Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Bayangan perempuan itu memenuhi cermin bundar dengan ukiran kayu di pinggir. Tangannya dengan gesit menyisir mahkota hitam kelam nan lebat miliknya. Sesekali mata beningnya melirik sebuah kertas di meja. Helaan napas berat keluar dari hidung yang tidak terlalu bangir maupun pesek
Pengurus Aisyiyah ranting Bumiayu mengadakan kunjungan ke Gedung Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kota lang yang berlangsung pada Sabtu (18/3). Sekitar dua belas peserta mengikuti acara tersebut.
Johann van der Brand mengunyah potongan terakhir omelette di piring. Lelaki asal Delft itu bergegas menyambar topi demang di meja lalu melangkah keluar. Sepasang matanya menyapu sekitar. Dibanding sesama administrator lain, dia merasa beruntung tinggal di kediamannya sekarang. Halaman luas dengan pepohonan trambesi rindang dan tiga pohon kelapa menjadi penyedap mata dan pelindung terik yang menyengat. Tempat tinggal yang menyenangkan dibanding bangunan lain di onderneming ini.
Asap hitam menjulang tinggi di seberang jalan. Kobaran api membakar habis sebuah bangunan. Namun, sepasang mata sipit Mei Ling tertuju kepada sebuah toko yang terletak beberapa meter dari bangunan yang terbakar tadi. Sebuah pemandangan mengerikan sedang disaksikannya. Beberapa pemuda sedang memukuli seorang lelaki paruh baya. Lelaki itu berseru memohon ampun. Di dekatnya, seorang wanita, mungkin istrinya, menangis keras. Puas menyiksa, gerombolan itu kemudian menyeret dan memaksa si lelaki tua dan istrinya naik ke sebuah jeep. Inilah kisah kelam yang menimpa orang-orang Tionghoa menjelang Agresi Militer Belanda.