Mengakhiri Sindrom FoMO Anak-anak Muda Kere
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBKecerdasan dimaknai sebagai kemampuan memilih platform yang terbaik, unggul dan terpercaya.
Kita tentu masih ingat dengan sebuah artikel di buzzfeed yang sempat menghebohkan dunia pada 2016 lalu. Artikel berjudul “The Urban Poor You Haven't Noticed: Millennials Who're Broke, Hungry, But On Trend” membelalakkan mata kita. Sindrom FoMO (Fear of Missing Out) banyak menjangkiti anak-anak muda. Mereka pun menyandang kelompok kaum miskin urban.
Anak-anak muda kere ini rela kelaparan biar dianggap eksis. Mereka rela pontang-panting mengejar gaya hidup tinggi, padahal penghasilan sama sekali belum mampu menopang alias besar pasak daripada tiang.
Bayangkan, ada yang rela menahan lapar seharian, demi bisa membeli roti lapis di gerai waralaba internasional. Mereka ini mengutamakan gaya hidup, pergaulan dan kelas ekonomi atas. Pergaulan wajib dijaga, meski menuntut biaya tinggi. Baju, sepatu, tas, semuanya harus mahal.
Aktivitas pergaulan dan penampilan yang memakan biaya tinggi pun muncul di Instagram, Path, Twitter, Linkedn, Facebook dan media sosial lainnya untuk bukti eksistensi.
Tragisnya, kaum muda kere ini tak hanya marak di kota-kota besar dunis seperti New Delhi, Tokyo, New York, Berlin hingga London, tetapi juga di Jakarta. Mardiyah Chamim dalam investigasinya bertajuk “Muda, Kaya, dan Berbahaya” membuktikan bahwa kaum muda kere ini banyak juga di Jakarta.
Mereka adalah anak umur dua-puluhan yang berusaha lari meninggalkan identitas pengonsumsi nasi kucing dan es teh manis, demi disangka pengonsumsi burger dan kola. Dari situ kemudian lari lagi demi dikira penggemar keju dan champagne.
Kecerdasan Finansial
Kaum muda kere ini mengejar gaya hidup selangit, tak peduli perut harus melilit kelaparan dan rekening terkuras. Tragisnya, orang tua mereka adalah tipe generasi yang jarang berdiskusi soal uang, apalagi mengajari soal pengaturan keuangan. Tak ayal, anak-anak muda “kere” ini minim pengetahuan finansial sehingga “labil ekonomi”.
Padahal, di era teknologi digital yang bergerak cepat, banyak terobosan dan inovasi teknologi keuangan bermunculan. Kecerdasan finansial (Financial Quotient) pun telah diramu sedemikian rupa menjadi sebuah platform seiring dengan kemajuan teknologi. Kita tinggal memakainya. Kecerdasan dimaknai sebagai kemampuan memilih platform yang terbaik, unggul dan terpercaya.
Fintech pun bak jamur di musim hujan. Tak ayal, kita dibuatnya bingung untuk memilih. Apalagi, masing-masing fintech mengklaim yang terbaik. Jadi, tantangannya adalah memilih yang terbaik dari yang terbaik.
Akhiri Sindrom FoMO
Platform fintech pun menjadi pilihan untuk mengakhiri sindrom FOMO anak urban kere. Terkait dengan ini, penulis tertarik untuk menanggapi kelahiran platform fintech yang baru-baru ini diluncurkan di Bursa Efek Indonesia. Platform fintech tersebut bernama IPOTPAY.
Selidik punya selidik, IPOTPAY ini dikeluarkan oleh IndoPremier. Definisi yang penulis dapatkan: IPOTPAY adalah the ultimate fintech platform yang memaksimalkan hasil saldo nasabah dengan fleksibilitas tanpa batas dan dapat digunakan untuk bayar, beli, hingga transfer dana tanpa limit di hari yang sama. (Baca: Tidak Perlu Jenius untuk Memaksimalkan Hasil)
Varian platform fintech ini cukup menarik, jika penulis korelasikan dengan artikel penulis sebelumnya terkait peta kecil fintech payment di Indonesia yang menggiurkan. (Baca: Cuan Fintech Paymeny Makin Menggiurkan)
Varian platform fintech ini tergolong unik kalau berkaca pada fakta tingkat inklusi investor pasar modal di Indonesia yang masih jauh di bawah nasabah perbankan. Tingkat inklusi jasa perbankan mencapai 63,63 persen, sedangkan pasar modal baru di angka 1,25 persen.
Namun, tentu ada kabar gembira dari BEI dan KSEI, dimana jumlah investor pasar modal sudah mencapai 578.863 SID (Per 30 Mei 2017). Jumlah ini meningkat dari 535.994 SID (2016), 434.107 SID (2015), dan 365.303 SID (2014).
Tren peningkatan dari tahun ke tahun seperti inilah yang perlu disyukuri. Inovasi produk agar awareness masyarakat akan nyaman dan aman pasar modal, khususnya reksadana menjadi sebuah keniscayaa.
Ada baiknya para sindrom FoMO memanfaatkan platform-platform seperti IPOTPAY ini. Fitur-fiturnya bisa mengekang "nafsu" mereka.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Inovasi Sistem Keamanan Aplikasi Keuangan Terkini
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBMendedah Daya Tarik Investasi Saham
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler