Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Secara berangsur-angsur, pemerintah melakukan persiapan untuk implementasi co-firing biomassa pada PLTU batubara. Co-firing yakni pembakaran bersama antara batu bara dan biomassa di ruang bakar. co-firing dimanfaatkan untuk mensubtitusi batubara batu bara yang jumlahnya sudah mulai menurun. Metode ini dirasa lebih ramah lingkungan daripada penggunaan batubara penuh dalam ruang bakar PLTU. Faktor emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menjadi alasan karena metode co-firing menjanjikan penurunan emisi CO2. Selain itu, co-firing juga berdampak positif pada pengembangan ekonomi kerakyatan yang produktif (circullar economy) melalui penciptaan ekosistem listrik kerakyatan dan koperasi yang melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pelaksanaannya.
Sawit menjadi tanaman yang kompleks dalam nexus energi, makanan, dan air. Sawit dapat menjadi raksasa bioenergi yang potensial mendukung bauran energi terbarukan di Indonesia. Produk sisa industri kelapa sawit juga sudah banyak dimanfaatkan. Namun dalam pelaksanaan secara masif, berbagai inovasi pemanfaatan produk sisa kelapa sawit belum berjalan efektif
Co Firing biomassa menjadi program PLN dalam menurunkan angka emisi gas rumah kaca akibat batubara. Indonesia memiliki batubara nabati yang melimpah, cangkang sawit. Bisakan cangkang sawit menjawab kebutuhan tersebut ?
Cangkang sawit sebagai biomassa yang potensial mulai dilirik oleh industri pembangkit listrik dalam maupun luar negeri. Perlu adanya model manajemen agar supply chain cangkang sawit dari pabrik kelapa sawit menuju PLTU terkontrol.