Judul: T[w]itit!
Penulis: Djenar Maesa Ayu
Tahun Terbit: 2012 (Cetakan kedua)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: vii + 99
ISBN: 978-979-22-7967-2
Ini adalah buku karya Djenar Maesa Ayu pertama yang saya baca. Saya mendapatkannya saat singgah di Bandara Sepinggan, yang saat ini sudah berganti nama menjadi Bandara Haji Muhammad Sulaiman. Buku itu saya comot dari gerai buku murah di sudut salah satu café. Aku mendapatkannya dengan harga 3 seratus ribu. Sebagai seorang penggemar karya-karya sastra yang ditulis oleh penulis perempuan, saya agak terlambat mencicipi Djenar Maesa Ayu.
Buku ini berisi 11 kisah pendek yang bercerita tentang tokoh bernama Nayla. Namun tokoh ini berbeda-beda kisah hidupnya dari satu artikel ke artikel lainnya. Ada Nayla yang saat kecil diperkosa pacar ibunya, ada Nayla yang saat kecil ditinggal mati ayahnya, ada Nayla yang sedang berpacaran dan Nayla-Nayla lainnya. Hampir semua cerita tentang Nayla adalah kisah kelam. Kisah hidup seorang perempuan yang tersia-siakan namun tetap memiliki semangat untuk melanjutkan hidupnya.
Bagi saya buku tipis ini lebih layak disebut sebagai sketsa daripada sebuah karya utuh. Djenar Maesa Ayu seakan sedang membangun karakter dan kisah si Nayla untuk nantinya dituangkan dalam novel panjang. Adalah biasa seorang penulis untuk menuangkan gagasan-gagasannya dalam sebuah tulisan pendek, supaya suatu saat bisa dirangkai menjadi sebuah cerita yang lebih utuh.
Namun demikian - meski ditampilkan sebagai sketsa-sketsa pendek, setiap tulisan tuntas sampai selesai. Tidak menggantung. Sketsa-sketsa tersebut bisa dinikmati sebagai sebuah cerita utuh. Tak usah berupaya untuk menyatuhan kesebelasan tersebut. Sebab sesungguhnya kesebelas cerita tersebut memang berdiri sendiri, meski berpusat pada tokoh yang sama – NAYLA.
Seperti yang pernah saya dengar dari teman-teman yang lebih dulu menikmati karya Djenar Maesa Ayu, saya juga mendapati bahwa Djenar tanpa tading aling-aling menuliskan kisah dan kata-kata yang dianggap tabu oleh kebanyakan orang. Judul buku ini saja, jika huruf W dalam [] kita hilangkan akan menunjuk kepada alat kelamin laki-laki. Memang keterus-terangan ini adalah ciri khas Djenar dalam menuang karya.
T[w]itit memang selalu bikin masalah.
Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.