Setidaknya dua jenis pohon kayu khas rawa gambut Sumatera masing-masing Ramin dan Jelutung Rawa semakin sukar dijumpai. Sebagain besar tanaman tersebut menghilang akibat peristiwa kebakaran dan pembalakkan. Sebagai langkah antisipasi kehilangan pohon yang telah dilindungi sejak 2002 itu, sejumlah peneliti mengembangkannya di kebun plasma nutfah dan demonstrasi plot restorasi hutan rawa gambut di Sepucuk, persisnya di kelurahan Kedaton, Kayuagung, Ogan Komering Ilir.
Hasilnya, saat ini dilahan seluas 20 hektar itu, mulai dapat dengan mudah melihat langsung Ramin, Jelutung dan puluhan pohon lainnya menjulang diatas lahan bekas terbakar tahun 1997 dan 2006 lalu. Bastoni, ketua tim peneliti menjelaskan keberhasilan itu mendapatkan pengakuan berbagai pihak di dunia. Sehingga itu, wajar bila sejumlah delegasi Bonn Challenge dari 27 negara menyambangi kawasan tersebut. Mereka memberikan suport dan juga ikut menanam.
"Pertumbuhan pohon yang ditanam sangat nemuaskan dengan daya hidup hingga 97 persen," katanya, Rabu, 11 Mei 2017. Peneliti melakukan riset restorasi sejak 20 tahun silam. Riset dilakukan dengan pembangunan kebun hingga berhasil mengkoleksi 25 jenis pohon lokal khas Sumatera seperti Jambi, Riau dan Sumsel sendiri. Selain Ramin dan Jelutung juga ada koleksi Punak, Perupuk, Meranti, Gelam, Medang Kelir, dan Beriang.
Saya sempat bersama delegasi "The 1st Asia Bonn Challenge High Level Roundtable Meeting, dari berbagai negara di Asia Fasifik mengunjung desa Sepucuk. Di lahan bekas terbakar pada beberapa tahun silam itu kini sudah kembali ditumbuhi oleh berbagai pohon langkah secara alami maupun melalui program penanaman kembali.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengatakan kawasan revegetasi dilahan gambut bekas terbakar di Sumatera Selatan, bakal bertambah menjadi lebih dari 1000 hektar. Penambahan tersebut sebagai bentuk apresiasi berbagai pihak atas keberhasilan daerah itu dalam melakukan penghijauan pada daerah yang terdegradasi hebat paska kebakaran tahun 1997 dan 2006 lalu di kawasan Sepucuk, Ogan Komering Ilir. "Ada pihak yang siap membantu menambah pengembangan kawasan 1000 hektar," katanya.
Alex mengakui untuk upaya revegetasi pada lahan gambut bekas terbakar tidak segampang melakukan penanaman kembali pada lahan mineral. Dibutuhkan dana Rp 15 juta untuk setiap hektarnya bila ingin melakukan revegetasi ditahun pertamanya. "Itu belum termasuk biaya tenaga kerjanya," kata Alex. (pharliza@gmail.com)
Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.