x

Iklan

Deffi Annas

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 Mei 2019

Jumat, 10 Mei 2019 05:20 WIB

Urgensi Pakem Terhadap Kesenian REOG PONOROGO

Reog pakem mulai luntur dari kehidupan masyarakat Ponorogo, dan reog obyok hadir menggantikan reog pakem

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Budaya merupakan sesuatu yang harus dilestarikan agar identitas suatu daerah tetap dikenal oleh masyarakat luar. Indonesia adalah negeri yang dikenal dengan keanekaragamannya. Terdapat ratusan bahkan lebih suku yang mendiami wilayah Indonesia, dimana setiap suku mempunyai kebudayaan dan keseniannya masing-masing. Salah satu budaya Indonesia yang dikenal hingga manca negara bahkan sempat diperebutkan dengan Negara tetangga yaitu Reog . Dilansir dari wordpress.com 2015, Reog merupakan kesenian terkenal asli warisan dari leluhur Indonesia yang berasal dari kota kecil di bagian ujung barat laut provinsi Jawa Timur yaitu Ponorogo. Reog menceritakan perjuangan raja Bantarangin untuk mendapatkan cinta dari putri Kediri. Pagelaran reog biasanya dilakukakan saat peringatan hari lahir Ponorogo, pada saat bulan purnama, festival reog nasiaonal, acara adat dan masih banyak lainnya. Namun akhir-akhir ini muncul kesenian reog kreasi atau lebih dikenal dengan sebutan reog obyok. Reog obyokan adalah reog yang ditampilkan dengan mengakomodasi seni-seni lain, khususnya yang modern, seperti masuknya lagu dangdut dan lainnya. "Reog obyokan itu adalah realitas yang berkembang di masyarakat bawah. Reog obyokan itu kadang mirip kayak campur sari. Pakai lagu-lagu pesanan. Jathil menjadi fokusnya, seperti sinden," kata budayawan asal Ponorogo Dr Sutejo (ANTARAJATIM,2015)
Reog kini telah kehilangan jati dirinya. Reog yang seharusnya menceritakan sebuah cerita tentang perjuangan kini sudah berubah, yang terjadi adalah penyelewengan dan pelanggaran moral. Sungguh ironis, tapi inilah kenyataan yang ada. Pemerintah kabupaten pun seakan tidak peduli dengan hal ini.

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Reog merupakan sebuah cerita tentang perjuangan. Raja bantarangin yang bernama Prabu Klono Sewandono bersaing dengan Raja Singo Barong yang sama-sama menginginkan cinta putri kediri yang bernama Dewi Songgo Langit. Namun puti kediri memiliki persyaratan yang sangat berat, namun kedua raja ini tetap gigih, tetapi raja singo barong melakukan banyak kecurangan sehingga terjadilah pertempuran antara raja Klono Sewandono dan pasukannya dengan Singo Barong dan burung meraknya. Pertempuran di menangkan oleh raja Klono Sewandono yang jujur dan terciptalah suatu kebudayaan yang bernama Reog yang dipersembahkan kepada Dewi Songgo Langit. Dalam kesenian reog terdapat tokoh-tokoh yaitu, Prabu Klono Sewandono, Dewi Songgo Langit, Jathil yaitu pasukan 100 kuda kembar, Warok yaitu gemblaan atau pria gagah , Bujang Ganong (pasukan Prabu Klono Sewandono), dan Dadak Merak ( Singo Barong dan Meraknya). Seperti itulah kesenian reog menurut pakem yang sebebnarnya. Setiap tokoh memiliki busana dan riasan wajah khas yang mencerminkan kakarter dari masng-masing. Setiap gerakan yang dilakukan juga memiliki arti. 

Namun sekarang reog sudah kehilangan pakemnya. Sekelompok masyarakat telah mengubah kesenian reog yang memiliki nilai rohani yang tinggi menjadi kesenian yang hanya untuk bersenang-senang saja. Kesenian Reog kini menjadi ajang mabuk-mabukan dan unjuk kemolekan para jathilnya. Jathil yang seharusnya memakai kostum pakem dan menggunakan eblek kini berubah memakai kebaya yang ketat dan transparan dan tidak mengenakan eblek. Gerakannya pun sudah berbeda yang seharusnya energik karena menggambarkan seekor kuda yang berperang melawan singo barong kini gerakannya lemah gemulai dan berlenggak lenggok di depan pembarong. Tak jarang, para jathil menari dengan penononton untuk mendapatkan saweran. Bahkan yang paling parah akhir-akhir ini muncul jathil cilik yang masih berusia diwabah 6 tahun yang berlenggak-lenggok di depan pembarong sama seperti halnya jathil dewasa. Selain itu sering kali terjadi adu fisik antar penonton maupun pemain untuk mendapatkan tarian dari jatil

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Reog obyok yang sudah tidak mengenal pakem ini, tentu saja menimbulkan dampak yang buruk baik untuk pelaku maupun masyarakat yang menyaksikan . Selain karena kondisi mabuk yang menyebabkan mereka setengah sadar, gerakan dan pakain yang dikenakan jathil juga menggugah nafsu laki-laki. Tak jarang terjadi pelecehan seksual pada jathil mulai dari disentuh payudaranya dengan sengaja, dicium, bahkan digendong dengan paksa oleh lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya. Jathilnya pun sering dianggap sebagai orang nakal di kalangan masyrakat. Selain itu, untuk jathil yang masih dibawah umur keadaan dengan emosi yang seperti itu tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan dan pola pemikirannya. Sedangkan dampak yang dirasakan oleh masyarakat yaitu keresahan yang dirasakan saat terjadi keributan, selain itu masyarakat yang masih dibawah umur juga ikut menyaksikan adegan yang seharusnya belum boleh disaksikan karena akan mempengaruhi perkembangan pola piker mereka.

Namun masyarakat memilih reog obyok bukanlah tanpa alasan. Zaman yang semakin berkembang, kebutuhan hidup yang semakin meningkat, sulitnya mencari pekerjaan, serta masyarakat milenial yang tidak tertarik dengan kesenian adalah alasan mengapa reog obyok tercipta. Faktanya, dengan adanya perubahan pada musik dan tarian jathil masyarakat lebih tertarik untuk menyaksikan reog. Dengan demikian uang yang didapat dari tanggapan juga lebih banyak.

Melihat banyaknya hal buruk yang terjadi, apakah pagelaran reog obyok masih bisa dikatakan melestarikan budaya? Memang masih ada unsur budaya, namun melihat banyaknya hal buruk yang terjadi maka perlu dilakukan pengembalian pakem pada kesenian reog ponorogo. Pengembalian pakem bertujuan untuk mengembalikan reog pada cerita dan nilai rohani yang seharusnya dan juga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada pemain maupun masyarakat. 

Seharusnya pemerintah daerah lebih memperhatikan kesenian reog obyok ini. Mengingat banyaknya hal buruk yang terjadi , seharusnya pemerintah daerah memberlakukan peraturan yang tegas tentang tanggapan reog obyok ini, karena suatu saat bisa saja obyok akan mengalahkan pakem dan kesenian reog yang sebenarnya akan hilang. Pemerintah juga harus lebih memperhatikan kebutuhan pendidikan masyarakatnya dan juga memperbanyak lapangan kerja.

Ikuti tulisan menarik Deffi Annas lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB