x

Pendidikan Kader Dasar Ansor dan Pendidikan Pelatihan Dasar Banser

Iklan

Eko S. Nurcahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 Juli 2019

Rabu, 17 Juli 2019 19:28 WIB

Uji Kader dan Reorientasi Gerakan Ormas Islam NU

Konsep dan strategi dari program kerja organisasi sosial kemasyarakatan harus selalu ditinjau dan disempurnakan agar sesuai dengan tuntutan zaman. Kejelian melihat tantangan dalam merumuskan rencana dan rincian aksi mutlak diperlukan guna menjaga relevansi dengan perkembangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perjalanan sebuah organisasi termasuk didalamnya adalah organisasi sosial kemasyarakatan (Ormas) sebagain atau seluruhnya tunduk pada tahap-tahap hukum life cycle (daur hidup). Istilah ini lengkapnya adalah product life cycle dikenal lama sebagai hukum besi dalam ilmu manajemen terutama manajemen bisnis. Artinya kurang lebih bahwa kehidupan produk atau lembaga mengikuti aturan siklikal mulai lahir lalu tumbuh terus mencapai puncak kemudian menurun dan berakhir atau mati.

Dalam dunia bisnis status mati (collaps) adalah keniscayaan bila produknya sudah tidak eksis lagi di pasaran.  Bila posisi pasar yang lemah dalam persaingan tersebut berlangsung terus-menerus akan membuat korporasi tidak lagi mampu menutup kerugian sehingga menyulitkannya turut ambil bagian dalam percaturan bisnis.

Terdengar kejam dan terkesan syu’ul adab (kurang ajar) menyematkan nalar siklus kematian suatu produk atau korporasi kepada satu organisasi massa yang dikenal sangat mengakar dan terbukti mampu bertahan lama bahkan sampai berbilang abad seperti NU atau Muhammadiyah dan ormas besar lainnya sebagai misal. Tetapi baiklah saya akan mengajak pembaca untuk menganggap ini hanya sebagai bahan renungan bersama saja. Bukan bermaksud merilis narasi yang akan menjadi bola panas karena jika menyangkut  satu atau beberapa lembaga besar nan melegenda bisa dipastikan akan menimbulkan illfill secara kolektif anggotanya.  Karena itu perlu penulis jelaskan pola kerja hukum product life cycle dan juga institution life cycle secara proporsional sebelum masuk pada bahasan utama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Daur Hidup Organisasi

Fase-fase pada  institution life cycle jika diterapkan pada sebuah lembaga adalah fase kemunculan yang didasari adanya kebutuhan dari masyarakat. Bila terbukti mampu memberikan bermanfaat maka lembaga itu tumbuh dengan memperluas area kerjanya sampai pada suatu titik puncak yang umumnya disebut masa kejayaan. Setelah menikmati masa keemasan situasi zaman berubah berkorelasi kebutuhan masyarakat ikut berubah. Kurang tanggap pada perubahan ini menyulitkan organisasi untuk tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat. Inilah yang disebut fase kemunduran akibat irrelevansi institusi dengan kebutuhan mendasar masyarakat.

Akhirnya  jika kemandekan terus berlanjut akan menempatkan organisasi pada dua pilihan untuk bertransformasi atau membubarkan diri. Pernah pada suatu era yang telah lampau kita sering dapati keberadaan ormas-ormas besar yang  hanya sekedar menjadi organisasi papan nama. Bahkan lebih sinis  lagi para santri mengistilahkan lembaga besar tersebut dengan sebutan la yamutu wala yahya yang dipleset artikan ora mutu ora gaya. Inilah yang saya maksud dengan ironi berupa irrelevansi keberadaan ormas berhadapan dengan karakteristik tantangan dan esensi kebutuhan zaman.

Life cycle jelas berlaku pada produk-produk layanan unggulan dari organisasi sosial kemasyarakatan (Ormas).  Sudah jamak kita ketahui bahwa setiap organisasi yang sehat tentu memiliki serangkaian program kerja sebagai instrumen organisasi untuk memberikan kemaslahatan masyarakat. Aneka program sektoral dalam susunan program kerja hasil musyawarah kerja (Muker / Raker) akan diimplementasikan melalui kegiatan organisasi untuk memperoleh respon balik dari masyarakat sebagai target pelayanan.

Bermula dari sinilah hukum product life cycle bekerja yang pada fase pertumbuhan dan lamanya fase kejayaan sangat tergantung dari kreativitas konseptornya dan kepiawaian beradaptasi para eksekutornya. Jika para pelakunya pintar berinovasi sehingga selalu relevan dengan kebutuhan masyarakat maka program-program kerja unggulan organisasi akan selalu dinantikan masyarakat. Demikian pula sebaliknya bila para pemangku tugas kurang dalam inovasi untuk memperkuat content pelayanan maka nasib program tersebut biasanya hanya akan menghiasi acara seremonial upacara pembukaan saja.

Saya berharap dengan pemahaman yang baik akan satu aspek ini akan menjadi salah satu bahan pertimbangan para pengurus organisasi sosial kemsyarakatan (ormas) untuk selalu mempertajam visi agar diperoleh aneka program yang nyambung dengan kebutuhan dasar masyarakat saat ini maupun kebutuhan ke depan. Serta tak kalah penting untuk selalu memikirkan peningkatan kapasitas dan kapabilitas kader penggeraknya agar selalu mampu menerjemahkan substansi program ke dalam aksi sosial yang kreatif-inovatif dalam isi maupun cara. Tentu dengan maksud untuk menjadikan induk organisasi besar dan tambun tetap bisa adaptif dan responsif terhadap perubahan cepat zaman dan kebutuhan masyarakat.

Uji Kader

Kehidupan Ormas sangat tergantung pada tingkat kemampuan menjalankan fungsinya sebagai the benefits excellent provider yang artinya penyedia dan pemberi aneka kemanfaatan dan kemaslahatan anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Untuk mampu menjalankan fungsi utama tersebut tentu membutuhkan banyak kader unggul sebagai eksekutor atau pelakunya di lapangan. Oleh sebab itu kaderisasi menjadi sangat vital bagi kelangsungan hiidup organisasi di masa sekarang maupun masa mendatang.

Kadang banyak ditemui bahwa para pengurus ormas memaknai kaderisasi hanya sebatas memberikan ceramah tentang platform, struktur dan bagaimana membentuk pengurus organisasi jenjang di bawahnya. Atau paling jauh membuatkan surat mandat kepada salah satu atau beberapa anggota atau utusan untuk mengikuti suatu pendidikan pelatihan (Diklat) reguler ormas di lokasi tertentu. Cukup lumayan bila kemudian ada tambahan latihan semacam Bimtek (Bimbingan Teknis) dan Work Shop (Loka Karya) yang sifatnya lebih teknis dan khusus bagi beberapa anggota.

Tidak sepenuhnya keliru memang pemahaman seperti itu. Akan tetapi menjadi kurang efektif untuk peningkatan performance organisasi jika semua berhenti sampai disitu tanpa upaya tindak lanjut. Upaya ini yang saya maksud adalah semua upaya tindak lanjut yang diberikan kepada para anggota atau kader yang telah selesai (pass) mengikuti aneka diklat dan bimtek.

Menurut hemat penulis tindak lanjut pertama adalah memberi ruang aksi berupa mandat kepada lulusan diklat-bimtek (trainee) untuk menangani beberapa tugas ad hoc sebagai salah satu bentuk uji kader. Karena sifatnya yang ad hoc (terbatas dan sementara) memiliki ciri khas yang mudah untuk segera dilihat dan diukur hasilnya. Selain itu karena sifat kesementaraannya tugas ad hoc tersebut bisa segera digantikan oleh kader-kader yang lain sebagai uji kader bagi anggota yang lain.

Tindak lanjut berikutnya adalah sesuai kekhususan diklat-bimtek-loka karya yang diterima para kader tertentu maka perlu dibuatkan badan semi otonom permanen yang menjadi organ tambahan sebagai the high impact center unit (unit kerja penuh daya ) atau service centre unit (unit layanan) sesuai keahlian kader pengelolanya. Unit-unit badan semi otonom ini diberi kesempatan berkembang seluas-luasnya sejauh masih dalam kendali kebijakan umum induk organisasi.

Selanjutnya para kader yang sudah terbukti sukses menjalankan tugas sektoral melalui badan-badan semi otonom mulai diikutsertakan dalam  pembahasan-pembahasan strategis organisasi tingkat pimpinan (pengurus harian). Dengen cara seperti itu kaderisasi memasuki fase tahap akhir dalam pola kaderisasi bertahap dan berjenjang yang dilaksanan dengan ketat guna menjamin supply kader untuk level pengurus harian.

Model kaderisasi seperti diatas yakni kaderisasi komprehensif melalui beragam uji kader diberbagai lini memungkinkan organisasi tak akan lagi miskin kader pimpinan yang handal dalam menciptakan dan menjalankan program-program unggulan. Dan dalam waktu yang sama dengan adanya kompetisi internal akan melahirkan peningkatan mutu program dan intensitas layanan kepada masyarakat. Eksistensi organisasi pun semakin kukuh ditengah kehidupan publik yang semakin kompleks kebutuhan dan tantangannya.

 Orientasi Ke Basis dan Masyarakat

Untuk dapat mengawal dan memelopori transformasi sosial ke arah peningkatan mutu di segala sektor kehidupan masyarakat para kader ormas perlu mengubah orientasi dengan lebih menambah kehadiran ke basis. Harap diketahui bahwa hampir semua aktivitas organisasi massa besar sejauh ini lebih banyak pada aspek seremonial dan unjuk keberadaan (show of force). Setelah struktur organisasi sangat lengkap dan postur organisasi mencukupi untuk berkhidmah secara riil, maka perlu dibentuk unit-unit advokasi yang langsung bekerja di jantung kehidupan masyarakat.

Sebagai salah satu contoh, nyambung dengan kebijakan politik pemerintah yang  lima tahun terakhir ini memberi perhatian cukup besar kepada masyarakat desa. Melalui gelontoran sejumlah besar dana per desa maka kesempatan besar itu harus diambil dengan memperbesar keterlibatan para kader untuk berperan lebih banyak dalam mengantarkan posisi masyarakat desa saat ini menuju masyarakat berkemajuan (developed society).

NU (Nahdlatul Ulama) sebagai salah satu organisasi besar penopang kehidupan sipil bangsa perlu selalu meningkatkan determinasinya melalui peran signifikan beragam organisasi badan otonomya dalam percepatan perwujudan masyarakat dan bangsa yang maju. Badan otonom NU yang jika dibaca dalam dokumen resmi organisasi berjumlah lebih dari dua puluh mulai Muslimat NU, GP Ansor, Fatayat,IPNU, IPPNU, Maarif NU, Pagar Nusa dan seterusnya. Jadi sebenarnya sangat lengkap dalam spektrum garapan sosialnya.

Indeks kinerja sosial organisasi raksasa NU  akan meningkat bila kaderisasi menghasilkan lapisan kader visioner berkarakter lapangan dan berorientasi kerja. Inilah yang saya maksud kaderisasi sebagai bagian upaya serius menjaga relevansi organisasi guna mensiasati bekerjanya  institution life cycle dan product life cycle. Sehingga sebagai Ormas Islam terbesar besar di negeri ini akan terus mampu bertahan menjalankan peran kesejarahannya hingga waktu tak terbatas.***

 

Eko S. Nurcahyadi, aktivis dan pengurus Ormas Islam di Jawa Tengah.

Ikuti tulisan menarik Eko S. Nurcahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB