x

Iklan

FX Wikan Indrarto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Setiap Hari, Ada Tiga Ribu Remaja Tewas ~ FX Wikan Indrarto

Kecelakaan lalu lintas, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, dan bunuh diri adalah penyebab kematian remaja terbesar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

FX Wikan Indrarto*

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada Selasa, 16 Mei 2017 diberitakan bahwa lebih dari 1,2 juta remaja di seluruh dunia meninggal setiap tahun dan hampir semuanya dapat dicegah. Hal ini berarti terdapat lebih dari 3.000 kematian remaja setiap hari. Apa yang sebenarnya terjadi?

 

Pada tahun 2015, lebih dari dua pertiga kematian remaja terjadi di Afrika dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Kecelakaan lalu lintas, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, dan bunuh diri adalah penyebab kematian remaja terbesar. Sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan layanan kesehatan, pendidikan dan dukungan sosial yang baik. Namun dalam banyak kasus, remaja yang menderita gangguan kesehatan mental, penggunaan narkoba, atau gizi buruk tidak dapat memperoleh layanan pencegahan dan perawatan kritis, entah karena layanannya tidak ada, atau karena mereka tidak mengetahuinya.

 

Selain itu, banyak perilaku yang berdampak pada kesehatan di kemudian hari, seperti ketidakaktifan fisik, pola makan yang buruk, dan perilaku kesehatan seksual berisiko, telah dimulai pada masa remaja. Remaja telah sepenuhnya diabaikan dari program kesehatan nasional di banyak negara selama beberapa dekade. Pada hal, investasi yang berfokus pada remaja, sebenarnya tidak hanya akan menghasilkan orang dewasa sehat, namun juga akan menghasilkan generasi penerus yang lebih baik.

 

Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian remaja usia 10-19 tahun, yang mengakibatkan sekitar 115.000 kematian remaja, terutama laki-laki. Sebagian besar remaja yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas adalah pengguna jalan yang rentan seperti pejalan kaki, pesepeda dan pengendara sepeda motor. Namun, perbedaan antar daerah sangat mencolok. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, penyakit menular seperti HIV / AIDS, infeksi saluran pernafasan, meningitis, dan diare lebih besar menyebabkan kematian di kalangan remaja, daripada kecelakaan lalu lintas.

 

Sebaliknya, penyebab utama kematian pada remaja putri berusia 10-14 tahun adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah, seperti pneumonia yang sering akibat polusi udara di dapur saat memasak dengan bahan bakar kotor. Komplikasi kehamilan, seperti perdarahan, sepsis, persalinan yang terhambat, dan komplikasi aborsi yang tidak aman, adalah penyebab utama kematian pada remaja perempuan. Sekitar 16 juta remaja perempuan berusia antara 15 sampai 19 tahun dan sekitar 1 juta remaja perempuan di bawah usia 15 tahun melahirkan setiap tahun, kebanyakan di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk di Indonesia.

 

Komplikasi selama kehamilan dan persalinan adalah penyebab kematian kedua bagi remaja perempuan secara global. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, bayi yang lahir dari ibu di bawah usia 20 tahun menghadapi risiko 50% lebih tinggi untuk meninggal saat lahir atau dalam beberapa minggu pertama, dibandingkan mereka yang lahir dari ibu berusia 20-29. Semakin muda usia ibu, semakin besar risikonya bagi si bayi. Bayi baru lahir dari ibu remaja juga cenderung memiliki berat lahir rendah, dengan risiko efek jangka panjang.

 

 

Bagi beberapa remaja, kehamilan dan persalinan mungkin direncanakan dan diinginkan, tapi bagi kebanyakan remaja lainnya, justru tidak. Kehamilan remaja lebih cenderung terjadi di masyarakat miskin, tidak berpendidikan dan di pedesaan. Lebih dari 30% remaja perempuan di negara berpenghasilan rendah dan menengah menikah sebelum berusia 18 tahun, bahkan sekitar 14% sebelum mereka berusia 15 tahun. Setiap tahun, sekitar 3 juta remaja perempuan menjalani aborsi yang tidak aman.

 

Meskipun telah terjadi penurunan tingkat kelahiran di kalangan remaja putri sejak tahun 1990, namun sekitar 11% dari seluruh kelahiran di seluruh dunia, masih terjadi pada remaja perempuan berusia 15 sampai 19 tahun. Sebagian besar kelahiran ini (95%) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. ‘World Health Statistics’ 2014 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kelahiran global di antara 15 sampai 19 tahun adalah 49 per 1.000 anak perempuan. Kehamilan remaja tetap menjadi kontributor utama kematian ibu dan anak, dan lingkaran setan kesehatan dan kemiskinan.

 

Kehamilan remaja juga dapat memiliki dampak sosial dan ekonomi yang negatif pada remaja perempuan, keluarga dan masyarakat mereka. Banyak remaja yang hamil harus putus sekolah. Seorang remaja dengan pendidikan rendah, akan memiliki keterampilan dan kesempatan yang lebih sedikit, untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini juga memiliki beban biaya ekonomi bagi negara karena kehilangan pendapatan tahunan, yang sebenarnya akan diperoleh dari warga seumur hidupnya, jika remaja tidak hamil.

 

Bunuh diri merupakan penyebab ketiga kematian remaja pada tahun 2015, yang mengakibatkan 67.000 kematian global. Bunuh diri sebagian besar terjadi di kalangan remaja yang lebih tua, secara global merupakan penyebab kematian kedua bagi remaja putri, bahkan merupakan penyebab utama kematian remaja di Eropa dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Kebutuhan akan layanan kesehatan remaja meningkat dalam situasi kemanusiaan yang rapuh. Remaja sering dipaksa mengambil tanggung jawab orang dewasa, termasuk harus merawat saudara kandung atau bekerja. Selain itu, mungkin terpaksa untuk putus sekolah, menikah lebih awal, atau melakukan hubungan seks transaksional untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kelangsungan hidup keluarga. Akibatnya, remaja menderita kekurangan gizi, cedera yang tidak disengaja, kehamilan, diare, kekerasan seksual, penyakit menular seksual, dan gangguan kesehatan mental yang berakhir dengan bunuh diri.

 

Sudahkah kita peduli kepada remaja di sekitar kita?

 

 

Sekian

 

Yogyakarta, 13 Juni 2017

 

*) dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, Alumnus S3 UGM

Ikuti tulisan menarik FX Wikan Indrarto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler