x

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lapor Ndan, Ayah Kapolri Tito Juga Wartawan

wartawan dari berbagai media dan organisasi profesi kewartawanan di kota Palembang menggelar aksi unjuk rasa didepan gedung Mapolda Sumatera Selatan kemari

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

SEMPAT KAGET ketika sepintas mendengar seorang perwira polisi menghardik Wartawan yang sedang menjalankan profesinya. Hardikan bukan tudingan semata akan tetapi disertai rekaman yang dapat didengar oleh siapapun bahkan sekarang transkripnya sudah menyebar kemana-mana. Bila benar sang komandan merendahkan derajat Wartawan bahkan menyamakannya dengan kotoran maka itu salah besar. Ada baiknya sang AKBP membaca riwayat hidup Kapolri Tito Karnavian. Tito lahir dan dibesarkan oleh sang ayah yang hingga akhir hayatnya masih mengantongi kartu pers.

Tidak salah kita saling mengingatkan untuk saling menjaga kewibawaan profesi dan korps. Tepat bila puluhan wartawan dari berbagai media dan organisasi profesi kewartawanan di kota Palembang menggelar aksi unjuk rasa didepan gedung Mapolda Sumatera Selatan kemarin. Kehadiran mereka sebagai bentuk kecaman atas ujaran kebencian yang dilontarankan oleh Kapolres Way Kanan, Lampung yang bernada merendahkan dan menyebutkan dirinya tidak membutuhkan wartawan. Tindakan tersebut dinilai oleh peserta aksi sebagai bentuk pelecehan  terhadap profesi orangtua Kapolri Tito Karnavian yang dikenal sebagai wartawan senior di Palembang.

Tim Advokasi AJI Palembang Muhammad Moeslim mengatakan Jurnalis adalah pekerjaan terpuji karna itulah ia dan ratusan rekan lainnya memilih profesi yang menjanjikan. Sehingga ujaran kebencian yang disampaikan Kapolres Way Kanan AKBP Budi Asrul Kurniawan sebagai bentuk ketidakwajaran dari seorang perwira dan pejabat daerah. Sehingga itu AJI dan seluruh jurnalis di daerah itu mendesak kapolri menonaktifkan Budi dari jabatannya. “Kapolri harus tegas karena ini melukai profesi,” kata Moeslim, Selasa, 29 Agustus 2017.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selama ini Moeslim menilai hubungan Polisi dan wartawan terjalin dengan baik. Sebagai bukti, hari ini  sebelum aksi digelar puluhan awak media sempat meliput rilis berita tangkapan pelaku pembunuhan Edwar Limba driver taksi online. Disebutnya adalah kasus heboh di Palembang sempat membuat masyarakat terganggu namun karena adanya wartawan sehingga berita-berita tersebut tidak membuat masyarakat menjadi takut. "Kita selalu update informasikan tetapi profesi muliah itu dihina pastinya kami menyayangkan dan mengecamnya,"pungkasnya. 

Koordinator Lapangan Jian Pier Papin mengatakan aksi solidaritas yang dilakukan para awak media yang ada dikota Palembang hari ini adalah bentuk solidaritas sesama rekan satu profesi. Untuk itu pihaknya menuntut  Kapolri agar memberikan sanksi kepada Kapolres Way Kanan karena telah melecehkan dan menghina profesi wartawan dengan menyamakan profesi wartawan sebagai kotoran hewan. Lebih lanjut disampaikannya, media merupakan mitra dari semua kalangan termasuk Polri jadi media tugas sangat mulia tidak pantas untuk dihina apalagi dilecehkan. "Kami juga berharap kejadian serupa tidak lagi terulang dimana pun apalagi penghinaan tersebut dilakukan oleh seorang Kapolres,"bebernya.

Penghinaan ini terjadi saat kegiatan penertiban aksi antara massa pro dan kontra angkutan batu bara di Kampung Negeri Baru, Kecamatan Blambangan Umbu, Minggu 27 Agustus 2017. Dari rekaman yang beredar di awak media, Budi mendiskreditkan media cetak. Dia menyebut, di era sekarang masyarakat lebih suka membuka situs media online ketimbang membaca media cetak. Apa lagi, media cetak di daerah. "Kalau gua tuh udah enggak butuh sama wartawan jujur saja, yang baca koran hari ini itu siapa? Apalagi koran lu Lampung kelas cacingan gitu. Orang baca itu detik. Follower lu berapa? Lu mau tulis gua kaya apa pun silakan. Buktinya gua ditulis kayak gitu juga tidak ada yang lihat gua," kata Budi dalam rekaman tersebut.

Sebelumnya dilaman www.tempo.co, dengan judul "Ayah Tito Karnavian Wartawan Senior di Palembang" diberitakan Ayah calon tunggal Kapolri Komisaris Jenderal Tito Karnavian, Achmad Saleh, adalah seorang wartawan senior di Palembang, Sumatera Selatan. Profesi di bidang jurnalistik menjadi salah satu sumber penghasilannya untuk membiayai sekolah Tito hingga meraih jabatan tertinggi di kepolisian. Achmad menuturkan, ia menggeluti dunia kewartawanan sejak awal 1960-an di RRI. Selanjutnya, ia membidani pendirian koran Ekonomi PembangunanPelita, dan koran Angkatan Bersenjata edisi Sriwijaya. "Saya pernah mendirikan koran terbitan Palembang," katanya saat ditemui di kediamannya di Jalan Sambu, Palembang, Jumat, 17 Juni 2016. "Saya anggota seumur hidup PWI." (pharliza@gmail.com)

 

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB