x

Iklan

Hima Wati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hakim Masa Pengganti Hukum Negara

Masyarakat modern lebih memilih untuk menyelesaikan perkara dengan cara main hakim sendiri daripada menempuh jalur hukum.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengerikan, lagi-lagi kita disuguhi berita kriminal yang menakutkan. Parahnya lagi, kejahatan ini dilakukan tak hanya oleh satu orang tetapi banyak orang. Di Bekasi, Jawa Barat, seorang pria yang diduga mencuri amplifier mushala tewas dibakar masa,(01/08).

Kasus pencurian yang sering terjadi di sebuah perkampungan atau komplek perumahan, pasti akan meresahkan warganya. Dan keresahan itu sering kali membutakan rasa keadilan mereka, sehingga apapun yang dicurigai atau diduga sebagai pencuri akan langsung dihabisi. Di kota-kota besar terutama, banyak terjadi kasus yang serupa. Pencuri tewas dihakimi masa adalah perkara yang dianggap biasa.

Siapa yang harus disalahkan? Tentu tidak boleh kita sembarangan mengarahkan telunjuk. Warga yang main hakim sendiri, apalagi berujung pada kematian seseorang sangatlah tidak dibenarkan oleh hukum negara maupun agama. Tetapi, kasus pencurian yang menjamur juga tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebagaimana kesehatan dan pendidikan, keamanan adalah kebutuhan komunal yang harusnya negaralah pihak penyelenggaranya. Dan hanya negara yang bisa mewujudkan keoptimalannya. Kasus pencurian yang marak terjadi adalah salah satu indikator bahwa keamanan yang diidamkan oleh masyarakat belum terwujud sepenuhnya. Artinya, perangkat yang ada belum bisa mewujudkan tingkat keamanan ideal yang diharapkan oleh warga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, hukum yang merupakan alat penegak keadilan, tidak lagi mampu memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Masyarakat lebih memilih menyelesaikan perkara dengan caranya sendiri (hakim masa), daripada menempuh jalur hukum yang berlaku. Ini menjukan bahwa hukum yang ada tidak dipandang mampu menyelesaikan permasalahan. 'Habis dipenjara, keluar, pasti maling lagi', seperti itulah masyarakat berasumsi. Tentu ini adalah kegentingan yang harusnya menjadi kesibukan negara. Jika negara diibaratkan sebuah keluarga, maka pemerintah adalah sang ayah. Pengayom, pelindung, penanggung jawab, dan pihak yang paling bisa diandalkan. Lalu sudahkah pemerintah kita menjadi ayah bagi negara ini?

Umi Himawati

Surabaya

Ikuti tulisan menarik Hima Wati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu