Saat hanya sekali baca, segalanya terasa asing dan sukar. Kedua kali baca, segala yang asing itu pelan-pelan memudar. Terima kasih telah mengirimkan buku ini ke Klaten. Sebuah buku yang merangkum the journey dari Sutadji Calzoum Bachri secara lengkap, detail dan memberikan nilai yang dalam.
Mungkin awalnya kumpulan esai ini terasa rumit dan sukar dicerna. Namun ketika saya masuk ke dalamnya, saya hanyut menjadi bagian dari esai itu sendiri, meski tanpa pernah lahir, tumbuh atau pun mati dalam beberapa saat.
Dahulu, saya menulis tanpa aba-aba, tanpa rencana apa-apa. Puisi mengalir begitu saja, karena membaca. Segalanya terjadi di luar prasangka, hingga berlembar-lembar. Kini perlahan, saya mulai paham sehingga Tuhan menyusun rencana demikian indahnya.
Pertemuan yang tidak akan pernah saya lupakan, memberikan titik terang bahwa perjalanan saya masih panjang. Terima kasih yang tak terhingga, untuk teman-teman di sana yang telah memberikan banyak manfaat sekaligus mufakat, terutama saat puisi masuk ke dalam sebuah refleksi renungan yang cukup dalam.
Terlebih, ia yang tumbuh di alam bawah sadar, sehingga menjadi sugesti yang berkembang. Lantas tumbuh menjadi semangat seni yang positif tanpa melupakan pengetahuan sejarah kepenyairan di dalam negeri sendiri. Meski tetap mengonsumsi karya-karya dari luar negeri sebagai bahan pertimbangan.
Berikut adalah kata-kata mutiara yang saya temukan dalam Isyarat Sutardji Calzoum Bachri. Semoga bermanfaat.
“Kata pertama adalah mantera.”
“Menulis berarti mengembalikan kata-kata kepada asal mulanya.”
“Puisi adalah alibi kata-kata.”
“Bukan penyair yang melahirkan sajak, akan tetapi sajak yang menciptakan penyair.”
Des 2016
Ikuti tulisan menarik Nuraz Aji lainnya di sini.