x

Iklan

Aisy Kade

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Harapan Revolusi Energi Hijau di Indonesia

Revolusi Energi Hijau juga perkara perubahan kebiasaan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Manusia bergantung pada sumber energi dari bumi untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Kita membutuhkan listrik yang dihasilkan oleh unit-unit Pembangkit Tenaga Listrik. Kita membutuhkan minyak bumi hingga energi matahari untuk bahan bakar transportasi. Tanpa energi, kehidupan manusia tidak akan sedinamis seperti kondisi yang ada saat ini.

            Kita mengenal sumber energi terbaharui dan tak terbaharui. Sumber energi tak terbaharui merupakan energi terbatas yang berupa bahan bakar fosil. Sementara energi terbaharui adalah energi yang ketersediaannya terjamin, berupa sinar matahari, angin, air, dll.

Berdasar laporan pada tahun 2016, 95% sumber energi yang digunakan oleh Indonesia bersumber dari energi tak terbaharui atau bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam. Namun, diperkirakan minyak bumi dan batu bara yang ada di Indonesia saat ini hanya cukup untuk dipakai hingga tahun 2050. Tidak hanya jumlahnya yang terbatas, bahan bakar fosil ini juga menyumbang gas emisi yang berdampak buruk bagi lingkungan. Salah satunya adalah mengakibatkan perubahan iklim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perubahan iklim bumi akibat penggunaan energi tidak ramah lingkungan telah banyak dirasakan di berbagai penjuru dunia. Terjadi peningkatan suhu di desa maupun kota, es kutub mencair, iklim menjadi tak menentu yang berakhir pada bencana alam. Apabila kondisi ini berlanjut, dikhawatirkan kelangsungan spesies manusia akan terancam. Perubahan iklim selain mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung, juga mempengaruhi sektor pertanian. Pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah pertanian masih sanggup menyediakan pangan untuk penduduk dunia yang terus bertumbuh?

Sebuah penelitian dilakukan oleh Brown University menunjukkan terkait dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian. Penelitian yang dilakukan selama 6 tahun di Brazil menunjukkan, peningkatan suhu sebesar 1?C berdampak pada penurunan produksi jagung dan kedelai sebesar 9-13%. Selain itu, perubahan iklim kemungkinan berdampak secara sosial dan ekonomi pada petani dan masyarakat. Perubahan iklim khususnya membuat petani berpikir ulang mengenai luasan lahan dan jumlah benih yang akan mereka budidayakan ketika iklim tidak lagi mendukung usaha mereka. Skenario ini membawa dunia pada kondisi dimana terjadi kelangkaan pangan dan perubahan ekonomi serta sosial.

Demi menghindari dampak-dampak perubahan iklim, manusia perlu beralih menggunakan energi hijau. Clean Energy Revolution atau Revolusi Energi Hijau adalah gerakan pengalihan dari pemanfaatan energi tak terbaharui ke energi yang terbaharui. Revolusi Energi Hijau berprinsip desentralisasi, artinya jenis energi hijau yang dimanfaatkan suatu daerah tergantung pada energi hijau yang tersedia di daerah itu.  Revolusi Energi Hijau bukanlah gerakan dunia utopis yang mustahil. Beberapa negara seperti Swedia, Jerman, hingga Skotlandia telah berhasil bertumpu pada energi hijau dalam aktivitas kesehariannya.

            Indonesia sendiri merupakan negara tropis yang kaya akan sumber-sumber energi hijau. Indonesia memiliki potensi energi surya, Indonesia mendapat limpahan sinar matahari sepanjang tahun. Ribuan sungai yang mengaliri pulau-pulau di Indonesia merupakan potensi bagi energi air. Panas bumi Indonesia berpotensi energi Geothermal. Udara yang bergerak atau angin adalah potensi untuk energi angin. Laut-laut di Indonesia memiliki potensi energi gelombang laut. Indonesia juga memiliki potensi energi bioenergi dari limbah kegiatan pertanian, industri atau domestik. Limbah domestik, kotoran ternak, jagung merupakan contoh-contoh kecil sumber energi hijau.

Pada Konferensi Perubahan Iklim di Paris bulan November 2016, Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas sebesar 41% pada tahun 2030 dengan dukungan internasional.  

            Saat ini, Indonesia memiliki sejumlah unit pembangkit listrik yang memanfaatkan energi hijau di beberapa daerah. Namun dengan target yang sedemikian rupa, Indonesia perlu lebih berani melakukan transisi demi mencapat targetnya. Revolusi Energi Hijau bukanlah perkara mudah. Selain segi teknis dan ekonomis, Revolusi Energi Hijau berarti mengubah budaya energi masyarakat Indonesia masa kini. Perubahan selama ini dikenal sebagai sesuatu yang menakutkan dan menimbulkan ketidaknyamanan. Perubahan membuat manusia kembali menata ulang rutinitasnya. Namun hendaknya dampak perubahan tidak menjadi penghalang dalam melaksanakan Revolusi Energi Hijau. Indonesia pernah mencanangkan peralihan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas di beberapa pulau besar di Indonesia. Awalnya memang terjadi pergolakan dan keluhan. Sebab, dengan energi gas ini, masyarakat mesti membeli kompor gas. Namun, masyarakat pada akhirnya berhasil menjadikan energi baru itu sebagai bagian dari gaya hidupnya.

             Pelaksanaan Revolusi Energi Hijau pada awalnya memang menyedot banyak biaya demi pembangunan unit-unit energi hijau dari skala besar hingga ranah rumah tangga. Yang perlu diingat adalah pengeluaran biaya sejumlah tersebut hanya di awal saja. Dalam jangka panjang, energi hijau lebih murah. Energi hijau dapat menjadi solusi permasalahan harga bahan bakar yang terus membengkak. Energi hijau juga menjadi solusi bagi perubahan iklim yang mengkhawatirkan. Tentu, Revolusi Energi Hijau merupakan proses panjang yang tidak mudah untuk negara berkembang seperti Indonesia. Namun hal itu bukan berarti tidak mungkin. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mewujudkan itu semua.

            Sembari menunggu terwujudnya negara berbasis energi hijau, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung revolusi energi hijau ini. Aksi-aksi seperti menggunakan energi listrik dengan bijak, serta berjalan kaki apabila jarak yang ditempuh tergolong dekat, merupakan hal-hal kecil yang perlu dibiasakan dari sekarang. Ini penting, sebab yang diubah dalam Revolusi Energi Hijau ini tidak hanya infrastruktur, namun juga kebiasaan.

Ikuti tulisan menarik Aisy Kade lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler