x

Mahasiswa mengangkat tangan dan mengibarkan bendera Merah Putih seusai mengikuti Apel Kebangsaan Mahasiswa Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta, 3 November 2016. Upacara tersebut diikuti ribuan mahasiswa dari sejumlah organisasi kemahasiswaan. TEMPO

Iklan

Mohammad Shihab

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mahasiswa Presuniv Pelajari Taktik Politik Praktis

Ratusan mahasiswa dan masyarakat umum belajar bagaimana pola-pola tim kampanye politik mendekati masyarakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jelang pemilihan kepala daerah serentak, para mahasiswa President University menyelenggarakan acara talkshow "Indonesian Youth for Future Political Generation." Menghadirkan para praktisi komunikasi dan pengamat politik dari berbagai institusi, ratusan mahasiswa dan masyarakat umum belajar bagaimana pola-pola tim kampanye politik mendekati masyarakat.

Mahadi Rahman Harahap, Koordinator Program Akar Rumput Strategic Consulting menuturkan pengalamannya sebagai manajer kampanye Dimas Oky Nugroho, salah satu kandidat Walikota Depok tahun 2015.

“Dalam pilkada ada ‘peperangan’ di darat dan udara. Tim kampanye kami hanya 11 orang, sedangkan ada 2,2 juta jiwa penduduk kota Depok yang harus didekati dalam waktu 2-3 bulan. Untuk memperkenalkan kandidat, kami mulai dari para tokoh agama karena Depok adalah kota yg agamis,” kata Mahadi di XO Function Hall Jakarta Barat, Kamis (8/12).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurutnya, kampanye di darat membutuhkan biaya yang lebih bila dibandingkan dengan kampanye udara melalui media sosial dan media massa. Padahal, dana kampanye perlu diefisiensi.

“Kami datang sholat subuh dan sholat lainnya di masjid-masjid. Datang ke pasar dan ke acara-acara pernikahan. Semua kegiatan ini gratis. Paling bayar infak ke masjid dan beli sedikit saat di pasar. Kami juga gencarkan serangan ‘udara’ yaitu media massa dan media sosial Facebook karena di Depok, Facebook lebih kuat dibanding Twitter. Serangan di darat dan udara harus sama-sama diintensifkan,” lanjut Mahadi.

Sementara itu pengamat politik dari Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menyatakan para kandidat akan saling menyerang pribadi masing-masing. Ia juga menilai cuaca politik masih sangat dinamis.

“Misalnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), elektabilitas dia sangat tinggi. Lembaga-lembaga survei menyebut elektabilitasnya mencapai 40-50%. Sayang, peristiwa di Pulau Seribu merobohkan bangunan elektabilitasnya. Ini memang bukan hari kiamat bagi Ahok, namun ia perlu kerja keras,” kata Pangi.                    

Diskusi politik ini merupakan proyek kolaborasi mahasiswa antar mata kuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi.

"Acara ini bertujuan untuk berbagi dengan generasi muda mengenai politik praktis dan peran-peran kehumasan dalam aktivitas praktis tersebut," ujar Achmad Supardi, salah satu dosen President University yang menggagas acara ini.

Selain konsultan politik, lebih dari 200 mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan masyarakat umum juga mendengarkan paparan Revolusi Riza Zulverdi, Kepala News Gathering CNN Indonesia dan Raditya Putra Pratama, Kepala Departemen Kajian Kerja Sama Luar Negeri Partai Gerindra.

Ikuti tulisan menarik Mohammad Shihab lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler