Revolusi Mental Versus Pragmatisme Politik
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBpolitik saat ini ditafsirkan menjadi sempit, terkesan politik adalah alat untuk memperjuangkan kepentingan
Dengan perkembangan dunia politik saat ini, kita bisa menyadari bahwa pergeseran oriantasi politik yang dulu memperjuangkan hak-hak rakyat, saat ini hampir musnah, ada dasar sehinga pergeseran itu muncul. Perkembangan dunia politik akhir-akhir ini memunculkan tafsir pragmatisme politik yang berlebihan, sadar atau tidak pergeseran itu udah jauh melenceng, pertayaanya apa bisa pergeseran itu kita balikan, atau membuat jalur baru sehinga pergeseran itu tidak terlalu jauh dan kembali sesuai jalur.
Perkembangan politik saat ini di mana hasil pemilu 2014 melahirkan penguasa baru, di mana Jokowi dan Jusuf kalla memenangkan kompetesi pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014, mengantikan rezim sebelumnya di era Susilo Bambang yudoyono dan Bodiono. Lahirnya penguasa baru melahirkan pergeseran politik nasional yang sangat daksyat di mana pemilihan legislative dimenangkan oleh lawan politik “demokrat” dimenangkan oleh PDIP. Di mana di era pemerintahan SBY-Budiono, PDIP menjadi partai yang menamakan dirinya partai oposisi, walaupun tidak dikenal adanya partai oposisi, tetapi PDIP waktu itu memerankan dan menjuluki dirinya sebagai partai oposisi. Era SBY telah berakhir saat ini era Jokowi-JK di mana rezim ini baru berjalan hampir 2,5 tahun, di era Jokowi ini banyak program dan kebijakan baru yang dilahirkan hasil dari evaluasi program era SBY.
Telah beralihnya pemerintahan, apa ini telah menjawab serta bisa mengeser politik pragmatis ataukah menciptakan politik pagmatisme baru yang sama-sama keluar dari jalur cita-cita pendiri bangsa, yang mengiginkan kesejahteraan rakyat dan memperjuangkan hak-hak rakyat untuk menjadi bangsa maju. Untuk menjawab pertanyaan besar ini harus melihat dari semua aspek, pergeseran politik pragmatisme itu muncul karena politik tidak dijadikan landasan untuk berjuang dengan memiliki nilai, sedangkan politik idologi, bagaimana politik diterapkan dengan memilki nilai yang kuat, apa yang mendorong politik pragmatisme saat sekarang menjamur sedangkan politik idiologi terkesan hilang dan hampir musnah.
Semua menyadari bahwa politik itu alat untuk berkuasa dan mengatur Negara, tetapi kenapa politik saat ini ditafsirkan menjadi sempit, terkesan politik adalah alat untuk memperjuangkan kepentingan masing-masing, untuk kepentingan kelompok dan golonganya tertentu dan lebih terkesan memperjuangakan keingin individu-indivitu yang memilki kepentingan pribadi yang sembunyi di kepentingan rakyat.
Politik pramatisme sekarang tidak hanya dilakukan oleh penguasa semata tetapi partai politik sebagai lokomotif perpolitikan kita saat sekarang hampir semua partai mempraktekan politik pragmatisme, apa ini tanda dari politik udah kehilangan roh perjuanganya dalam berpolitik, ataukan partai politik terlena dengan berbagi kekuasaan yang mereka inginkan untuk sama-sama dapat manfaat dari politik yang mereka ingginkan serta melupakan apa yang seharusnya mereka perjuangkan.
Politik pragmatisme tentu tidak semuanya salah, karena politik, bagi kaum politisi itu adalah alat untuk memperjuangkan kepentigan rakyat, tetapi memang kita sadari bahwa kebanyakan kaum politisi terlena dan asik sendiri bahwa mereka hanya memperjungkan kepentingan sendiri, dan melupakan orientasi yang seharusnya mereka lakukan, maka wajar banyak sekarang orang sinis terhadap kaum politisi terutama orang-orang yang aktivitasnya di dunia politik, seperti di partai politik
Jokowi lahir menjadi presiden yang ditandai dengan meningkatnya partisipasi rakyat terhadap sosok jokowi. Jokowi menbawa harapan baru bagi rakyat yang mengiginkan perubahan kesejahteraan mereka, lahirnya Jokowi bukan berarti SBY waktu memerintah tidak baik, tapi rakyat mengiginkan perubahan yang sangat cepat di bangsa ini. Pertanyaanya apakah di era jokowi yang baru kurang lebih 2,5 tahun ini bisa menjawab harapan rakyat, tentu jawabanya rakyat puas terhadap hasil kinerja Jokowi dan kabinetnya, ini bisa dilihat dari beberapa lembaga survei yang merilis kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK cukup tinggi persentasinya. Tetapi perjalanan Jokowi-JK masih ada sekitar 2,5 tahun lagi untuk mengoptimalkan kinerja yang memang belum optimal, sisa 2,5 tahun pemerintahan Jokowi ini era pembuktian agar pogram dan target selama Jokowi memimpin bangsa ini bisa terwujud, dan rakyat menanti kinerja-kinerja pemerintah, agar tidak terjadinya kekecewaan bagi rakyat. Tentu jawabanya nanti bisa dilihat dari aksi dan kebijakan jokowi selama sisa pemerintahnya.
Untuk mengeserkaum politik pragmatisme, sebenarnya ada dalam pogram Jokowi, di mana sering gembar-gemborkan soal revolusi mental, sepemahaman penulis bahwa yang dimaksud oleh Jokowi dengan revolusi mental adalah merubah pola pikir yang cenderung stagnan dan cenderung mempertahankan status quo, yang merasa nyaman dengan keadaan yang sekarang yang serba pragmatis, dan melupakan bahwa bangsa ini masih banyak kesenjangan antara kaum menengah dan kaum miskin, apalagi kalau dibandingkan dengan kaum kaya makin kelihat perbedaanya.
Adanya pogram revolusi mental Jokowi yang mengingikan adanya perubahan pola pikir yang berakibat adanya perubahan prilaku pejabat, masyarakat di semua aspek. penulis melihat pogram jokowi dalam revolusi mental, ini menandakan bahwa Jokowi memandang kaum politik pragmatis yang mendominasi telah menjadi budaya yang merusak keberlangsungan bangsa ini. Kebijakan yang diambil oleh Jokowi ini bisa memberi harapan bagi kita semua, dengan mengeser kaum politik pramatisme tidak merajarela dan pogram revolusi mental berjalan dengan sukses, serta tidak diharapkan di era jokowi terjadinya politik pragmatisme baru, yang tentunya tidak kita harapkan. Mari kita simak ke depan apa kebijakan-kebijakan presiden Jokowi sebagai lokomotif bangsa ini, untuk mewujudkan pergeseran prilaku politik pramatisme menjadi politik berbasis nilai dan cita-cita luhur bangsa ini.
Deni Yusup, M.Si
Peneliti Lembaga Nusantara Riset
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Benarkah Realitas Manusia Modern Terhegemoni Teknologi?
Senin, 29 Juni 2020 16:26 WIBJangan Pernah Menyerah Kita Semua Yakin Bisa
Senin, 29 Juni 2020 15:24 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler