x

Iklan

Isna Amini

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 Mei 2019

Jumat, 24 Mei 2019 18:31 WIB

Selamat Untuk Demokrat, Terima Kasih Untuk AHY

Dengan menolak politik identitas dan menyerukan rekonsiliasi bangsa, Demokrat sudah lulus ujian sejarah Pemilu 2019

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melalui tulisan ini izinkanlah saya mengucapkan selamat untuk Partai Demokrat. Partai besutan SBY ini sudah lulus ujian sejarah Pemilu 2019. Demokrat gak tergoda untuk main politik identitas meskipun situasi Pemilu 2019 sangat mendukung.

Meskipun gara-gara mendukung Prabowo, Demokrat kecipratan stigma politik identitas yang bikin suara Demokrat turun pada Pileg kali ini, tapi bagi saya, Demokrat tetap juara.

Bagi saya, main politik identitas itu ngeri banget. Soalnya bisa berujung rusuh. Saya pernah lama tinggal di Ambon. Saya dengar langsung bagaimana bahayanya konflik SARA. Teman-teman saya pada cerita bagaimana hancur-leburnya kampung halaman mereka gara-gara konflik agama. Bukan cuma bangunan-bangunan yang hancur, tapi keluarga mereka banyak yang meninggal. Kehidupan mereka porak-poranda. Sulit sekali untuk bangkit habis konflik itu. Ketemu orang beda agama bawaannya kesal. Alhamdulillah, sekarang toleransi di Ambon sudah bagus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Makanya, saya respek sama Demokrat yang konsisten menolak politik identitas. Meski gara-gara itu Demokrat harus dibully habis-habisan sama buzzer-buzzer PKS. Demokrat sampai difitnah macam-macam. Malah ada yang sampai memalsukan nama sahabat nabi, syuhadah Perang Uhud, cuma buat ngebunuh karakter AHY.

Saya juga angkat topi sama AHY yang konsisten ngomongin rekonsiliasi bangsa. Serasa lihat SBY zaman masih muda. Ya, SBY dulu pernah jadi Menkopolkam zaman Megawati. Waktu itu SBY jadi ujung tombak dalam mengobati luka-luka akibat konflik SARA di Indonesia. Demi merawat perdamaian, SBY sering banget turun ke  Sampit, Sambas, Poso sampai Ambon. SBY ketemu banyak tokoh-tokoh lokal, bikin dialog lintas tokoh.

Sama kayak AHY hari ini. sejak awal, AHY sudah mengingatkan bahaya polarisasi bangsa. Lalu, AHY menyerukan pentingnya rekonsiliasi. Dua wacana ini terus AHY omongin di setiap pidato politiknya selama kampanye kemarin.

Habis pemungutan suara, AHY kembali mengingatkan pentingnya rekonsiliasi. Sebagai contoh, AHY sampai berani terima undangan Jokowi, juga hadir di silaturahmi politisi muda di Bogor. Padahal dia paham, bakalan dibully habis-habisan gara-gara hal ini. Toh, AHY jalan terus.

Sekarang saya pikir kita sudah sama-sama lihat kalau yang SBY, AHY dan Demokrat serukan itu benar adanya. Rusuh Jakarta kemarin jadi bukti. Gara-gara elit politik yang kemaruk kekuasaan, Indonesia berduka. Kerugian material yang konon sampai triyunan rupiah itu gak sebanding dengan ratusan orang terluka dan nyawa beberapa anak bangsa yang gugur. Kalau seandainya elit-elit politik mau dengar apa yang disampaikan SBY, AHY dan Demokrat pasti ceritanya bakal beda.

Nasi sudah jadi bubur, tapi bukan berarti gak ada yang bisa kita lakukan. Kita bisa mulai melakukan rekonsiliasi sosial. Tak perlulah kita tergantung pada elit-elit politik yang masih ribut-ribut Pilpres itu. Kita mulai saja dari lingkungan terdekat kita, keluarga, tetangga, dan komunitas kita. Karena rusuh Jakarta tempo hari sudah membuktikan, ketika terjadi apa-apa, elit politik ini bisanya cuma salah-menyalahkan.

Ikuti tulisan menarik Isna Amini lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu