Usai mengembalikan Novel Maryam karya Okky Madasari kepada Mbak Fanny, saya datang sendiri lagi, sedikit terlambat datang ke Balai Soedjatmoko. Ada Bedah Novel Moemie karya Marion Bloem. Penerjemahnya Kak Ngadiyo, penulis Diplomasi Cinta 45. Saya bergegas, duduk agak di depan, agar bisa melihat dengan jelas. Tanpa sadar, di sebelah saya telah duduk Gunawan Tri Atmodjo, di depannya Mbak Kharisma. Terlihat juga yang saya kenali wajahnya, Mbak Indah Darmastuti, Mbak Setiyaningsih, Yudhi Herwibowo, Udji Kayang Aditya.
Tak lama kemudian, duduk seorang perempuan di sebelah kiri saya tiba-tiba mengambil gambar dan asyik mengetikkan beberapa kata di layar ponselnya. Satu menit, dua menit, lima menit berlalu, dia angkat bicara lebih dulu. Ternyata namanya Dinda dari Joglo Semar, ia mendapat tugas dari kantor untuk membuat liputan mengenai Bedah Novel Marion Bloem yang dilaksanakan pada Kamis malam, 15 Desember 2016 di Balai Soedjatmoko. Terang saja saya berkata, saya belum pernah baca novelnya, mending tanya saja sama yang sudah baca. Wkwkwk.
Selama Marion Bloem bercerita tentang Moemie dalam Bahasa Inggris, saya kurang begitu paham. Sebelum dialihbahasakan oleh Kak Ngadiyo ke dalam Bahasa Indonesia. Sampai sesi tanya jawab berakhir pun saya masih bungkam. Sebenarnya saya sudah menyiapkan pertanyaan, akan tetapi agaknya tidak penting untuk ditanyakan.
Katanya novel Moemie bercerita tentang kesulitan peranakan Indo-Belanda dalam beradaptasi di Indonesia. Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, juga bercerita dengan sudut pandang yang sama.
Thanks for English Lesson tonigh, Miss Mari. Happy traveling in Indonesia. Don’t forget to try Gado-Gado. Its yummy and healthy.
Peace be upon you.
Salam Daun Momieji
15-12-16
.
Ikuti tulisan menarik Nuraz Aji lainnya di sini.