Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Mengendalikan pandemi, jelas-jelas tidak mudah. Juga tidak murah. Pada aspek pendanaan, butuh ribuan triliun. Sangat mahal. Namun, menyelamatkan nyawa warga negara adalah hukum tertinggi, tiada yang lebih mendesak dan penting kecuali hal itu. Apapun wajib ditempuh, termasuk kalau harus menarik utang dalam jumlah besar untuk membeli vaksin. Dan vaksinasi untuk menyelamatkan rakyat.
Ibarat akan terjadi hujan badai, Indonesia telah memiliki payung yang lebar dan kuat. Bahwa pasar keuangan domestik bakal terpapar percikan kebijakan moneter Amerika, itu sulit dihindari. Namun dengan payung yang memadai, perekonomian nasional—utamanya nilai tukar rupiah—akan lebih tahan banting kala dihantam kebijakan The Fed. Rasa-rasanya, cerita tentang kesetrum taper tantrum sebagaimana terjadi di 2013 silam tidak bakal terulang kembali.
Alergen berupa narasi utang yang diprovokasikan para netizen oposisi itu dapat dikonversi menjadi alergi. Kenapa, karena kurangnya pengetahuan tentang tata kelola keuangan negara. Defisit pengetahuan tersebut telah nyata-nyata dimanfaatkan mereka yang kaya muslihat, siasat, dan kepentingan. Minus pandangan itu pula yang dirayakan para pembenci, dengan menjadikan yang awam sebagai objek, target, dan mangsa.
Kritik atas kebijakan utang pemerintah tidak terjadi di ruang hampa. Terdapat serangkaian kepentingan di luar urusan kesehatan perekonomian. Teramat kentara biasnya. Maka, perlu dilakukan identifikasi mengenai motif militansi mereka menggoreng isu ini sampai gosong.