x

Iklan

Claudya Elleossa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Anak Tukang Sapu dan Investasi Bodong di Indonesia

mengapa setelah berbagai kasus terungkap, masih saja ada masyarakat yang tertipu dan mempercayakan uangnya di berbagai investasi bodong?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Profit 30% hanya dalam satu bulan lho!”

Dengan nada menggebu-gebu satu kawan saya membahas soal sebuah investasi yang kerap menempelkan iklannya di lambung armada taxi tertentu. Bukan, teman saya sedang tidak mengiming-imingi besarnya nominal dan prospek pengembalian untuk mengajak saya bergabung. Tidak, ia tak sekurangkerjaan itu,  kami hanya sedang asyik mendiskusikan soal berbagai investasi bodong. Ada beragam rupanya, dari yang kecil-kecilan agar tak dicurigai hingga yang berselimut ilmu gaib *we know who*.

Kita sebagai masyarakat Indonesia tidak diherankan dengan hal tersebut, beberapa kasus telah terungkap. Misalnya, Dream for Freedom, Cakrabuana, hingga Swissindo. Cara investasi mereka luar biasa variatif sehingga selalu punya celah untuk memperdaya masyarakat yang tamak dan ingin segera kaya. OJK tak elak dibuat pusing karenanya, total kerugian sejauh ini mencapai angka Rp 45 triliun dan 2.772 total pengaduan. Angka yang tak main-main, bukan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya lantas heran mengapa setelah berbagai investasi bodong terungkap, masih saja ada masyarakat yang tertipu dan mempercayakan uangnya. Jika itu uang ratusan ribu yang akan habis saat sekali pergi ke Pusat Perbelanjaan, tak masalah. Repotnya rata-rata mencapai angka yang fantastis hingga puluhan milyar.

 

MENCARI AKAR MASALAH

Salah satu konklusi yang kami ambil di ruas jalanan Surabaya yang tumben tidak macet itu adalah bagaimana rasa tamak, mental miskin, dan etos malas adalah perkara serius di negeri kita.

Kemiskinan bukan saja mengurangi keleluasaan untuk memilih fasilitas, namun juga mengurangi akal sehat. Mental miskin itu harus diakui menyusahkan banyak pihak yang sungguh ingin membawa Indonesia lebih baik. “Mempersulit orang kecil” itulah dalih yang kerap dikemukakan kala sebuah ketentuan baru ingin memangkas mental miskin tersebut. Padahal, jika dipandang secara utuh, kebijakan tersebut membawa dampak positif yang lebih luas dan dalam kurun yang lebih panjang.

Rasa tamak juga mengambil peran penting disini. Merasa kurang akan membuat orang bergairah mencari yang lebih, tak salah dengan itu. Menjadi repot, ketika keinginan berkembang tanpa dikendalikan. Tak puas dengan bunga bank yang dibawah 5%, lalu menjelajah mencari keuntungan maksimal. Lantas dibutakan dan kehilangan akal. Ditambah, ketika keinginan untuk mengubah hidup tak diiringi sebuah tekad untuk kerja keras. Instan, enggan untuk berproses dengan segala jatuh bangunnya.

 

MENJADI PERENUNGAN

Setidaknya itu konklusi kami sesaat sebelum lampu merah menyala di depan kami. Mobil serta obrolan harus terhenti sejenak. Tepat saat itu, di hadapan kami serong kiri ada seorang anak kecil dengan rompi oranye menyapu jalanan. Daun kering ia pingirkan dengan bahasa tubuh yang penuh semangat. Kontras apa yang kami simpulkan dengan realita di hadapan kami. Ketika banyak orang yang begitu malas dan mengandalkan janji kosong, ada seorang anak tukang sapu yang mengerjakan tugasnya (atau tugas ayahnya) dengan penuh semangat. Melawan terik Surabaya yang selalu tak biasa, jalanan berdebu, dan klakson para pengendara yang lalu lalang tak sabaran.

Keberadaan anak itu menjadi pengingat penting akan dua golongan manusia: mereka yang rakus serta malas dan mereka yang bermental tangguh serta ikhlas.

 

Teman saya di bangku belakang mobil memergoki saya yang terkesima, lalu ia dengan enteng menyarankan saya untuk turun dan mengulurkan bantuan bagi anak penyapu jalanan itu. Saya menolak dengan tawa.

Dan di detik itu saya tersadar, ada golongan orang ketiga di dunia ini: “mereka yang jago berempati dan piawai berteori, namun malas beraksi.” Iya, tepat seperti saya ini.

Ikuti tulisan menarik Claudya Elleossa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu