x

Iklan

Malik Ibrahim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Keberhasilan Kontraintelijen Dalam Aksi Bela Islam I - III

Di dunia ini tidak ada yang abadi, sampai kepada dukungan politik sebuah perjuangan juga akhirnya kandas dengan adanya pengkhianatan di dalam partai.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Partai Gerindra saat ini telah menjadi partai dengan urutan no 3 terbesar di Indonesia. Dengan pemikiran bahwa setiap individu adalah seorang pendekar yang berani rela berkorban, tangguh dan kuat, gembira, jujur, Tangguh dan piawai. Sifat-sifat ketauladanan dari Prabowo Subianto (Ketua Umum Partai Gerindra) yang selalu menjadi acuan dan contoh bagi para kader-kadernya.

Pada tanggal 2 Desember 2016 bertepatan dengan Aksi Super Damai Bela Islam yang ke III Kepolisian mengambil langkah penegakkan hukum berdasarkan bukti-bukti yang kuat dalam penangkapan yang termasuk kedalam kategori kriminal umum dan kriminal khusus. beberapa nama tersebut adalah;

1. Ahmad Dhani Prasetyo, yang dikenakan pasal 207 KUHP di hotel San Pasific

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

2. Eko Suryo Santjojo, yang dikenakan pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 KUHP di rumahnya

3. Adityawarman Thaha Pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 KUHP di rumahnya

4. Kivlan Zein pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 KUHP di rumahnya komplek gading griya lestari blok H1-15

5. Firza Huzein pasal 107 jo 110 KUHP jo 87 di tangkap di hotel San Pasific

6. Diah Pramana Rachmawati Soekarnoputri di tangkap di kediamannya

7. Ratna Sarumpaet di tangkap di kediamanya

8. Sri Bintang Pamungkas

9. Jamran di hotel Bintang baru

10. Rizal pimpinan KOBAR (Komando Barisan Rakyat) di stasiun Gambir Jakarta-pusat tanggal 2 Desember 2016.

Beberapa nama di atas sudah teridentifikasi sebelumnya oleh pihak Kepolisian atas tuduhan Makar dan penghinaan terhadap pemimpin, yang mereka lakukan di berbagai kegiatan aksi, media sosial, forum diskusi, dan lain-lain. Seperti Rachmawati Soekarnoputri, Eko suryo, Fadli Zon, Adityawarman, Kivlan Zein merupakan orang-orang yang beberapa hari ini sering kita dengar dan juga berada di lingkaran terdekat Prabowo Subianto di Partai Gerindra.

Rachmawati Soekarnoputri menjabat sebagai Anggota Dewan Pembina dan Wakil Ketua Umum bidang ideologi partai Gerindra, Eko Suryo sebagai Ketua Bidang Pengkajian Ideologi dibawah Rachmawati, Fadli Zon Wakil Ketua Dewan Pembina dan juga sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Politik dalam Negeri, dan hubungan antar Partai dan Pemerintah, Adtyawarman dan kivlan zein yang merupakan perkumpulan purnawirawan yang selalu mendukung Prabowo Subianto menjadi capres di beberapa kesempatan pemilihan umum yang lalu dan yang akan datang.

Dari beberapa data yang di dapat dilapangan Analisa konektivitas jaringan sosial mengenai siapa dibalik ini tidak mengarah kepada Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, dikarenakan Firza Husein sebagai ketua yayasan solidaritas cendana memiliki andil besar dalam pendanaan untuk melakukan Aksi Bela Islam I sampai dengan Aksi Bela Islam Super Damai III yang mengarah kepada kegiatan MAKAR. Dana mengucur dari Yayasan Solidaritas Cendana kepada Rachmawati, Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet yang diberikan kepada Egi Sujana pendiri KOBAR (Komando Barisan Rakyat), kemudian Budi Sujana yang kemudian kepada Kivlan Zein dan Adityawarman, Habib Rizieq, Bahtiar Nasir ketua (GNPF MUI).

 

Pertanyaan Timbul hari ini mengapa Orang-orang yang sudah jelas banyak sekali kita temui video, dan ceramah-ceramahnya seperti Habib Rizieq, Fadli Zon, dan Fahri Hamzah yang jelas-jelas menghina Pancasila, hormat bendera dan penunggangan aksi bela islam demi kepentingan politik tidak ditangkap atas tuduhan makar??

 

Beberapa Pertanyaan akan siapa mereka itu mirip sekali dengan agen-agen yang masuk untuk melakukan kegiatan intelijen dengan menggunakan cunning entrapments dengan menggunakan agen provokator. Kejanggalan ini mirip sekali dengan teknik kontraintelijen ofensive. Yaitu kegiatan kontra yang dilakukan untuk mendorong orang lain untuk terlibat kepada aktivitas yang melawan hukum, dan berbagai bentuk lainnya. Misalnya terdapat suatu kelompok yang besar dan sudah berkembang yang ingin di pecah belah dengan mengirim unit kontraintel sebagai agen provokator ke dalam kelompok tersebut sehingga pada akhirnya kelompok tersebut berhasil ikut melalui proses agitasi dan berkembang menjadi kelompok yang susah diatur dan melakukan tindak kekerasan. Pada saat itu pula media di panggil untuk merekam dan menayangkan tindak kekerasan tersebut, sehingga kelompok tersebut dapat dikecam sebagai penjahat yang melakukan tindak kekerasan dan provokatif, sehingga dengan alasan ini Negara dapat menindak para demonstran.

 

Dilihat dari sejarahnya Front Pembela Islam (FPI) yang selalu memiliki pemimpin yang menonjol dan tidak pernah berganti seperti Habib Rizieq, FPI yang pada awalnya merupakan sebuah organisasi yang lahir dengan nama Pam Swakarsa (Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa) yang dibuat oleh Wiranto dan didukung oleh Sutiyoso. Habib Rizik beberapa kali mengatakan ketidak setujuanya dengan konsep Pancasila, hormat bendera, sampai dengan surat dukungan kepada Osama Bin Laden yang ditandatangani langsung olehnya dan juga memiliki kop surat FPI. Dan sampai hari ini Habib Rizieq tidak ditahan dan FPI tidak dibubarkan.

 

Kemudian Kita lihat Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Fadli Zon merupakan orang yang sejak dulu sudah ada di dunia pergerakan. Sikap kritisnya terhadap pemerintah Suharto pada waktu itu telah menjadikan dia orang terdekat Prabowo Subianto. Beberapa kali jika ada kegiatan dan acara di DPR saya selalu melihat mereka jalan berdua, dan bahkan mereka kerap kali bersama-sama satu mobil pergi menghadiri beberapa acara, seperti pada saat adanya kegiatan buka puasa tahun 2016 ini bersama Prabowo Subianto di perumahan komplek DPR. Beberapa dari staff mereka juga sering mengatakan bahwa "di dalam Partai Gerindra saat ini sedang terjadi perebutan kekuasaan, siapa yang nantinya akan menggantikan bapak (Prabowo Subianto)?". Kekuatan anak muda SSI (Sentra Strategis Indonesia) melawan Kekuatan lingkaran Fadli Zon dan Hashim. Beberapa kali masyarakat terkecoh dengan langkah dan aksi Fadli Zon serta Fahri Hamzah, hal ini dapat dilihat pada waktu kegiatan Aksi Bela Islam II pada tanggal 4 November 2016. Setelah Fadli Zon dan Fahri Hamzah melakukan demonstrasi di siang hari dan memberikan harapan palsu agar para pendemo dapat masuk ke DPR, pada pukul 3 sore beberapa staff mereka mengatakan Fadli Zon dan Fahri Hamzah langsung berangkat ke luar negeri untuk berlibur. Dan pada akhirnya kegiatan 4 November dengan tujuan ingin menurunkan Presiden dan melakukan sidang istimewa gagal total. ditambah lagi pada waktu itu DPR masih dalam masa reses.

 

Bergulirnya Aksi Bela Islam II yang kemudian di dorong menjadi Aksi Bela Islam III juga menjadi kandas dengan keberhasilan penangkapan 10 orang yang diduga menjadi otak dari kegiatan Makar dengan menunggangi Aksi Bela Islam III. dan Dapat diketahui bahwa pada malam itu juga sebelum dilakukannya penangkapan terhadap 10 orang tersebut yang dilakukan pada waktu subuh, Fadli Zon pergi ke panama, dan Fahri Hamzah pergi ke Uzbekistan.

Serentetan kegiatan mereka ini tidak ada yang kebetulan, There is no such thing as accident (Napoleon Bonaparte). Dengan adanya beberapa data dan analisa serta pemikiran ini, Fadli Zon, Fahri Hamzah, dan Habib Rizieq merupakan agen jaring yang dipakai untuk menghancurkan partai Gerindra. Lebih baik Prabowo Subianto dan Partainya mulai bebenah diri dan mulai dapat mengidentifikasi siapa-siapa saja yang akan mengkhianati Partai dan semangat perjuangan dari Partai Gerindra itu sendiri. Sehingga pada akhirnya Gerindra dapat bergerak sesuai dengan amanah penderitaan rakyat sehingga negara ini tidak menjadi negara gagal.     

Ikuti tulisan menarik Malik Ibrahim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler