x

Iklan

Abdul Manan

Jurnalis yang tertarik mengamati isu jurnalisme, pertahanan, dan intelijen. Blog: abdulmanan.net, email abdulmanan1974@gmail.com
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jejak Mossad dalam Tewasnya Ahli Drone Hamas

Ahli drone Hamas Mohammed Alzoari ditembak mati dengan pistol berperedam suara. Dia dijerat dengan umpan agen perempuan Mossad yang menyamar sebagai wartawan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seorang insinyur penerbangan senior yang mengepalai program pesawat tanpa awak (drone) kelompok militan Palestina, Hamas, ditembak mati di luar rumahnya di Tunisia oleh sekelompok penyerang yang menggunakan pistol berperedam suara. Mohammed Alzoari, 49 tahun, adalah pria berkebangsaan Tunisia, menghabiskan lebih dari satu dekade menciptakan drone untuk Hamas, kelompok Palestina yang saat ini menguasai Jalur Gaza.

Alzoari tinggal di luar Tunisia untuk sebagian besar hidupnya. Baru-baru ini dia diketahui tinggal di Suriah, di mana ia diyakini telah bekerja sebagai seorang insinyur di sebuah perusahaan swasta, selain juga sebagai konsultan untuk Hamas. Dia kembali ke Tunisia pada 2011, menyusul pergolakan di negara ini yang memicu apa yang disebut sebagai Arab Spring itu.

Alzoari dilaporkan ditembak pada hari Kamis, 15 Desember 2016, di kampung halamannya di Sfax, kota kedua terbesar di Tunisia, yang terletak 170 mil tenggara dari ibukota Tunis. Media setempat mengatakan ia ditembak mati saat di dekat roda mobilnya, yang diparkir di luar rumahnya. Tubuhnya dipenuhi lebih dari 20 peluru, seperti keterangan yang disampaikan polisi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengatakan Alzoari telah menjadi bagian dari Hamas selama satu dekade. Ia menuding Mossad, badan intelijen luar negeri Israel, sebagai pelakunya. "Musuh harus tahu bahwa darah Alzoari tidak akan sia-sia," kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Hamas, Sabtu 17 Desember 2016.

Tzachi Hanegbi, Menteri di Kantor Perdana Menteri yang bertanggung jawab atas Keamanan Nasional dan Luar Negeri, mengatakan, bahwa Israel "tidak terhubung" dengan pembunuhan Zawari dan menambahkan bahwa "orang-orang yang ditangkap itu bukan sekutu kami". Menteri Pertahanan Israel Avigdor Liberman saat ditanya soal itu mengatakan, "Jika ada orang yang terbunuh di Tunisia, dia sepertinya bukan aktivis perdamaian atau kandidat pemenang Nobel."

Seorang wartawan senior Israel, Alon Ben David dari TV Channel 10, setelah melakukan investigasi, mengkonfirmasi bahwa Mossad di balik pembunuhan itu. Dalam sebuah artikel di Maariv, Ben David mengatakan, Alzoari terjerat oleh mata-mata perempuan, yang merupakan "umpan" Mossad. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai jurnalis. "Umpan itu agen Mossad yang melakukan serangkaian wawancara dengan dia," kata Ben David.

Menurut Ben David, ketika agen perempuan itu yakin bahwa orang yang dia wawancarai itu adalah Alzoari, dia meminta untuk mewawancarainya sekali lagi. Pada saat wawancara berikutnya inilah dua agen dari Unit Kidon Mossad, muncul dalam pertemuan. Kidon adalah unit Mossad yang bertugas melakukan operasi pembunuhan. "Pada saat mereka mengenyahkan target, sang umpan telah meninggalkan Tunisia."

Wartawan veteran Israel lainnya, Ronen Bergman, juga membenarkan bahwa Alzoari sudah menjadi incaran Mossad sejak lama. Kepada surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, Bergman mengatakan, Mossad mengidentifikasi Alzoari sebagai target potensial sejak tahun lalu. Kata Bergman, Mossad memantaunya "segera setelah ia meninggalkan Tunisia ke (ibukota Suriah) Damaskus" lebih dari satu dekade lalu.

Saat itu, kata Bergman, Israel mulai melihat Alzoari sebagai penyumbang utama upaya Hamas dan Hizbullah untuk pengembangan program pesawat udara tak berawak. Melalui pengawasan konstan, Mossad mengkonfirmasi bahwa Alzoari melakukan kontak reguler dengan para ahli teknis Palestina dan Lebanon lainnya, termasuk Hassan al-Laqqis, komandan Hizbullah yang merupakan salah satu broker senjata utamanya. Laqqis tewas pada 3 Desember 2013, di luar rumahnya di Beirut, dengan kondisi mirip tewasnya Zawari ini.

Tunisia bergerak cepat menangani kasus ini. Menurut Wakil Jaksa Agung Tunisia, Mourad Turki, dalam sebuah wawancara radio, Jumat 16 Desember 2016, beberapa orang diyakini telah berpartisipasi dalam pembunuhan Alzoari ini ini. Delapan orang ditangkap, dua lainnya masih buron. Semuanya warga Tunisia.

Di antara mereka yang ditangkap adalah seorang wanita, yang mengaku sebagai wartawan, yang dikabarkan telah mewawancarai Zawari sebelumnya. Dia diduga ditangkap saat hendak naik pesawat dari Bandara Internasional Tunis-Carthage hendak menuju ibukota Hungaria, Budapest.

Pejabat Kementerian Dalam Negeri Tunisia mengatakan bahwa empat kendaraan yang disewa oleh tim pembunuh itu telah disita. Dua senjata yang dilengkapi dengan peredam suara telah ditemukan di salah satu kendaraan tersebut.

Menurut Bergman, jika intelijen Israel memang di balik pembunuhan Alzoari ini, kematiannya akan menandai salah satu operasi besar pertama Mossad di bawah kepemimpinan Yossi Cohen, yang diangkat sebagai kepala badan rahasia Israel sejak tahun lalu.

Foto: www.ynetnews.com

Ikuti tulisan menarik Abdul Manan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler