x

KRISIS POLITIK KOREA SELATAN

Iklan

Fathorrahman Fadli

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Demokrasi dan Peradaban Politik

Ketika banyak orang tidak lagi mengindahkan tujuan politik, atau pura pura melupakan sejatinya maksud orang berpolitik, rasanya sakitnya itu disini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Fathorrahman Fadli*

*Dosen Universitas Pamulang dan Pegiat Institut Peradaban

Ketika banyak orang tidak lagi mengindahkan tujuan politik, atau pura pura melupakan sejatinya maksud orang berpolitik, rasanya sakitnya itu di sini. Betapa tidak, politik selama reformasi ini telah membelah masyarakat dalam kotak-kotak sempit yang mengerikan.

Disebut mengerikan karena ia hanya diikat oleh kesamaan kepentingan sesaat yang hanya beberapa bulan untuk memenangkan calon atau jagoannya sendiri; tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat banyak dalam waktu yang panjang. Bukankah perjuangan politik itu adalah tangga sekaligus alat yang legitimate untuk memperbaiki kehidupan orang banyak?

Namun mengapa tujuan mulia itu harus takluk oleh kepentingan yang sifatnya sementara dan hanya untuk memenangkan seorang kandidat pilihannya. Lalu untuk itu mereka saling bersikap membabi buta? Untuk itu pula orang harus saling serang, saling melecehkan dan saling meniadakan? Bukankah politik demokrasi menyediakan keadaban yang lumayan baik.

Dalam sejumlah literatur ilmu politik menyebutkan, politik adalah usaha sadar untuk menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Dengan berpolitik orang dapat berpartisipasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan beradab. Namun bagaimana jadinya peradaban yang akan terbangun jika untuk menuju kesana mereka mulai dengan cara-cara yang tidak beradab.

Bagaimana pula jika sikap kita dalam memperlakukan politik itu tidak bermartabat. Bukankah produk politik itu adalah hukum- hukum yang dibangun di atas prinsip-prinsip kehidupan yang luhur dan baik. Bukankah hukum-hukum itu hendak meraih tatanan kehidupan yang lebih baik.

Seorang antropolog seperti Fachry Ali pernah berucap," Jika Anda hayati, sesungguhnya politik itu adalah cara terbaik untuk membangun peradaban yang unggul di masa depan." 

Fachry benar adanya. Politik adalah alat yang sangat strategis untuk membangun peradaban di masa depan. Namun pemahaman seperti ini rasanya terbenam dibenak para politisi kita yang makin haus uang suap itu.

Mereka semakin tak peduli dengan pesan-pesan suci dalam politik itu sendiri. Mereka banyak yang lupa untuk apa mereka berpolitik. Padahal politik adalah pintu gerbang kekuasaan yang sangat efektif untuk kemajuan, kebaikan, pembangunan, menumpuk amal baik, dan memberi rasa aman dalam.dada masyarakat.

Oleh karena itu politik sedianya tempat berkumpul kaum idealis yang telah mewakafkan hidupnya untuk kemajuan bangsanya. Bukan kumpulan manusia serakah yang kerapkali memperkosa kebijakan  demi merampok uang negara untuk memperkaya diri.

Nature politik memang tidaklah sama dengan nature agama. Namun tak jarang kita jumpai, agama selalu memberi warna dalam kehidupan politik. Begitu pula sebaliknya; ajaran agama bisa digunakan memandu kehidupan politik. Dalam taraf ini agama tentu akan baik baik saja. Agama sedianya menjadi fondasi moral dan etika dalam menjalankan politik.

Hal itu penting agar kehidupan politik dapat berjalan secara beradab dan berkeadaban. Masyarakat politik yang menjunjung tinggi etika dan moralitas agama sedianya akan membawa kepada kehidupan masyarakat  yang berkeadaban. Dengan demikian akan muncul peradaban politik yang elok nan tinggi.

Peradaban seperti itu akan melahirkan simpati, respek, dan kebanggaan dari seluruh bangsa, bahkan juga akan mendapatkan perhatian dan pujian dari bangsa-bangsa lain di dunia.

Memasuki dunia politik adalah pilihan yang harus didahului dengan pertimbangan dan persiapan yang matang. Mengapa? Karena politik adalah pekerjaan yang extra-ordinary dalam kehidupan seseorang.

Dunia politik tidaklah bisa dimasuki oleh semua orang. Sebab politik membutuhkan kesiapan ilmu pengetahuan yang beragam, kesiapan mental, serta kesiapan keterampilan berpolitik secara standard agar kehadirannya tidak merugikan rakyat banyak.

***

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Fathorrahman Fadli lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB