x

Iklan

Anton Putra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penyebab Turunnya Elektabilitas Agus-Sylvi

Tim sukses dan pendukung Agus-Sylvi tak paham dengan taktik kampanye modern

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hamper tiga bulan pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni memimpin klasemen perebutan kursi Gubernur DKI Jakarta. Terhitung sejak bulan oktober hingga desember 2016. Tapi memasuki tahun baru 2017,

Agus menurut berbagai lembaga survey telah disalip oleh pasangan lain. Menurut Charta Politica dan Populi Center pasangan Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Saiful Hidayat  unggul dari dua pasangan lainnya.

Populi Center memberi angka 36,7 persen untuk Ahok jauh meninggalkan posisi Agus di kiisaran 25 persen dan selisih 8 persen dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak jauh berbeda dengan Populi,  Charta Politica menempatkan Ahok-Djarot di tempat pertama dengan persentase 36,8 persen. Sedangkan posisi kedua ditempati Anies-Sandi dengan persentase 27 persen dan Agus-Sylviana berada diurutan terakhir dengan 25,9 persen.

Hasil yang berbeda dirilis Lembaga survey lain menyebutkan bahwa pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno lah yang memimpin kompetisi Pilgub DKI Jakarta hari ini.

Poltracking Indonesia misalnya, memberikan angka 31,5 persen untuk pasangan Anies-Sandi. Di urutan kedua ditempati pasasangan Basuki-Djarot dengan perolehan 30,13 persen. Sama dengan Charta dan Populi Center, Poltracking menempatkan pasangan Agus-Sylvi di urutan terakhir.

Menurut Polmark Indonesia Anies-Sandi unggul sementara dengan persentase 25 persen. Di peringkat kedua dan ketiga ditempati oleh pasangan Agus-Sylvi dan Basuki-Djarot dengan angka 23 persen untuk pasangan Agus dan 20 persne untuk pasangan Basuki-Djarot.

Dari riset berbagai lembaga survey diatas terlihat anjloknya elektabilitas pasangan Agus-Sylvi.

 Hanta Yudha dari Poltraking Indonesia menyebut tiga penyebab melorotnya elektabilitas Agus-Sylvi. Yang pertama soal efek kejut pencalonan Agus yang mulai memudar. Alasan kedua berkaitan kasus hokum yang menyeret Sylviana Murni dan performa debat pasangan Agus-Sylvi dinilai kurang baik.

Bisa jadi pendapat Hanta Yudha itu benar, tapi penyebab lain turunnya elektabilitas Agus-Sylvi menurut penulis adalah ;.

Yang pertama, sejauh ini, tingginya tingkat keterpilihan Agus-Sylvi diawal-awal pencalonan disebabkan dari eforia masa yang tersihir oleh penampilan Agus Yudhoyono. Jadi factor Agus sematalah yang membuat elektabilitas pasangan nomor urut satu ini membumbung tinggi.

Akan tetapi  penampilan Agus yang membuat pemilih terpukau tidak didukung dengan militansi tim sukses dalam melakukan sosialiasi Agus-Sylvi ketengah masyarakat. Jejaring Agus-Sylvi terlihat kurang mampu memainkan peran dalam membangun simpul baru dari tingkat atas hingga paling bawah yaitu tingkat RT.

Lemahnya jaringan tim sukses Agus-Sylvi membuat pasangan ini tidak mendapatkan energy tambahan atau hanya bergantung pada factor Agus semata. Ketika penampilan Agus dinilai kurang baik dalam debat Cagub, seketika itu jua elektabilitas pasangan nomor urut satu ini langsung turun. Penyangga kekuatan itu tidak mereka dapatkan. Dan disaat pasangan Agus-Sylvi berada dipuncak versi lembaga survey, timses Agus terlihat larut dalam eforia kemenangan dan lupa bahwa waktu pencoblosan masih panjang.

Factor yang kedua adalah pasangan Agus-Sylvi tidak berkutik dalam perang urat syaraf, baik dalam bentuk berita, opini maupun perang isu di social media. Dapat dikatakan bahwa pendukung Agus-Sylvi tak berdaya menghadapi gempuran isu dan opini dari pendukung pasangan lain. Padahal pemilih Jakarta melek dengan tekhnologi dan informasi.Agus-Sylvi lemah dalam bidan tersebut.

Tim sukses dan pendukung Agus-Sylvi tak paham dengan taktik kampanye modern. Partai Demokrat memang berpengalaman 10 tahun terakhir menjadi pemenang pada Pilpres dan Pileg. Tapi perlu diketahui bahwa kemenangan itu  disebabkan oleh factor Susilo Bambang Yudhoyono sendiri persis seperti Agus sekarang.

Bedanya, pada masa SBY arus informasi masih berpusat pada media cetak dan elektronik yang aksesnya sangat terbatas dan juga pada masa itu isu mudah dikontrol dan dipetakan.

Sedangkan sekarang ini, arus informasi begitu gencar-gencarnya dan sumbernya begitu banyak serta sangat mudah untuk diakses. Isu-isu yang diproduksi oleh pendukung rival tersebar dengan cepat. Dalam ranah ini, pendukung Agus kewalahan dan tak berdaya menghadapi serangan tersebut sehingga sebagian pemilih yang kurang cerdas percaya akan isu tersebut.

Khusus di ranah social media, kemampuan tim sukses Agus-Sylvi baru sebatas memposting photo, berita dan membantah isu-isu negative, itupun hanya beberapa orang saja. Mereka pun kurang begitu handal menangkal isu yang menyerang Agus-Sylvi. 

Pendukung AHY pun belum mampu mengajak dan meyakinkan sebagian pengguna social media yang belum menemukan pilihan untuk diajak memilih jagoan yang mereka usung.

Uniknya, tim sukses dan pendukung Agus-Sylvi ini hanya dominan di ranah Twitter. Di Facebook, mereka hamper tidak kelihatan, sehingga di media social paling banyak digunakan itu dikuasai oleh pasangan lain. Padahal peminat Facebook dari kalangan menengah keatas sampai paling bawah, dari yang tua hingga pemilih pemula. Sayangnya tim sukses Agus Sylvi tidak memanfaatkan media tersebut buat kampanye. 

Masa pencoblosan hanya tinggal beberhari lagi. Waktu sepekan inisangat menentukan apalagi bagi pemilih yang belum menentukan pilihan. Mudah-mudahan ketiga pasangan ini mampu menunjukan performa terbaik dan menang atau kalah dengan cara elegan.

Ikuti tulisan menarik Anton Putra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler