Era Baru Tim Nasional
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBpiala AFF tahun 2016 dipenuhi cerita baru yang ada dalam tubuh Tim Nasional. Baik dari pengurus, managemen, hingga regulasi perekrutan pemain.
Era Baru Tim Nasional
Langkah baru telah dimulai oleh Tim Nasional sepak bola kita, tepat pada pagelaran pertandingan sepak bola antar negara se asia tenggara atau sering di sebut piala AFF. Tanggal 19 November 2016 kejuaraan dimulai, Indonesia berhadapan dengan Thailand di laga perdana yang dipertandingkan di Phillippine Sports Stadium Bulacan. Indonesia masuk ke dalam group A, yang terdiri dari Filipina, Singapura, dan Thailand. Disebut sebagai group neraka tidak membuat anak asuh Alfred Riedl berkecil hati. Kendala sempat hadir kala sang pelatih dibatasi untuk memilih pemain di setiap klub maksimal 2, hal tersebut membuat Riedl harus memilih dengan tepat sesuai kebutuhan dan sarat yang ada.
Adanya pembatasan pemain di setiap klub terjadi karena kompetisi yang tetap berjalan pada saat AFF berlangsung, membuat klub berat untuk melepas lebih dari 2 pemain pilarnya. Terlebih turnamen tersebut berlangsung hampir satu bulan, klub akan kehilangan pemain di banyak pertandingan Indonesia Soccer Championship. Terjadinya regulasi tersebut sempat disayangkan oleh sang arsitek asal Austria, terutama setelah Irfan Bachdim mengalami cedera saat latihan menjelang pertandingan menghadapi Thailand yang mengakibatkan striker naturalisasi tersebut harus istirahat selama 2 bulan. Striker pengganti yang diharapkan oleh Alfred Riedl ditolak oleh klub, klub tidak ingin melepas sang pemain andalannya untuk memperkuat Tim Nasional. Hal tersebut cukup mengejutkan dimana klub menolak untuk memberi izin kepada pemain untuk membela negaranya, harus ada tindakan tegas kepada klub yang menahan pemainnya membela negara. Terlebih tujuan dari kompetisi itu sendiri untuk meningkatkan kualitas pemain yang akhirnya bertujuan untuk meningkatkan prestasi Tim Nasional.
Bermainnya kembali Tim Nasional di ajang internasional menjadi sorotan utama sang ketua PSSI yang baru, Edy Rahmayadi. Panglima Kostrad tersebut telah merencanakan pemberian bonus jika memang indonesia bisa menjadi juara di gelaran AFF tahun ini, terlebih ini akan menjadi juara untuk pertama kalinya selama indonesia mengikuti kejuaraan tersebut. Banyak yang mengatakan Tim Nasional yang baik terlahir karena kompetisi yang baik pula, tentu aturan yang berlaku dalam perekrutan pemain Tim Nasional harus segera diperbaiki. Menjadi catatan penting dalam pengaturan jadwal kompetisi untuk menyesuaikan dengan target kompetisi Tim Nasional, karena pada dasarnya kompetisi berjalan untuk menunjang pemain terus mengasah kemampuan terbaiknya hingga akhirnya bermain untuk memberikan prestasi bagi Tim Nasional. Jika berkaca pada jadwal kompetisi eropa, pengaturan jadwal bertanding dan jadwal istirahat sangatlah penting, bahkan jadwal biasanya dikeluarkan satu tahun sebelum. Banyak diantara mereka yang memberikan jeda internasional, sesuai kalender FIFA yang memberikan waktu untuk para Negara melakukan pertandingan ujicoba, kualifikasi kompetisi internasional atau bahkan untuk kompetisi sekelas piala dunia. Dalam kata lain, Tim Nasional pun terus diberikan waktu untuk terus mengasah dan mencari komposisi terbaik menjelang kompetisi yang akan diikuti.
Kompetisi yang baik tentu selalu ada jenjang kompetisi. Selain promosi dan degradasi, adanya kompetisi di berbagai kelompok umur tentu menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Sejalan dengan apa yang diinginkan pelatih kepala, peremajaan skuat di Tim Nasional harus terus berjalan. Hal itu dibuktikan dengan rata-rata usia pemain 26 tahun, dan dengan tidak dipanggilnya beberapa pemain naturalisasi yang sudah dianggap tidak lagi muda. Selain itu, adanya 6 alumnus Tim Nasional U-19 era Indra Sjafri yang masuk dalam skuat andalan Tim Nasional senior menjadi bukti bahwa regenerasi pemain kali ini berjalan dengan baik meski mereka tidak lahir dari kompetisi kelompok umur, tapi kiprah mereka yang menjuarai piala AFF u-19 memberikan harapan segar untuk Tim Nasional di era selanjutnya. Teori Long Term Athlete Development atau sering disebut LTAD memberikan gambaran untuk menjalankan berbagai pendidikan dan jenjang kompetisi di berbagai kelompok umur. 5 tahapan Long Term Athlete Development:
1. FUNdamental (usia 6-9 tahun)
Dimana para atlet difokuskan kepada banyak bergerak dan menyenangi cabang olahraga pilihannya.
2. Learning to Train (usia 9-12 tahun)
Para atlet diajarkan bagaimana mereka berlatih dengan benar, dan diberi penjelasan berbagai manfaat dari latihan yang mereka jalani. Mulai dari pemanasan sebelum latihan yang baik hingga manfaat pendinginan setalah latihan. Begitupun dengan berbagai peraturan cabang olahraga pilihannya.
3. Training to Train (usia 12-16 tahun)
Waktu dimana para atlet untuk menerapkan berbagai latihan. Seperti latihan fisik, teknik, taktik dan juga mental.
4. Trining to Compete (usia 16-18 tahun)
Siswa mulai mengikuti berbagai kompetisi untuk menambah pengalaman dan jam terbang dalam suasana kompetisi tanpa dibebani target juara.
5. Training to Win (usia 18 keatas)
Fase terakhir dimana para atlet dilatih untuk menjuarai di berbagai kompetisi.
Terlepas dari apapun hasil yang didapat oleh Tim Nasional pada ajang AFF kali ini, harus menjadikan momentum yang baik bagi ketua umum yang baru dan jajarannya untuk terus memperbaiki regulasi kompetisi, jadwal kompetisi, dan pembinaan usia dini. Karena prestasi akan lahir jika ketiga elemen dasar itu dijalankan dengan baik akan lahir prestasi pemain, prestasi klub, dan juga prestasi Tim Nasional. Tentu semua dapat berjalan dengan baik jika pengurus, klub, pelatih, pemain, dan suporter memiliki tujuan, pandangan dan cara yang sama untuk membuat sepak bola indonesia lebih baik. Harapan tentu berada di pundak sang jenderal untuk tegas mengawal revolusi demi prestasi sepak bola nasional yang lebih baik lagi.
Penulis: Fahmi Affandi
Magister Sport Science, ITB
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Dilema Kompetisi Nasional
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBDoping dalam Olahraga
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler