x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sudut Lain Terjebak Masa Lalu ~ Cerita Cheta

Kalau saja ada sudut pandang lain dari terjemahan kata-kata “Terjebak Masa Lalu”, bolehlah jebakan pada tunanetra itu dipandang positif.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setahun sudah saya tidak melihat, berarti setahun pula saya tidak mengetahui secara visual keadaan sekitar saya. Hal yang paling sederhana adalah tidak menyadari bertambahnya berat badan sendiri. Sejak didiagnosa akan mengalami kebutaan, saya sempat mengalami kesulitan makan di bulan keempat, terutama ketika harus menghadapi perubahan dari terang ke gelap di waktu maghrib. Akibatnya berat badan turun hingga 5 kilogram dalam dua bulan.

Untungnya – saya masih merasa beruntung, kondisi itu hanya bertahan selama dua bulan. Ketika pandangan saya gelap total, kondisi malah berubah seratus persen. Berat badan saya melambung hingga 10 kilogram. Dapat dibayangkan bukan? Pertambahan berat badan yang sebegitu signifikan saja, saya tidak dapat memperkirakan. Apalagi perubahan sosial di lingkungan, seiring perubahan waktu dari hari ke hari, dan entah bagaimana bulan ketahun yang tidak pernah saya tahu ujungnya.

Menurut saya, ketidaktahuan ini seperti membawa tunanetra ke jenjang selanjutnya, yaitu ketidaksadaran. Keadaan tidak tahu masih dapat membawa seseorang bertanya atau mencari tahu. Tapi keadaan tidak sadar hanya akan berujung bila pribadi yang tidak sadar ini  menemukan ujung kesadarannya. Dan kesadaran bukan keadaan yang datang tiba-tiba lalu mengubah segalanya dalam sekejap.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya hanya khawatir, bila ketidaksadaran ini menjebak jiwa – terutama jiwa saya dalam kondisi saat terakhir melihat dulu. Sepanjang pemantauan saya, dengan cara mengobrol dan berinteraksi secara lebih dekat dengan teman-teman tunanetra, banyak yang saya anggap masih terjebak di waktu sosial yang tidak pas, bila tidak dapat dikatakan salah. Terutama teman Tunanetra yang mengalami kehilangan pandangan di usia dewasa atau remaja. Kebanyakan dari mereka seperti masih berada dalam jiwa dan waktu sosial mereka saat terakhir melihat dulu.

Meski begitu, keadaan ini memberikan keuntungan jiwa muda dan semangat positif yang tidak pernah runtuh. Mereka dengan jiwa yang terjebak dalam keadaan terakhir melihat, apalagi di masa remaja tidak akan pernah menyadari betapa penting kedudukan dan persaingan yang merengut semangat pertemanan. Mereka yang terjebak dalam jiwa masa lalu akan selalu merasa muda dan dunia patut ditaklukan tanpa menyadari ada kenyataan di dalamnya.

Terdengar sangat naif mungkin. Tapi kenyataan positif itulah yang sering saya temui pada teman-teman tunanetra yang mengalami kehilangan pandangan di masa remaja. Mereka selalu merasa positif dengan bahan bakar energi yang tidak pernah ada habisnya. Meski tidak memiliki penglihatan, mereka tidak kehilangan pandangan melalui pemikiran-pemikirannya. Mereka tetap memiliki pendirian, meski kadang terlihat tidak pas dengan usia mereka.

Kalau saja ada sudut pandang lain dari terjemahan kata-kata “Terjebak Masa Lalu”, bolehlah jebakan pada tunanetra itu dipandang positif. Terjebak masa lalu tidak selalu dipandang sebagai kegalauan atau tidak bisa “move on”. Terjebak masa lalu, setidaknya dapat dimaknai menjaga semangat masa muda yang kadang sedikit pudar seiring waktu.

Meski sekali lagi saya merasa khawatir, pada diri saya sendiri yang terjebak di usia perempuan bekerja dan terlanjur melihat kenyataan, saya tidak ingin merasa sama. Saya harus sadar, bila keadaan saat ini banyak yang berubah, termasuk lingkungan terdekat saya, baik di kantor atau rumah. Saya berharap, tetap memiliki kepekaan sosial terhadap perubahan jaman tanpa harus kikuk dalam menyikapinya.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler