Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Ketika belajar di tingkat sarjana, Rob memperoleh pengalaman dalam menjual sepatu di Tom McAn, bekerja toko kartu Hallmark dan melakukan pekerjaan-pekerjaan serupa. Dia sudah terbiasa mengambil 18 unit perkuliahan dan bekerja 30 jam dalam seminggu. Dia memerlukan uang, tetapi dia juga menikmati pekerjaannya. Rob juga terlibat dalam peran kepemimpinan pada kegiatan-keguatan kampus.
Kita membutuhkan optimisme, dengan optimisme kita akan menggapai kemajuan, mengejar ketertinggalan, menggetarkan yang tak pasti, mewujudkan yang terlihat sulit untuk diatasi. Kalimat-kalimat motivasi seperti di atas kerap kali disampaikan dalam berbagai redaksi, tapi inti pesannya sama. Diucapkan mulai dari pejabat negara, eksekutif perusahaan, pegiat start up, akademisi, motivator, aktivis, dan tentu saja: lewat tulisan di media ini. Kenapa harus membicarakan 'optimisme'? Apakah optimisme itu selalu baik dan kita perlukan? Dan bagaimanakah perannya dalam mengatasi krisis yang kita alami saat ini?
Dini hari masih begitu muda kala itu. Mata-mata terkatup dalam tidur yang nyenyak. Mereka semua menutup hari dengan cara yang biasa. Menyangka akan terlelap dalam senyap dan esoknya akan kembali menjalani kehidupan seperti kemarinkemarin. Tapi, takdir berkata lain. Mudah saja bagi-Nya untuk memerintahkan bumi berguncang. Guncangan yang tercatat 6,2 SR itu meruntuhkan bangunan-bangunan yang berdiri kokoh. Membangunkan dengan paksa dan membuat orang-orang tumpah ruah ke jalanan. Rumah-rumah bukan lagi menjadi tempat yang aman.
Gadis kecil itu belum lagi genap berusia lima tahun, tapi ada hal 'menarik' yang membuat tangisnya pecah kala itu. Orang tuanya mengajaknya keluar rumah, namun terlupa untuk melengkapi pakaiannya dengan sebuah jilbab mungil yang memang biasanya ia gunakan. Si kecil menolak dengan terang-terangan, air matanya mengalir deras, tak ingin beranjak sebelum jilbab itu dipakaikan untuknya. Masyaallah... Perkara menutup aurat yang sejatinya belum ia pahami dengan landasan ayat apalagi tafsir, ternyata bisa menjadi sesuatu yang ringan saja untuk dikerjakan, bahkan mengusik hati tatkala ditinggalkan, saat kemudian fitrah keislaman itu terjaga dengan pembiasaan.