Ahok Sastra Spontan
Saya tidak tahu apakah Ahok suka sastra tetapi dia – sebagaimana kita semua orang Indonesia - adalah puisi, prosa, internet, bagian Bhinneka Tunggal Ika, dan lain-lain apa saja terserah siapa saja.
Ahok itu puisi? Begini:
pulang pergi
bengkulu betawi
penistaan agama?
ah, apa iya?
masalahnya begini:
agama itu adikodrati
suci, tanpa bunyi, sepi
ada tiada tanpa melodi
bikin bahagia tiap hati
ahok bagian satu nusa
satu bangsa satu bahasa
luka sekujur batinnya
besok, lusa, kapan saja
akan oke oke saja
mengapa?
ahok itu sastra
bebas merdeka
isi alam raya
OOOOOO
Ini tentang Ahok dan sastra spontan, dalam arti sekali duduk ngetik langsung jadi. Jika tulisan ini dianggap dibikin untuk bela Ahok, ya luculah. Tanpa saya bela, yang membela Ahok sudah berlimpah ruah banyak sekali. Saya hanya satu orang dan tidak punya hak pilih di DKI Jaya. Saya nol koma nol belaka.
Tapi terserah apa sajalah. Terpenting: sastra spontan ini merdeka secara spontan dari siapa saja dan apa saja sesuai karakter universalnya yang bisa bikin segala model 5W-1H. Maka dengan ini, saat ini, terjadilah, berdasar nalar sehat paling jujur di bumi, Ahok mendapat mahkota Bhinneka Tunggal Ika yang sejati.
Yang sejati?
Pasalnya, tahukah Anda bahwa sekarang ini banyak Bhinneka Tunggal Ika palsu, bolong-bolong, tidak komplit? Banyak Bhinneka Tunggal Ika ompong. Dengan Bhinneka Tunggal Ika palsu inilah – dipalsukan dengan segala cara oleh kawanan orbaisme dan seluruh ikutannya – untuk mencuci otak segenap warga bangsa.
Pasalnya lagi, Bhinneka Tunggal Ika yang sejati itu semua warna, kepaduan warna warninya indah jelita, mahakarya para pendiri Republik Indonesia. Maka, upaya mencabut salah satu saja warnanya adalah kepalsuan orang-orang jahat yang mau menang sendiri. Mau memaksakan kehendak sendiri dengan merusak kesejatian Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam konteks itulah Ahok dan Sastra Spontan bergulir-gulir. Menjadi Demo 411 dan seluruh ikutannya yang entah bakal menjadi apa.
Semoga menjadi perdamaian.
Asal perdamaian itu berdasar Republik Indonesia yang tak bisa ditawar. Harga mati. RI harga mati adalah RI berdasar akal sehat menghayati fakta pluralitas yang tak bisa dibantah.
Gunung Merbabu, Nopember 2016
Ikuti tulisan menarik L Murbandono Hs lainnya di sini.