Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Setelah melalui perjuangan yang cukup sengit, akhirnya Apip dinyatakan Naik Kelas. Tak lama setelah yakin Apip dinyatakan naik kelas, kutemui Apip dan keluarga. Ekspresi gembira terlihat dari raut wajah Apip, ibu dan kakaknya yang ada saat itu. Ucapan terimakasih kepadaku tak hentinya diucapkan. Tak berhenti sampai disitu perjuanganku. Aku masih harus mengurus dan memfasilitasi Apip sampai lulus SD. Setiap hari Apip kerumah untuk belajar, kulaporkan kegiatan pembelajarannya kepada walas barunya di kelas VI. Buku tulis, pulpen dan alat tulis lainnya bahkan buku tema ku siapkan untuk Apip belajar. Ku jamu dengan segelas susu dan makanan ringan yang mungkin jarang sekali Apip temukan. Setiap selesai belajar dirumahku, kuberi beberapa rupiah uang saku untuk jajan. Tidak seberapa tapi cukup memotivasi Apip. Ucapan terimakasih tentunya Apip ucapkan. Hampir setahun Apip bersamaku, sudah seperti anak sendiri. Sekarang Apip sudah menyelesaikan semua kegiatan pembelajaran selama kelas VI dan akan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Terus ku bangun semangatnya, agar suatu hari dapat menunjukan kesuksesannya kepada siapapun. Apip yang dulu tidak naik, hanya karena tidak memiliki Hp untuk belajar.
Akibat keegoisannya, Sultan terancam tidak lulus. Entah setan apa yang merasukinya, Sultan tetap teguh pada pendiriannya. Berbagai pendekatan aku lakukan termasuk dengan guru produktif beserta orangtua. Namun tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya kejutan itu hadir, tepat dua hari sebelum liburan idulfirti usai, Sultan menghubungiku dan mengatakan saya siap untuk merapihkan rambut dan mengikuti uji kompetensi. Rasa senang dalam hati karena berhasil meluluhkan hatinya yang sudah membatu. Tak berhenti sampai disitu, untuk mengikuti uji kompetensi pun Sultan masih di berikan bimbingan oleh guru produktifnya agar pada hari pelaksanaan Sultan benar-benar siap.