x

Iklan

edriana noerdin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hilangnya Akal Sehat, Politik Uang Pilkada DKI Dibiarkan

Karena termakan isyu kebhinekaan, semua kecurangan petahana pun dibela dan dilindungi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hilangnya akal sehat: Atas nama kebhinekaan, politik uang, pelanggaran HAM dan tindakan korupsipun dibiarkan

By: Edriana Noerdin

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hari-hari menjelang pemungutan suara kita menjadi saksi terjadinya politik uang dan sembako yang sangat masif menyerang ibu kota. Laporan dari berbagai sudut kota berdatangan silih berganti. "Aduh mbak, mereka bagi2 sembako dan fulus ke masyarakat T. Abang nih. Sembako di drop pakai mobil, sangat terbuka dan tidak malu2". Itu laporan relawan dan setiap saat laporan masuk dari berbagai penjuru. Ini lah politik uang yang gencar dilakukan oleh petahana untuk mempertahankan kekuasaannya. Dengan dukungan kekuasaan sebagai Gubernur dan sumber daya yang tidak terbatas mereka leluasa melakukan politik uang.

Para aktivis pun membisu dan membiarkan terjadinya kecurangan demi kecurangan. Karena termakan isyu kebhinekaan, semua kecurangan petahana pun dibela dan dilindungi. Padahal orang yang mencerca agama lain itu adalah orang yang tidak menghayati kebhinekaan.

Apakah demi melawan FPI lalu tindakan Ahok menghina pemuka  agama Islam, menghina Ulama yang menginterpretasikan ayat Al Maidah agar umat Islam harus memilih pemimpin Muslim lalu dibenarkan dan dibela? Dimana letak kebhinekaannya bila Ahok menghina agama atau pemuka agama lain yang bukan agamanya?

Keberadaan FPI sudah lama di Jakarta. Ketika 5 tahun berkuasa kenapa Ahok tidak melapor ke polisi kalau menurutnya ada kelompok "radikal" di Jakarta yang melakukan pelanggaran hukum? Sangat berbahaya seorang pemimpin yang bermain api dengan menakuti warga kalau memilih AniesSandi berarti pro kelompok radikal? Itu adalah perilaku teror pada warga Jakarta yg sudah hidup dalam kebhinekaan sepanjang hidupnya.

Berkat semua sikapnya yang Islamophobia, lalu Ahok dinobatkan sebagai tokoh kebhinekaan? Ketika Islamophobia Ahok menjadi model, diapun menyulut lahirnya generasi baru yang rasis yang sekarang mempopulerkan istilah "pribumi Tiko, Indon Tiko".

Ini sungguh dampak yang sangat mengkhawatirkan dari sikap petahana yang anti kebhinekaan.

Ironisnya, selain politik uang dan politik sembako, akhir2 ini kita menyaksikan 2 buah video yg sangat memprihatinkan.

1. Video tokoh HAM yg memberikan pembenaran dan pembelaan terhadap penggusuran yang jelas2 melanggar HAM karena dilakukan secara paksa, tanpa ganti rugi serta melawan hukum oleh Ahok. Penggusuran tersebut juga sudah dinyatakan melanggar hukum oleh PTUN.

2. Video aktivis lingkungan yang memberi kesaksian dan pembelaan terhadap Ahok dalam melalukan Reklamasi yang juga melanggar hukum, merusak lingkungan serta mencederai nelayan. Reklamasi itupun juga sudah dinyatakan bersalah oleh PTUN.

Kedua Video tersebut sangat memalukan, menyakitkan, mengoyak rasa keadilan masyarakat. Bak bintang iklan   aktivis HAM dan Aktivis Lingkungan senior dimana nama mereka dibesarkan oleh isu tersebut telah melakukan penghianatan terhadap rakyat korban penggusuran dan korban reklamasi.

Karena termakan pembengkokan pikiran bahwa Ahok adalah simbol kebhinekaan, semua kebijakan dan penggunaan anggarannya yang sarat korupsi juga dibela oleh aktivis anti korupsi. Memanfaatkan dana off budget dari pengembang kok malah dianggap inovatif? Setiap kali ada korupsi dari pengadaan tanah, para aktivispun selalu mendukung petahana yang menyatakan bahwa bawahannyalah yang melakukan korupsi. Sebagai atasan dia dianggap tidak melakukan kesalahan dan tidak perlu bertanggung jawab.

Kemanakah hilangnya akal sehat para pendukung Ahok tersebut?

Ikuti tulisan menarik edriana noerdin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler