x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bola di Mata Tuna Netra~Cerita Cheta

Padahal secara logika orang melihat, kata-kata itu membutuhkan ketepatan ordinat agar bola dapat ditangkap dengan tepat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bermain bola menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan remaja dan anak-anak tuna netra di Yayasan Mitra Netra. Bola yang digunakan adalah bola berbahan plastik yang dilubangi bagian atasnya kemudian dimasukkan pasir atau kerincing, untuk memudahkan pemain bola mengikuti gerak bola. Bola juga menggelinding dengan stabil di tanah dan tidak perlu melambung jauh saat ditendang.

Salah satu tuna netra yang gemar bermain bola adalah Okky, 21 tahun. Ia sangat menggemari bola sejak sekolah dasar. Okky juga selalu rutin bermain bola setiap sore bersama teman-temannya di halaman Mitra Netra. Layaknya orang melihat bermain bola, mereka juga melakukan beberapa sahutan seperti, “oper bolanya ke saya”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Padahal secara logika orang melihat, kata-kata itu membutuhkan ketepatan ordinat agar bola dapat ditangkap dengan tepat. Tapi yang terjadi sore itu, saya menyaksikan – meski dengan telinga, bola ditendang dan diterima dengan tepat melalui suaranya.

 

Bermain bola yang dilakukan tuna netra adalah salah satu bentuk kemampuan kinestetik di luar indra penglihatan. Dengan bermain bola, tuna netra dapat melakukan gerak tubuh secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Meski tidak dipungkiri ada saja halangan yang ditemui saat bermain bola.

Seperti sore itu, salah satu teman Okky tiba-tiba ada yang berteriak bila kakinya terjerembab di parit kecil yang ada di halaman Mitra Netra. “Tapi tidak apa-apa, anaknya malah langsung main bola lagi,” ujar A. Muzaki, salah satu pendamping yang rajin merekam kegiatan bermain bola para tuna netra, saat ditemui di sela kegiatan bermain bola, Selasa 17 Januari 2017.

Ternyata bukan hanya bermain bola yang menjadi hobi para remaja laki-laki tuna netra di Mitra Netra. Mereka juga gemar menonton siaran langsung bola di televisi dan berkomentar atas permainan bola yang disiarkan. Bahkan pembahasan mereka sampai melebar ke materi bagaimana seharusnya para pemain dilatih, terutama dalam melakukan persiapan mental. Salah satu ajang perbincangan bola yang paling seru adalah perbincangan tentang Piala AFF 2017 lalu. Mereka sangat fasih

menyebutkan beberapa nama pemain dan cara bermainnya menjadi perbincangan seru.

Saya sendiri pun tidak tahu bagaimana cara mereka menganalisa permainan bola, sementara tidak ada visualisasi yang dapat diidentifikasi. Beberapa tuna netra menyatakan mereka mendengar suara komentator bola, sebagian lainnya mengaku mendengar dari suara tendangan bola dan sorak sorai penonton.Tapi apapun cara mereka menonton bola, saya dapat ikut merasakan kegembiraan sekaligus euforia kemenangan meski saya bahkan tidak tahu nama klub atau tim bola

yang sedang berkompetisi.

Bermain bola biasanya dilakukukan setiap sore di halaman depan atau samping Mitra Netra. Pesertanya sekitar 6 – 8 orang. Rata-rata pemainnya berumur 17 – 25 tahun. Kebanyakan dari mereka adalah tuna netra sejak bayi. Mereka memang memiliki kemampuan kinestetik yang jauh lebih baik dari pada tuna netra yang mengalami kebutaan di saat dewasa.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler