x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Orang Buta Menolong Orang Buta

Pengalaman Riston Manyonyo dalam menolong orang-orang buta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Elsafan Riston Manyonyo – Melihat yang Tidak Bisa Dilihat oleh Mata Orang Biasa

Penulis: Laurence Suryanata

Tahun Terbit: 2016

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Yayasan Elsafan

Tebal: xvi + 336

ISBN: 978-602-17215-1-3

 

“Orang buta kok mau mengurus orang buta? Mengurus dirinya sendiri saja sudah sulit” (hal. 101). Demikianlah cibiran dari banyak pihak saat Riston Manyonyo bersama kawan-kawannya mendirikan Elsafan Ministry. Tentu saja banyak orang yang tidak yakin bahwa orang tunanetra bisa mengurus sesamanya. Sebab pandangan umum masyarakat tentang orang tunanetra adalah orang yang membtuhkan bantuan, bukan orang yang bisa membantu orang lain. Namun Elsafan Ministry yang kemudian berubah bentuk menjadi Yayasan telah membuktikan bahwa orang buta bisa mandiri, dan bahkan bisa berkarya bagi orang lain.

Riston Manyonyo adalah anak seorang pendeta yang nakal pada masa mudanya. Saat SMA ia suka merokok dan mabuk-mabukan (hal. 15). Sejak kelas dua SMA ia mengalami kemunduran penglihatan karena penyakit glaucoma. Karena penyakitnya ini tidak diobati dengan baik, maka sejak Bulan April 1999 ia mengalami kebutaan (hal. 37). Kebutaan ini menyebabkan kuliahnya di STT Doulos menjadi terbengkalai. Ia memutuskan pulang ke kampung halamannya di Tentena, Sulawesi Tengah. Ia merasa bahwa hidupnya sudah tidak berguna dan menyusahkan orang saja.

Suatu hari, karena sebuah tilpon nyasar, ia diperkenalkan dengan sebuah panti asuhan di Bawen – Salatiga. Di panti asuan ini ia diberi kepercayaan untuk memimpin tim doa (hal. 55). Kepercayaan yang diberikan ini telah mengubah hidup Riston. Ia kemudian sadar bahwa orang buta masih bisa memberi manfaat bagi orang lain. Dari sanalah ia mulai membenahi diri. Ia belajar huruf braille, belajar hidup mandiri di Yayasan Mardi Wuto di Jogjakarta (hal. 66), dan kembali kuliah (hal. 78). Akhirnya Riston berhasil menyandang gelar Sarjana Theologi dengan cum Laude (hal. 82). Bahkan ia bisa menyelesaikan S2 di bidang Theologi.

Pelayanannya kepada sesame orang buta diawali di Biro Tunanetra Laetitia (hal. 87). Mula-mula ia hanya membantu sana-sini, namun akhirnya ia menjadi Koordinator Wilayah Jakarta Utara. Melalui pelayanannya di Laetitia ini ia sadar bahwa anak-anak yang tunanetra sejak kecil harus mendapatkan pendidikan yang memandirikan mereka. Namun idenya ini tidak bersambut dengan misi Laetitia yang lebih memperhatikan orang tunanetra dewasa.

Melihat bahwa idenya kurang mendapatkan respon, Riston dan kawan-kawannya mendirikan Elsafan Ministry (hal. 99). Kegiatan Elsafan Ministry diawali di rumah kontrakan di Gang Madrasah. Di gang sempit ini Riston bersama dengan kawan-kawannya memberanikan diri untuk mengasuh anak-anak tunanetra. Mula-mula mereka menampung dua anak tunanetra, namun organisasi ini berkembang sehingga akhirnya memiliki sekolah, group musik, dan asrama untuk menampung anak-anak tunanetra. Meski sudah berperan besar dalam membantu anak-anak tunanetra, namun Yayasan Elsafan belum memiliki kampus sendiri. Mereka masih harus berpindah-pindah kontrakan.

Riston secara detail menceritakan perjalanan pelayanan Yayasan Elsafan. Riston percaya bahwa tangan Tuhan akan menyediakan semua yang dibutuhkan dalam pelayanannya. Ia menceritakan para donatur yang peduli, orang-orang yang menyepelekan dan mengasihani orang buta, mereka yang memberi janji muluk tetapi tidak dilaksanakan dan juga bercerita tentang dinamika organisasi yang kadang terjadi gesekan di antara para pendiri. Namun dinamika organisasi ini tidak membuat hambatan berarti dalam perkembangan pelayanan Yayasan Elsafan. Bahkan yayasan ini semakin dikenal dan bisa masuk TV di acara Kick Andy (hal. 186).

Dalam buku ini Riston juga berkisah tentang perjalanan asmaranya. Ia tidak menutupi bahwa ia pernah berpacaran dengan banyak gadis. Namun cinta sejatinya hanya kepada gadis sekelasnya saat kuliah di STT Doulos, sebelum ia mengalami kebutaan – Silva. Meski pernikahan mereka pada awalnya mendapat tentangan dari keluarga Silva, namun setelah mereka mempunyai anak, mereka diterima dengan baik di keluarga Silva.

Kisah Riston Manyonyo adalah kisah yang sangat menarik. Nasib buruk yang menimpa kita sering menjadi sarana untuk kebangkitan hidup kita. Kebutaan yang dialami Riston telah mengubah hidupnya yang nakal dan manja menjadi seorang yang membantu banyak penderita tunanetra. Hidupnya justru berguna ketika ia buta.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler