x

Ilustrasi greenery. shutterstock.com

Iklan

ilham ds

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Main Lego Star Wars Ditemani Muhammad dan Yesus (2)

Ketika anakku memperhatikan berbagai model lego yang diiklankan di kardus Lego Darth Vader-nya pagi itu, tiba-tiba dia nyeletuk gini:

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

(Ini adalah lanjutan dari tulisan bagian 1 sebelumnya

Disclaimer: Jika ada pembaca yang keberatan bermain lego bareng-bareng Muhammad dan Yesus sekaligus, maka tersedia alternatif ini: bagi yang Muslim, silakan bermain lego ditemani Nabi Muhammad. Bagi yang Kristen, silakan bermain lego ditemani Yesus. Buat yang nggak mau main Lego juga gapapa. Masih banyak mainan lain kan? ).

Ketika anakku memperhatikan berbagai model lego yang diiklankan di kardus Lego Darth Vader-nya pagi itu, tiba-tiba dia nyeletuk gini:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ayah, lihat nih: kalau yang jahat, tembakannya warna merah. Kalau yang baik, tembakannya warna hijau!

Buat saya, ini pelajaran akhlak luar biasa dari Lego via mulut anak saya: jangan lawan kejahatan dengan “warna”, gaya, dan cara yang sama dengan si penjahat. Jika kejahatan dibalas secara jahat, maka apa bedanya kita dengan si jahat?

Lawanlah si angkara murka merah yang panas membara itu dengan si sejuk hijau yang bijaksana!

Lawanlah hate-speech dengan love-speech!

Lawanlah benci dengan cinta!

Bukankah itu ajaran Muhammad dan Yesus, dan banyak nabi lainnya sejak dahulu kala?

***

Lalu, tiba-tiba saja, di tengah permainan Lego Star Wars anakku itu, kudengar suara Yesus –Isa Almasih–dari tanah Israel 2.000 tahun yang lalu, bersahut-sahutan dengan suara Muhammad 500 tahun kemudian dari tanah Arab. Keduanya membentuk simfoni nasihat Ilahi yang indah dan merdu di hati, untuk melawan si jahat secara baik dan bijaksana:

Dari tanah Arab kudengar Muhammad mengajari begini: “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik.” (Al-Quran, 23: 96)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Al-Quran, 41:34-35).

***

Kemudian dari tanah Israel, kudengar Yesus mengajari begini:

kamu telah mendengar firman: mata ganti mata dan gigi ganti gigi. tetapi aku berkata kepadamu: janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu….

kamu telah mendengar firman: kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. tetapi aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu... 

Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (Matius 5:38-46) 

***

Seruan Yesus dari Israel ini lalu bergema lewat lisan Muhammad di negeri Arab, begini:

“Janganlah berlaku seperti orang-orang yang mengatakan bahwa ‘jika orang lain memperlakukan mereka dengan baik, mereka akan memperlakukan orang itu dengan baik juga, dan jika orang lain memperlakukan mereka dengan buruk, mereka akan memperlakukan orang itu dengan buruk juga’; alih-alih, biasakanlah dirimu berbuat baik jika orang-orang berbuat baik dan janganlah berbuat buruk sekalipun mereka berbuat buruk.” (HR Tirmidzi).

Sayangilah apa yang ada di bumi, niscaya Dia yang di langit pun ‘kan menyayangimu” (HR. Tirmidzi)  

“Barang siapa melakukan tiga hal berikut ini, dia akan dihisab dengan mudah dan akan masuk surga dengan rahmat-Nya. Pertama, memberi kepada orang yang kikir. Kedua, silaturahim dengan orang yang memutuskannya. Ketiga, memberi maaf kepada orang yang zalim.” (HR Al-Thabrani)

***

Dari Nabi Muhammad di tanah Arab, kudengar gaung ajaran Nabi Musa dari negeri Israel, bahwa memang membalas kejahatan dengan setimpal boleh saja dilakukan:

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa,…” (Al-Quran, 42:40)

Tetapi, segera setelah gaung ajaran Musa itu selesai, langsung kudengar gema ajaran Isa dalam lanjutan ayat Al-Quran itu, bahwa bersabar, memaafkan, dan membalas dengan lebih baik jauh lebih menjamin pahala, lebih mulia, dan lebih utama:

“maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim…. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Al-Quran, 42:40-43)

***

Lalu, lagi-lagi kudengar Yesus berkata:

“Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?..." (Matius 5:47-48)

Dan, pesan untuk menyebarkan salam kepada semua juga kudengar dalam dialog antara sang Nabi Arab Saw. dan sahabatnya ini:

Suatu hari, seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Amalan Islam apakah yang baik?” Beliau bersabda: “Engkau memberi makan (orang fakir dan miskin), dan mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal dan yang tidak kau kenal.” (HR. Al-Bukhari).

Lalu, Yesus menasehati manusia untuk meniru perbuatan Tuhan Allah: "yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." Karena Tuhan Allah adalah sumber kebaikan, maka yang dilakukan-Nya adalah mencurahkan kebaikan belaka kepada semua makhluk-Nya: mentari dan hujan tetaplah diberikan kepada si jahat maupun si baik.  

Dan itu pula yang diajarkan Muhammad: “Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Quran, 28:77)

Nabi Muhammad pun menyampaikan sabda suci, yang amat digemari para sufi: "takhallaquu bi akhlaaqillaah": berusahalah kalian meniru akhlak Allah. Tirulah kebaikan-Nya dalam memperlakukan makhluk-Nya. Jika Tuhan Maha Penyayang, Maha Rahman-Rahim pada manusia, maka jadilah pula manusia yang berkasih-sayang pada manusia dan makhluk lain, serta alam lingkungan semua.

Ingatlah ini selalu dengan memulai setiap langkah perbuatanmu dengan mengingat nama Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Sayang: ucapkanlah bismillahirrahmanirrahiim dalam setiap kesempatan. Agar segenap jiwa-raga dan perbuatanmu berlumuran kasih-sayang.

Lalu, doakanlah salam keselamatan sambil rajin menengok kepada yang di kanan dan di kirimu: assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh: salam damai selamat sejahtera untuk kalian semua, diiringi rahmat dan berkah-Nya. Ini untuk mengingatkan hatimu selalu, agar sang kalbu menggerakkan seluruh jiwa-ragamu untuk berbuat damai dan menyebarkan selamat-sejahtera selalu.

***

Ketika Yesus mengajari “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”, kudengar Muhammad menimpali begini:  

Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.

Dan, ketika sahabatnya heran mengapa orang zalim pun harus ditolong, sang Nabi Arab itu pun menjawab bahwa menolong si zalim adalah begini: 

Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (HR. Bukhari, Muslim).

***

Dalam khayalku, sebuah bayangan pikiran berkelebat: Andai Yesus dan Muhammad lahir di waktu dan tempat yang sama, mungkin mereka akan bermain lego --eh bukan, Lego belum ada pada zaman mereka-- mungkin mereka akan menggembala kambing dan domba bersama, sambil bermain-main riang gembira. Bukankah Yesus dan Muhammad sama-sama penggembala? Dan sama-sama pernah menjadi anak-anak yang senang bermain sambil menggembala?

***

Lawanlah angkara murka api “si merah” dengan sejuk semilirnya “si hijau” yang bijaksana.

Lawan benci dengan cinta.

“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5:44)

Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia! (Al-Quran, 41:34)

 

And may the Force -- Al-Qawiyy, Sang Mahakuat-- be with you!

***

PS: Kalau permainan Lego-nya mau diteruskan dengan filsafat Cina dan Taosime Yin dan Yang, maka kita pun sadar bahwa dalam pasukan “merah” juga ada unsur “hijau”, dan dalam pasukan “hijau” pun ada unsur “merah”. Ada Yin dalam Yang, dan ada Yang dalam Yin. Seperti syair “Tuhan”-nya Bimbo saja kan? “Hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa berpadu”.

Karena itu, tidak selayaknya pasukan mana pun merasa dirinya suci, sebab: “Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (Al-Quran 53:32).

Karena, sehijau-hijaunya aku, pasti ada merah juga dalam diriku. Dan semerah-merahnya aku, tentu ada hijau juga dalam diriku. Maka, aku pun amat cemas akan hukuman Tuhan untuk keburukanku. Sekaligus aku pun amat berharap akan ampunan dan kasih Dia Yang Maha Pengasih dan Pengampun.

***

 Dengan dua sayap cemas dan harap itulah aku berusaha untuk tetap terbang menuju-Nya, sampai tiba saatnya aku harus jatuh kembali ke tanah, entah kapan dan di mana.  

Ikuti tulisan menarik ilham ds lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler