x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ayo Melangkah, Sekarang Juga

Langkah pertama seringkali sukar diayunkan, padahal tak ada seribu langkah tanpa yang pertama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Jangan pernah menunda hingga esok apa yang dapat kamu lakukan hari ini.”

--Philip Stanhope (Bangsawan Inggris, 1694-1773)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kutipan kata-kata Philip Stanhope di atas pertama kali saya dengar lewat nasihat almarhum Ahmad Noe’man, arsitek yang merancang Masjid Salman ITB. Saya tidak tahu persis, apakah itu memang kata-kata Stanhope atau bukan. Ada yang menyebut itu ucapan Thomas Jefferson. Siapapun orangnya, yang terpenting adalah kearifan di dalamnya.

Jangan menunda bermakna segeralah melangkah. Ayunkan langkahmu, sekarang juga! Berubah dari keadaan ‘diam’ menjadi ‘bergerak’ tidak selalu mudah. Seringkali ada kelembaman yang menghambat, sehingga langkah pertama terasa begitu berat. Perlu daya dorong yang besar untuk melawan kelembaman, yakni niat, tekad, komitmen, kemauan.

Novelis Stephen King menceritakan pengalamannya menulis dalam buku non-fiksinya yang sangat menawan, On Writing. Banyak penulis menyebut proses menuangkan gagasan menjadi tulisan sebagai ketegangan kreatif—tekanan yang begitu besar dirasakan oleh penulis, khususnya saat hendak mulai menuangkan kata. Ada rasa cemas bakal buruk, gelisah, takut gagal, sehingga King mengungkapkan situasi ini sebagai: “Momen paling mengerikan selalu terjadi sesaat sebelum kamu mulai menulis.”

Momen tersukar itu sebenarnya bukan hanya terjadi dalam aktivitas menulis, tapi dalam aktivitas apapun. Ini adalah momen ketika niat, keinginan, mimpi mulai diubah menjadi tindakan. Inilah ayunan langkah pertama yang akan membuka jalan untuk mencapai tujuan: menjadi entrepreneur sukses, juru masak hebat, aktor terbaik, menggoreskan kuas di atas kanvas, atau apapun.

Umpamanya saja, Anda ingin membuka kedai kopi. Angan-angan itu mungkin sudah muncul sekitar 1 tahun yang lampau dan hingga kini masih tetap angan-angan. Banyak alasan mungkin Anda ungkapkan: pekerjaan kantor menumpuk, uang belum lagi terkumpul, cemas bila kedai kopi Anda sepi pengunjung padahal menguras tabungan, dsb.

Anda bisa menyebutkan alasan apapun, dan alasan itu akan tetap ada sampai kapanpun jika Anda tidak mulai mengayunkan langkah. Kecemasan itu tidak akan hilang kecuali Anda mulai bergerak. Anda akan merasakan keanehan bahwa kecemasan itu kemudian hilang begitu Anda bergerak. Begitu Anda memperoleh momentum, keraguan mulai sirna dan antusiasme bertambah besar.

Penghalang untuk memulai langkah pertama itu bisa bermacam-macam, tapi yang utama ada di dalam benak kita sendiri: pikiran, cara berpikir, mindset. Jika Anda hendak memulai bisnis, segeralah mulai menulis rencana bisnis, sediakan waktu untuk mencari teman mengobrol, berkongsi, dan mungkin berpatungan modal. Semua ini tantangan, tapi Anda perlu menaklukkan tantangan pertama yang ada dalam hati dan pikiran Anda.

Tanpa langkah pertama tidak akan pernah ada perjalanan seribu langkah. Sangat banyak orang ingin belajar berenang, tapi tak kunjung datang ke kolam renang dan menemui pelatih. Dingin, sudah keburu tua, malu. Tanpa sadar kita telah membangun tembok-tembok yang menghalangi langkah pertama kita. Jadinya, kita tidak berbeda dengan kebanyakan orang yang berangan-angan punya studio foto, tapi malas belajar memotret, mengeluh belum punya kamera, tidak mau belajar mengolah foto agar tampak lebih baik.

Banyak orang membayangkan rasa senang menjalankan bisnis sendiri—punya warung foodtruck, toko pakaian, mengelola jasa wedding organizer. Impian yang bagus. Sayangnya, tidak ada aksi untuk mewujudkan impian ini. Malah, ada yang sensitif bila ditanya: “Sudah banyak pelanggannya?”

Berapapun waktu yang Anda sediakan setiap hari untuk mewujudkan angan-angan Anda, lakukanlah mulai sekarang. Jangan menundanya lagi. Anda mungkin baru memiliki satu jam untuk menulis setiap hari, lalu di minggu kedua Anda sanggup menambahnya menjadi dua jam sehari—sebab Anda mulai merasakan passion-nya. Dalam sebulan, Anda merasa semakin terpacu.

Sebagian orang berani langsung ‘nyemplung’ ke dunia baru yang mereka inginkan. Seorang keponakan yang berlatar pendidikan planologi memilih jadi wirausaha ketimbang bekerja pada orang lain. Berbekal minatnya pada sepatu dan surveinya bahwa pasar sepatu buat anak muda masih terbuka, ia pun ‘nyemplung’ ke dalamnya. Ia merekrut sejumlah ‘ahli sepatu’ dan mulai memproduksinya dengan dana terbatas. Langkah pertama yang berani ini sudah membuahkan hasil satu tahun kemudian.

Tidak setiap orang mampu atau berani keluar dari pekerjaan maupun zona nyaman dan mencurahkan seluruh energi mereka ke dalam usaha yang baru dirintis. Banyak wirausaha berhasil yang memulai secara hati-hati, dengan bekerja di perusahaan sendiri secara paruh-waktu tanpa melepaskan pendapatan teratur yang sudah mereka peroleh dari pekerjaan penuh-waktu mereka.

Mengubah diri memang sukar, terkadang kita harus meyakinkan diri berulang kali agar mau melangkah. Namun, bila Anda berkomitmen untuk mulai melangah, langkah berikutnya berpeluang jadi lebih mudah. (Foto; tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB