x

Toko buku Mahall al-Maa menyimpan ribuan buku yang sebagian merupakan literatur langka yang dapat dibeli dengan harga yang ditentukan oleh pembeli ataupun sekedar dibaca di tempat maupun dipinjam. Hussein Alazaat

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penerjemahan yang Membangunkan Eropa

Penerjemahan karya sarjana Muslim berkontribusi membangunkan Eropa dari tidur-panjangnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Penerjemahan karya tulis lebih dari sekedar mengalihbahasakan naskah. Ini adalah ikhtiar mengusung pikiran dan gagasan yang ditulis dalam bahasa asing dan mengekspresikannya kembali ke dalam bahasa tujuan agar dapat dibaca oleh lebih banyak orang, dan—harapannya—agar lebih dapat dipahami. Gagasan-gagasan baru memasuki alam pikiran pembacanya dan berpotensi mengusik alam itu serta menggerakkan perubahan.

Begitulah harapan Sutan Takdir Alisjahbana (lahir di sekitar awal abad ke-20) yang tak henti-henti menyerukan penerjemahan karya asing ke dalam bahasa Indonesia. Ketika hanya sedikit warga Indonesia yang menguasai bahasa asing, Inggris dan Belanda khususnya, penerjemahan akan membuka cakrawala pengetahuan bagi jauh lebih banyak orang. Takdir berharap, langkah penerjemahan buku akan mendorong kemajuan bangsanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa ratus tahun sebelumnya, pada abad ke-12, sejumlah sarjana Eropa juga berpikir serupa. Di tengah ‘masa tidur’ bangsa-bangsa Barat yang relatif lama, para sarjana ini mengambil prakarsa untuk menerjemahkan karya-karya asing ke dalam bahasa Latin, yang ketika itu banyak digunakan masyarakat Eropa, terutama untuk publikasi.

Para sarjana yang bekerja di kota Toledo, Spanyol, memilih buku, manuskrip, maupun tulisan lain sarjana Muslim yang tersimpan di Perpustakaan Katedral Toledo. Di abad ke-12, di bawah pimpinan Raymond dari Toledo, para sarjana menerjemahkan karya filsafat dan keagamaan, terutama dari bahasa Arab ke dalam Latin.

Dalam tim penerjemah ini bergabung sarjana Yahudi, guru madrasah, serta biarawan dari Orde Cluny, serta orang-orang Toledo yang fasih berbahasa Arab—kaum Mozarab. Sebagian karya diterjemahkan langsung dari bahasa Arab ke dalam bahasa Latin, sebagian lainnya melalui bahasa Castilia lebih dulu baru ke dalam Latin. Penerjemahan dilanjutkan pada abad ke-13 di bawah perlindungan Raja Alfonso X dari Castile

Melalui penerjemahan ini, semakin banyak orang Eropa yang memahami karya-karya klasik Yunani, khususnya Aristoteles. Perpustakaan Katedral Toledo kelak dikenal sebagai pusat penerjemahan mengingat besarnya skala dan nilai penting penerjemahan karya-karya ini. Para sarjana yang berlainan latar belakang itu bekerja sama menerjemahkan buku-buku penting ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa lainnya.

Orang yang disebut-sebut sangat produktif dalam menerjemahkan ialah Gerard dari Cremona. Kabarnya ia menerjemahkan lebih dari 87 judul buku mengenai sains berbahasa Arab. Tatkala datang ke Toledo pada 1167 untuk mencari Almagest karya Ptolemi, Gerard belum menguasai bahasa Arab, dan ia belajar lebih dulu kepada orang-orang Yahudi dan Mozarab. Di antara karya yang diterjemahkan Gerard ialah Aljabar karya al-Khwarizmi, Perihal Optik karya al-Kindi, Tentang Klasifisikasi Ilmu Pengetahuan karya al-Farabi, serta karya-karya kedokteran dan kimia al-Razi.

Penerjemahan ini memungkinkan karya para sarjana Muslim yang ditulis ketika Eropa sedang dilanda kemunduran dapat diakses oleh figur-figur yang berperan penting dalam kebangunan kembali Eropa. Roger Bacon, Johannes Kepler, maupun Leonardo da Vinci telah membaca langsung karya ibn al-Haytham, bahkan Bacon menyebut karya dan nama sarjana yang hidup di abad ke-11 ini dalam bukunya. Kitab al-Manazir, karya penting al-Hasan ibn al-Haytham itu, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul De Aspectibus dan kelak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai Book of Optics.

Dalam tulisannya, ‘Alhazen and the Telescope’, yang terbit pada 1950 di Astronomical Society of the Pacific Leaflets6: 4, O.S. Marshall menguraikan kemungkinan pengetahuan tentang optika yang dikembangkan ibn al-Haytham telah sampai kepada Galileo Galilei. Terjemahan Kitab al-Manazir ditemukan di sejumlah perpustakaan dalam berbagai bahasa, antara lain Jerman, Prancis, dan Italia di samping Inggris.

Berkat kontribusi para penerjemah, karya-karya penting sarjana Muslim dapat diakses oleh sarjana Barat yang tidak menguasai bahasa Arab. Interaksi intelektual ini niscaya berkontribusi penting bagi kebangunan kembali Eropa dari tidur-panjangnya. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu