x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sastra dan Sejarah Indonesia

Tiga belas tulisan Henri Chambert-Loir tentang hubungan antara sastra dan sejarah Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Sastra dan Sejarah Indonesia

Penulis: Henri Chambert-Loir

Tahun Terbit: 2018

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Kepustkaan Populer Gramedia

Tebal: ix + 301

ISBN: 978-602-481-090-0


Sejarah ditulis oleh mereka yang menang dan memerintah. Sastra ditulis oleh mereka yang berani. Ketika fakta-fakta kehidupan sebuah bangsa harus dituliskan, maka ada dua cara yang bisa dilakukan. Yaitu menuliskannya lewat teks sejarah atau menuliskannya dalam karya sastra. Bedanya, teks sejarah sering ditulis berdasarkan tafsir si pemenang. Sedangkan sastra seringkali lebih jujur dalam mengungkapkan masalah dan kegelisahan. Dalam buku ini Henri Chambert-Loir (HCL) membahas keduanya.

Bagian pertama buku ini menyoroti sastrawan dan karyanya terhadap tafsir akan sejarah. Karya-karya dan kehidupan sang sastrawan yang dibahas oleh HCL ini menunjukkan bahwa karya sastra adalah dokumentasi pemikiran yang muncul di era dimana penulisnya hidup. Bagian pertama terdiri atas 8 tulisan. Sedangkan bagian kedua, HCL menampilkan beberapa naskah sebagai acuan penulisan sejarah. Bagian kedua berisi bahasan dari 5 naskah.

Pada bagian pertama yang dijuduli dengan Sastra, HCL menampilkan tulisan tentang: (1) Karya dan kehidupan Mas Marco Kartodikromo, (2) Karya dan pandangan Shamsuddin Sallleh, (3) Karya Tahar Ben Jelloun yang meminjam ide dari karya Pramoedya Ananta Toer, (4) Mengapa belum ada sastrawan Indonesia menerima Hadiah Nobel, (5) Sastra Eksil Indonesia pasca-1965, (6) Karya Asahan Alham (Aidit), (6) Daftar pustaka sastra eksil, dan (7) analisis terhadap novel “Pulang” karya Leila Chudori. Jika melihat karya-karya yang dibahas – kecuali artikel kedua tentang karya-karya Shamsuddin Salleh, HCL sepertinya ingin fokus kepada sejarah orang-orang kiri, atau setidaknya tentang hal-hal yang berhubungan dengan putsch 30 September 1965. HCL menggunakan istilah putsch karena menurutnya peristiwa tersebut bukan kudeta, tetapi aksi militer untuk memaksakan kehendak kepada pemerintah (hal. 71).

Artikel-artikel ini membahas pandangan-pandangan para penulisnya tentang jaman yang dilaluinya. Karya-karya Marco adalah tentang ketidak-adilan yang diciptakan oleh penjajah dan pentingnya rasa kesejajaran antara bumi putera dengan orang kulit putih. Dalam novelnya “Student Hijo” jelas sekali bagaimana Marco menempatkan posisinya (bumi putera) terhadap Belanda.

Artikel kedua kurang hubungannya dengan sejarah orang kiri dan para eksil. Karya-karya Shamsuddin Salleh menggambarkan para pejuang yang mendialogkan landasan perjuangannya. Shamsuddin Salleh memilih agama sebagai landasan utama perjuangan. Ia menempatkan tokoh-tokoh yang kalah adalah tokoh-tokoh yang tidak melandaskan perjuangannya kepada agama. Sedangkan tokoh-tokoh yang sukses adalah tokoh-tokoh yang melandaskan perjuangannya kepada agama, atau di saat akhir mendapatkan pencerahan bahwa agamalah yang seharusnya menjadi landasan utama perjuangan.

Pada artikel kelima sampai ketujuh, HCL membahas tentang sastra eksil. Mula-mula ia menampilkan analisis terhadap genre yang dianut oleh kebanyakan penulis yang adalah eksil akibat putsch 30 September 1965 di Eropa. Ia secara mendalam menganalisis karya-karya Asahan Alham (Aidit) – adik kandung Aidit. Berikutnya ia menelaan novel “Pulang” karya Leila Chudori yang mengambil tema kegelisahan para eksil yang ingin pulang. HCL menyimpulkan bahwa dari karya-karya tersebut tidak cukup banyak yang menggambarkan ideologi mereka dalam karya. Karya-karya para eksil kebanyakan bertujuan untuk menyajikan versi sejarah dan sikap historis yang berbeda dengan Orde Baru (hal. 80). Mereka tidak menulis supaya diibakan dan bukan untuk membangkitkan rasa kasihan (hal. 90). Motif utama tulisan-tulisan tersebut adalah identitas para eksil, ditolak oleh pemerintah mereka, dicabut kewarganegaraannya, hidup sebagai individu tak bernegara (hal. 97) dan kerinduan mereka untuk pulang.

Tentang novel “Pulang” HCL mengkritik Leila Chudori karena menghilangkan identitas dari para eksil. HCL merasa penting untuk tetap mempertahankan para eksil dalam novel ini, meski disamarkan. Namun Leila Chudori lebih memilih menciptakan tokoh rekaan dalam novelnya (hal. 167). Leila Chudori pasti mempunyai alasan lain mengapa ia tidak menampilkan sosok utuh para eksil dalam novelnya.

Di bagian kedua, HCL menampilkan beberapa teks yang bisa digunakan untuk memperkaya penulisan sejarah. Ada beberapa teks yang diulas dalam bagian kedua buku ini. Teks-teks tersebut adalah: (1) teks-teks dari abad 19 tentang Bima, (2) Cerita perjalanan Augustin de Beaulieu yang ditulisnya berdasarkan perjalanannya ke Aceh membeli lada, (3) Catatan harian Compte Edouard Errembault de Dudzeele, seorang tantara Belgia pada masa Perang Jawa, (4) Tulisan Jacques Dumarcay tentang Langgar Tinggi di Kampung Pekojan dan (5) Karya Louis Couperus tentang Jawa yang ditulisnya tahun 1900. HCL menunjukkan betapa pentingnya karya-karya seperti ini sebagai sumber sejarah. Meski penting sebagai sumber sejarah, para sejarahwan harus menelaah terlebih dulu kelayakan sebuah karya sebagai sumber sejarah. HCL membahas dengan detail makna dan posisi karya-karya tersebut sebagai sumber sejarah – kekuatan dan kekurangannya.

 

Bagian pertama buku ini sangat mudah untuk dibaca. Sebab pemilihan artikelnya didasarkan kepada tema yang kurang-lebih sama. Kecuali artikel kedua yang membahas tentang pandangan Shamsuddin Salleh tentang nilai-nilai agama dan nasionalisme, keenam artikel lainnya berhubungan dengan tema yang sama. Namun bagian kedua buku ini tema artikelnya sangat beragam. Jika dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya karya-karya sebagai sumber rujukan sejarah mungkin masih bisa dimengerti. Tetapi keragaman geografis dan masa dari artikel-artikel ini membuat saya kesulitan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler