x

Seorang petani membakar rumput di atas lahan gambut miliknya di Desa Korek, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Senin (15/8). ANTARA/Jessica Helena Wuysang

Iklan

Istiqomatul Hayati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gambut Indonesia Habis, Tamat Kita

Jika gambut habis, maka akan bertemu sedimen mangrove (bakau) lalu dikeringkan ini yang akan menyebabkan masalah kebakaran.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebakaran hutan pada 2015 telah membakar 2,6 juta hektare lahan. Tahukah Anda, hampir 900 ribu hektare berada di lahan gambut. Kondisi ini telah memberikan kerugian ekonomi dan kesehatan yang amat jumbo bagi Indonesia.

Padahal, lahan gambut tropis merupakan salah satu cadangan karbon organik terrestrial dekat permukaan terbesar di dunia. “Jadi tidak mengherankan jika keutuhan gambut ini berimplikasi amat penting bagi perubahan iklim dunia,” kata Deputi Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Badan Restorasi Gambut Budi Wardhana dalam acara @NgobrolTempo di Balai Kartini, Rabu, 30 November 2016.

Presiden Joko Widodo yang alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sudah pasti mengetahui nilai kerugian yang harus ditanggung Indonesia akibat kebakaran itu. Kita pasti tidak lupa, saat kebakaran hutan tahun lalu, Jokowi terlibat dalam pembuatan desain pembuatan kanal-kanal untuk mencegah kebakaran hebat terjadi lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak cuma mendesain kanal, Presiden pun membentuk Badan Restorasi Gambut pada awal tahun ini. Begitu dibentuk, Badan Restorasi Gambut dibebankan untuk merestorasi lahan gambut yang terbakar itu seluas 2 juta hektare. Di mana saja yang harus diprioritaskan untuk direstorasi? Menurut Budi, area restorasi gambut terbakar pada tahun lalu, meliputi keseluruhan lahan bergambut berizin atau yang tidak, berkubah atau tidak, berkanal dan bukan, serta masuk kawasan budidaya atau kawasan lindung.

Di daerah mana saja yang akan direstorasi? Ada tujuh provinsi yang menjadi target yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,d an Papua. “Targetnya sampai 2020, ada seribu desa. Untuk sekarang baru bisa menangani 104 desa.”

Untuk tahun depan, Badan Restorasi sudah menargetkan untuk merestorasi 400 ribu hektare. “Biayanya sekitar Rp 1,44 triliun, tapi anggaran yang ada hanya Rp 912 miliar,” katanya.

Biaya yang kurang ini, kata Budi, akan menggunakan dana bantuan dari lembaga swadaya masyarakat internasional dari Uni Eropa, Norwegia, Inggris, Jepang dan Korea.

Guru besar Institut Pertanian Bogor, Basuki Sumawinata mengajak kita untuk mengenali kondisi lahan gambut kita. Indonesia memiliki 15 juta hektare lahan gambut tropis. Jumlah ini cukup besar lantaran total luas lahan gambut di seluruh dunia mencapai 400 juta hektare. Bandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang sama-sama kompetitor dalam dunia persawitan (lahan gambut kebanyakan digunakan untuk menanam sawit). Mereka hanya memiliki lahan gambut 2,5 juta hektare.

Apa itu lahan gambut tropis? Lahan gambut tropis itu merupakan salah satu cadangan karbon organik terestrial dekat permukaan terbesar di dunia, dan karena itu keutuhan gambut ini memiliki implikasi penting untuk perubahan iklim. “Jika gambut habis, maka akan bertemu sedimen mangrove (bakau) lalu dikeringkan ini yang akan menyebabkan masalah kebakaran,” katanya. Jadi, tak aneh kan kalau Presiden Jokowi sampai turun tangan langsung dan memerintahkan agar segera direstorasi.

Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Pertanian Universitas Sumatera Utara Abdur Rauf mengajak kita menelusuri sejarah lahan gambut di Indonesia. Rauf menuturkan, lahan gambut untuk kelapa sawit di Kebun Negeri Lama Labuhanbatu itu termasuk salah satu yang tertua. “Penanaman dilakukan sejak 1927, sehingga umurnya sekarang sudah 89 tahun,” katanya.

Tapi, masih ada yang lebih uzur lagi dong. Lahan gambut di Kabupaten Pulang Pisang Kalimantan Tengah bahkan sudah  mulai ditanam sejak 1920-an. Usianya nyaris seabad. Di daerah ini, lahan gambut tidak dipakai untuk bertanam kelapa sawit, tapi karet.

Nah, bicara soal pemanfaatan lahan gambut, selama ini orang memaknai hanya bisa digunakan untuk tanaman sejenis seperti sawit dan setelah itu rusak. Dalam catatan Rauf, lahan gambut ternyata banyak manfaatnya. Lahan gambut bisa dipakai untuk menanam padi sawah, sagu, talas air, pasture, hortikultura, buah-buahan, kelapa, kelapa hibrida, sawit, dan nanas.

 

Ikuti tulisan menarik Istiqomatul Hayati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB