x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Malam 27 Ramadhan 1438H

Kadang sulit menjelaskan mengapa sekitar 700 ribu orang, mau berkumpul di Kendiding, Surabaya pada Rabu malam ini, 21 Juni 2017.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terhitung sejak terbenam matahari (bedug magrib) pada Rabu, 21 Juni 2017, berarti Ramadhan telah memasuki malam ke-27. Sebuah malam yang dinanti-nanti para pemburu berkah. Artinya juga kita telah menunaikan sebanyak 26 puasa.

Banyak umat Islam di seluruh penjuru dunia, yang mengagendakan khusus acara ibadahnya di malam ke-27 Ramadhan, dengan keyakinan bahwa di malam itulah, potensi turunnya lailatul-qadr sangat tinggi.

Umumnya pada malam itu, ritme ibadah akan ditingkatkan lebih dari malam-malam Ramadhan sebelumnya. Mereka bukan menunaikan shalat tarwihan (qiyamullail) yang reguler: 8+3 rakaat atau 20+3 rakaat. Tapi secara berjamaah malam ke-27 juga akan diisi dengan berbagai shalat sunnat lainnya: shalat tasbih, shalat taubat, dan lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak aneh, di masjid haram Makkah dan Madinah, wilayah Ka’bah dan Masjid Nabawi juga sangat ramai jamaah yang datang dari berbagai negara, yang ingin menikmati suasana malam ke-27 Ramadhan di Masjid Haram dan Masjid Nabawi. Karena itu, semua jenis sewa (kamar hotel) di Makkah dan Madinah pada 10 hari terakhir Ramadhan setara dengan nilai sewa di puncak musim haji.

Acara shalat berjamaah di malam ke-27 ini umumnya akan dilaksanakan secara berjamaah, dan biasanya dikoordinir oleh jamaah aliran tarikat tertentu.

Untuk kasus Indonesia, mungkin salah satu di antara acara malam 27-an yang cukup fenomenal selama beberapa tahun terakahir adalah shalat berjamah malam ke-27 di bilangan Kedinding Kota Surabaya, yang diselenggarakan oleh jamaah tarikat Naqsabandiyah Qadiriyah.

Pada malam ini (Rabu malam, 21 Juni 2017) seorang jemaah memperkirakan, jumlah toltal jamaah yang hadir di Kendiding Surabaya bisa mencapai sekitar 700.000 (tujuh ratus ribu) orang. Kegiatan itu terpusatkan di Ponpes Al-Fithrah, Jl. Kedinding Lor 99 Surabaya.

Tapi seorang Muslim yang karena satu dan lain hal mungkin tidak punya waktu untuk menghadiri acara shalat berjamaah di malam ke-27 Ramadhan, tak berarti telah kehilangan peluang secara total untuk meraih lailatulqadr.

Sebab ada dua hal yang perlu menjadi catatan utama terkait malam lailatul-qadr, yaitu

Pertama, bahwa seorang Muslim yang memposisikan diri sebagai Muslim yang pantas dijenguk oleh 0, maka boleh jadi Anda termasuk orang yang dikaruniai mendapatkan lailatul-qadr. Yang di dalam Quran disebut lebih mulia dari seribu malam.

Kedua, Pemberi karunia malam lailatul-qadr memiliki hak penuh yang bersifat mutlak dalam menentukan siapa yang iya, dan siapa yang tidak berhak meraih lailatul-qadr di malam-malam Ramadhan.

Tapi kepada mereka yang tidak atau kurang biasa mengikuti kesyahduan acara shalat berjamaah yang intens di malam ke-27 Ramadhan, memang kadang sulit memberikan kejelasan dan penjelasan tentang misalnya mengapa sekitar 700 ribu orang, yang datang dari berbagai pelosok Pulau Jawa dan luar Jawa, mau berkumpul untuk shalat sunat berjamaah di Kendiding Surabaya, malam ini 21 Juni 2017.

Ramadhan karim, ya Rabb.

Syarifuddin Abdullah | 21 Juni 2017 /25  Ramadhan 1438H.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler