x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pertama Memilih sebagai Tuna Netra ~ Cheta Nilawaty

Pada Rabu, 15 Februari lalu untuk pertama kalinya saya menggunakan hak pilih saya sebagai tunanetra.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pertama Menggunakan Hak Pilih Sebagai Tuna Netra

 

Suara musik dangdut itu bersahutan dengan suara mesin kereta api yang lalu lalang di sepanjang rel yang membentang dari Stasiun Pasar Minggu hingga Pasar Minggu Baru. Maklumlah tempat pemungutan suara Yang terletak di RT05 RW 07 Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu terletak tepat di sepanjang rel kereta api.

Pada Rabu, 15 Februari lalu untuk pertama kalinya saya menggunakan hak pilih saya sebagai tunanetra. Karena itu saya harus menghadapi prosedur yang sedikit berbeda. Dulu semasa masih bisa melihat, saya bebas lenggang kangkung di TPS. Kini saya sangat tergantung dengan instruksi dari panitia. Untungnyaa, panitia sigap menangani pemilih dengan kondisi seperti saya.

Pertama kali panitia meminta identitas saya dan ibu, seperti kartu tanda penduduk dan kartu keluarga. Setelah itu panitia meminta surat panggilan pemilih kepada saya dan ibu. Surat panggilan itu sudah disampaikan kepada keluarga saya beberapa hari sebelumnya. Kebetulan keluarga saya yang mengurus semua administrasi untuk keperluan Pilkada hari itu.

Kemudian panitia mulai memverifikasi data saya ke dalam Daftar Pemilih Tetap atau DPT. Selama proses verifikasi panitia sigap mempersilahkan saya duduk, begitu pula dengan ibu saya yang manula juga ikut dipersilahkan duduk. Sementara di bagian lain terdengar suara panitia memanggil nama nama yang sudah terverifikasi, untuk masuk ke dalam bilik suara.

10 Menit kemudian panitia mengembalikan kartu tanda penduduk dan kartu keluarga saya. Mereka menyampaikan bahwa data saya sesuai dengan data yang ada di DPT. Setelah proses itu saya dan ibu masih diharuskan menunggu. Karena hanya ada tiga bilik suara yang tersedia di TPS tersebut. Sehingga kami harus antri bergiliran masuk ke dalam bilik suara bersama dengan pemilih lainnya.

Tiba nama saya dipanggil untuk masuk ke dalam bilik suara. Tapi sejenak saya ragu untuk berdiri, sebab saya belum mengenal tempat tersebut dan saya juga belum mengenal di mana letak bilik suara berada. Rupanya panitia membaca gelagat saya,  mereka langsung memajukan nama antrian ibu agar dapat masuk bersama sama saya ke dalam bilik suara. Sebelum masuk, saya dan ibu masih diharuskan kemeja panitia untuk menerima keterangan tentang cara memilih.

Kemudian panitia memberikan saya sebuah alat penuntun untuk mencoblos pilihan saya. Alat tersebut berbahan kardus tipisagak kaku. Di bagian paling bawah alat tersebut terdapat tiga buah lubangt. Rupanya lubang tersebut digunakan sebagai patokan untuk mencoblos. Letaknya mengikuti nomor urut pasangan calon. Lubang paling kiri digunakan untuk mencoblos pasangan calon nomor urut 1, lubang yang ditengah untuk pasangan calon nomor urut 2, dan lubang paling kanan untuk pasangan calon nomor urut 3.

Dalam kesempatan itu panitia juga menyampaikan bila kertas suara saya harus dilipat di dalam bilik suara. Sebab, saya menerima kertas suara yang sudah dibuka di hadapan umum Dan dimasukkan ke dalam alat Penuntun. Panitia juga mengajarkan saya bagaimana cara melipat kertas suara yang benar agar pilihan saya terjaga kerahasiaannya. Setelah itu saya dan ibu dipersilahkan masuk ke bilik suara untuk menentukan pilihan. Setelah mencoblos saya melipat kertas suara seperti yang diinstruksikan oleh panitia dan mengembalikannya kepada mereka.

Terakhir, saya dan ibu dibawa menuju ke meja tinta. Panitia membantu saya mencelupkan jari kelingking saya ke dalam tinta pemilu. Tinta tersebut untuk menandakan kalau saya sudah menggunakan hak pilih dan menentukan pilihan saya. 

 

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB