x

Presiden Joko Widodo dan mantan presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri menggelar jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, 21 November 2016. ISTMAN M.P.

Iklan

Victor Rembeth

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Surat Manis Tegas ke Bu Mega

Pidato Ibu Mega dalam HUT PDIP mengingatkan perlunya kembali kepada nilai kebangsaan yang hakiki dan menolak nilai asing yang destruktif dalam berbangsa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Surat Manis Tegas ke Bu Mega

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salam baik ibu Mega, MERDEKA!

 

Saya menulis surat ini karena saya kagum dengan isi pidato ibu di HUT PDIP yang ke 44.  Kekaguman saya karena melihat sebuah sosok yang sangat berbeda namun sangat diperlukan bangsa ini dalam situasi kekinian yang ada. Ketika sesama anak bangsa mulai dirobek oleh nilai nilai budaya yang asing dan aneh, maka saya bersyukur ada pidato yang manis dan tegas untuk mengingatkan kita semua. 

 

Maafkan saya kalau selama ini saya kerap tidak memilih PDIP. Pada tahun 1999 saya lebih memilih anak anak muda yang jadi korban tragedi :Kuda Tuli". Di Pemilu selanjutnya saya memilih tidak memilih, dan demikian juga di Pilpres saya tidak pernah memilih ibu. Hanya di Pemilu 2014 saya memilih PDIP  karena kepincut capres anda yang legowo memajukan pak Jokowi dan apalagi di Banten 3 ada caleg Prita Mulyasari. Saya sempat apatis terhadap partai dan perilaku aktifis partai.

 

Selanjutnya, saya tidak ngefans amat dengan ibu, sampai ke perayaan HUT PDIP yang ke 44 di tahun ini. Dalam 2 angka sial menurut budaya tionghoa ini, 4 dan 4, anda tiba tiba menjadi pahlawan saya. Seakan kesialan ganda dalam angka 44 mengubur semua keburukan yang ada. Ada ruh kebangsaan yang kuat dan ketegasan yang santun dalam sentuhan keibuan anda. Jelas sekali ada semangat segar yang terpantik dengan pidato yang ibu sampaikan kepada kader kader banteng itu.

 

Saya kaget dan takjub ketika dengan menggelegar ibu bisa mengatakan,"Panggil saja kami, anak buah saya ada lho". Woow, anda ternyata kuat dalam prinsip. Selanjutnya isi pidato ibu adalah komitmen kembali kepada jati diri dan fundamental bangsa yang kuat. Posisi ibu mengingatkan kami bahwa anda bukan saja anak biologis proklamator Bung Karno, tetapi lebih dari itu anak ideologis yang komit pada nasionalisme yang tidak sekedar sekuler tapi memiliki spiritualitas yang apik.

 

Tiba tiba dari pidato ibu itu saya mendengar kembali ujaran Sukarno dalam Penyambung Lidah Rakyat, “ Tahun 1926 adalah tahun dimana aku memperoleh kematangan dalam kepercayaan. Aku beranjak berpikir dan berbicara tentang Tuhan. Sekalipun di negeri kami sebagian terbesar rakyatnya beragama Islam, namun konsepku tidak disandarkan semata-mata kepada Tuhannya orang Islam. Pada waktu aku melangkah ragu memulai permulaan jalan yang menuju kepada kepercayaan, aku tidak melihat Yang Maha Kuasa sebagai Tuhan kepunyaan perseorangan. Menurut jalan pikiranku, maka kemerdekaan seseorang meliputi juga kemerdekaan beragama,”

 

Tahun 2017 adalah tahun dimana ibu membangkitkan kembali makna hakiki keIndonesiaan yang sempat mulai diragukan karena khilaf dan lupanya banyak dari kita karena gerusan nilai nilai asing yang merasuk dan berpotensi merusak tenun kebangsaan. Agama yang ibu singgung dalam pidato akan apik bila bisa menjadi agama yang menjadi manis masuk dalam segi segi keIndonesiaan. Ketika ada Islam Indonesia, Kristen Indonesia dan berbagai agama lain yang berkeIndonesiaan, maka agama agama menjadi rahmat bagi bangsa ini. Agama bukan menjadi pembeda dan pemecah tetapi menjadi perekat dan perhiasan keindahan kepelbagaian dalam kesatuan.

 

Saya kagum dan berharap pernyataan ibu akan menjadi semangat kembali kepada nilai dan prinsip kebangsaan yang kuat dan terus berkembang dalam menghadapi konteks "nation building". Indonesia belum selesai, dan kami memerlukan anak anak bangsa seperti ibu Mega untuk terus mengisi serat serat pengikat kepelbagaian kebangsaan. Tetaplah tegas, selalulah manis dan keibuan, dan janganlah takut terhadap anasir anasir yang merusak bangsa dengan kepentingan destruktif kelompok yang asing untuk keIndonesiaan kita. Merdeka!!! Jayalah Indonesia rumah kita bersama. Tuhan besertamu.

 

 

Pengagum ibu yang baru dan mendadak,

 

Victor Rembeth/Rohaniwan Kristen

Ikuti tulisan menarik Victor Rembeth lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler