Drainase Tak Berfungsi, Sekitar UNDIP Tembalang Rawan Banjir

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dewasa ini Tembalang selalu banjir saat hujan deras, salah satu penyebabnya adalah tertutupnya saluran drainase

Kawasan Tembalang terletak di bagian selatan Kota Semarang. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, kawasan Tembalang berperan sebagai kawasan pengembangan fungsi utama kawasan permukiman dan pemekaran kota (menampung perkembangan penduduk dari pusat Kota Semarang), selain itu Tembalang juga berfungsi sebagai kawasan pendidikan.  Dalam RTRW Kota Semarang tahun 2010 – 2030, Tembalang termasuk dalam Kawasan Kota Atas yang memiliki karakteristik perbukitan, sehingga kawasan ini juga diarahkan sebagai daerah resapan air untuk melindungi banjir di bagian bawah wilayah Kota Semarang (wilayah pesisir Kota Semarang).

Berdirinya Universitas Diponegoro di Tembalang membuat kawasan ini berkembang pesat. Setiap tahun ribuan mahasiswa datang dan menetap di Tembalang. Kedatangan mahasiswa selalu diiringi dengan pembangunan berbagai macam fasilitas, seperti kos-kosan, warnet, laundry, rumah makan, distro, supermarket, hotel sampai dengan apartemen. Selain fasilitas, pembangunan perumahan semakin berkembang, mulai dari perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah sampai dengan perumahan elit, sebut saja Permata Tembalang, Graha Sapta Asri, Tembalang Pesona Asri, Graha Estetika, Perumahan Bukit Diponegoro, dan lain sebagainya. Tembalang yang pada awalnya merupakan sebuah desa bertransformasi menjadi wilayah urban. Komposisi lahan terbangun meningkat secara drastis sehingga daerah resapan air menjadi berkurang.

Berkurangnya daerah resapan air di Tembalang menyebabkan air hujan tidak banyak terserap ke tanah dan berubah menjadi air limpasan (run off). Air limpasan mengalir pada drainase, anakan sungai kemudian sampai pada sungai yang besar hingga bermuara di laut. Ada dua tipe drainase, yaitu drainase terbuka (permukaan drainase tidak tertutupi benda/bangunan) dan drainase tertutup (permukaan drainase tidak tertutupi benda/bangunan). Keuntungan drainase terbuka adalah air lebih mudah masuk, drainase lebih mudah dikontrol dan dirawat. Keuntungan drainase tertutup adalah permukaan drainase dapat berfungsi sebagai tempat untuk beraktivitas, contohnya parkir. Fungsi drainase sangat penting, pembangunan drainase dengan besar volume yang tepat dan saling terhubung satu sama lain dapat mengatasi timbulnya genangan dan banjir saat curah hujan tinggi. Lalu, apa yang terjadi jika drainase rusak/tersumbat atau tidak berfungsi sama sekali? Hal inilah yang terjadi di Kawasan Tembalang.

Drainase di Kawasan Tembalang banyak yang tersumbat dan rusak sehingga Tembalang mudah banjir saat hujan. Banjir sering terjadi di Jalan Prof. Sudarto, Jalan Sirojudin, Jalan Banjarsari, kemudian di sekitar perumahan Graha Sapta Asri. Drainase yang terletak di jalur-jalur utama di Tembalang seperti Jalan Prof. Sudarto, Jalan Sirojudin dan Jalan Banjarsari mayoritas merupakan drainase tertutup yang permanen. Artinya, permukaan drainase sengaja ditutup dengan rapat oleh aspal atau cor semen, kemudian difungsikan sebagai tempat parkir dan lokasi berjualan PKL. Kerugian drainase tertutup adalah sulitnya mengontrol aliran, apakah drainase masih dapat mengalirkan air dengan baik atau sudah tersumbat. Mengacu pada SNI No. 03-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan, desain drainase tertutup yang benar adalah tersedia lubang untuk jalur masuk air dan memiliki penutup yang mudah dibuka sehingga saluran dapat dikontrol dan dirawat. Drainase di Tembalang banyak yang tertutup rapat, sehingga saat terjadi hujan deras, air tidak dapat masuk ke drainase. Air justru mengalir melalui jalanan sehingga jalan berubah fungsi menjadi “sungai kecil”.  Selama ini, pemerintah setempat dan masyarakat tidak pernah memperhatikan kondisi drainase lingkungannya. Tidak heran jika semakin banyak drainase di Tembalang yang rusak maupun tersumbat. Drainase terkesan menjadi sebuah hal yang sepele dan tidak memiliki fungsi yang serius sehingga bukan menjadi hal yang urgent untuk diperhatikan.

Banjir yang timbul setelah terjadi hujan deras

Budaya kerja bakti yang dulu sering dilakukan oleh masyarakat Tembalang mulai terkikis. Saat ini kegiatan kerja bakti hanya dilaksanakan pada momen tertentu, seperti menjelang perayaan 17 Agustus, menjelang bulan Ramadhan, dan menjelang pemilu. Padahal budaya kerja bakti seharusnya terus digalakkan terutama dalam hal membersihkan saluran air sehingga air dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan genangan/banjir. Kesadaran masyarakat harus kembali dibangun sebagai bentuk tanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekitarnya sehingga lingkungan dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang. #InfrastrukturKitaSemua

Bagikan Artikel Ini
img-content
Yusica Andriani

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler