Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Ada sebuah adagium dalam bahasa latin yang berbunyi, “Non schole, sed vitae discimus”. Artinya, “Kita belajar bukan untuk sekolah, melainkan untuk hidup”. Namun pada saat ini, salah satu problem elementer pendidikan di ruang kelas kita adalah, tidak banyak mengajarkan keterampilan hidup, maupun kepekaan terhadap masyarakat.
Selama ini dalam pembahasan tentang penemuan radio di sekolah, pertanyaan-pertanyaan yang sering dijejalkan kepada kita adalah terkait, “Siapa penemunya?”, “Kapan ditemukan?”, dan “Di mana ditemukan?”. Tanpa kita sadari, hal tersebut merupakan pola pikir linier yang hanya berorientasi pada hafalan semata.
Netizen atau Warganet Indonesia belum lama ini menyandang gelar sebagai pengguna internet yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Hal itu kontradiktif dengan citra masyarakat Indonesia yang selama ini dikenal ramah dan kental akan budaya ketimuran. Lalu, apa yang sebenarnya menyebabkan warganet kita menjadi sangat “barbar” di dunia maya?
Ada sebuah adagium dalam bahasa latin yang berbunyi, “Non schole, sed vitae discimus”. Artinya, “Kita belajar bukan untuk sekolah, melainkan untuk hidup”. Namun, pada saat ini salah satu problem elementer pendidikan di ruang kelas kita adalah, tidak banyak mengajarkan keterampilan hidup, maupun kepekaan dalam masyarakat.