolan remaja nakal”.
Kita tahu dari sejarah Perang Vietnam pemaknaan siapa yang dipercaya oleh para pemimpin politik dan jenderal AS dan sekutunya yang melanjutkan perang selama 10 tahun. Perang yang berakibat kesengsaraan dan kematian jutaan korban pada semua pihak. Kita tahu juga betapa benarnya pemaknaan Nguyen dan Mike dari kesudahan Perang Vietnam. Namun mereka tidak didengarkan.
Kasus di atas menunjukkan dinamika hubungan memaknakan informasi, mengambil keputusan dan tindakan. John, Nguyen dan Mike menerima kumpulan informasi yang sama. John memaknakan informasi itu untuk membenarkan anggapan awalnya “gerombolan remaja nakal” yang akan mudah dikalahkan. Nguyen punya anggapan awal negatif yang kuat namun terubah oleh informasi yang diterimanya. Perubahan itu menggoncang dirinya namun ia mampu membiarkan makna objektif muncul dari analisis informasinya. Mike menganalisis informasi itu dengan pikiran yang lebih terbuka dan sampai pada kesimpulan yang sama dengan Nguyen. Dalam kasus ini tidak ada yang berbohong dan dibohongi.
Memang orang cenderung memaknakan informasi untuk membenarkan pendirian, keinginan dan tujuan yang ingin dicapainya. Karena itu orang seperti John-lah yang pemaknaannya mendukung keinginan para pemimpin politik dan para jendral yang cenderung didengar. Sedang pendapat yang tak mendukung seperti pemaknaan Nguyen dan Mike sering diabaikan. Pemimpin yang bijaksana akan mendengarkam ketiganya sebelum mengambil keputusan dan bertindak.
Kisah tindakan pemimpin bijaksana berikut ini diceritakan oleh mentor saya Alm. J. Sadiman. Pak Sadiman sebagai direktur utama PT Irian Bhakti ditugaskan memenangkan hati rakyat Papua untuk pilih NKRI tanpa senjata.
Pada suatu ketika Pak Sadiman mendapat informasi ada sejumlah kepala suku yang bersedia menyatakan kesetiaan pada NKRI langsung pada Pak Harto. Pak Harto datang ke Papua. Namun sebelum turun ke lapangan menemui mereka beliau bertanya apakah aman. Seketaris militer menjawab, terlalu beresiko dan menyarankan Pak Harto tidak ke lapangan. Bisa kita asumsikan saran beliau didasarkan pada informasi intelejen yang dimilikinya dan pasti ia tak berbohong pada Pak Harto.
Pak Harto tentu mempercayai seketaris militernya tapi beliau tidak serta merta (grusah grusuh) menerima dan bertindak melaksanakan sarannya . Beliau juga tidak tanya empat kali pada seketaris militernya untuk meyakinkan dirinya. Sebaliknya beliau bertanya siapa yang punya informasi lapangan terkini. Pak Sadiman menyatakan beliau punya informasi terkini dari seratus mahasiswa yang tersebar di lapangan yang terhubung melalui radio dengan beliau. Menurut para mahasiswa itu situasi aman untuk Pak Harto turun ke lapangan. Pak Harto memutuskan turun ke lapangan dan menerima pernyataan kesetiaan para kepala suku pada NKRI.
Anugerah Pekerti,
California 12/10/2018
2
Ikuti tulisan menarik Redaksi lainnya di sini.