x

Iklan

FX Wikan Indrarto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Akhiri Konsumsi Merkuri agar Terhindar dari Minamata

Kita diingatkan tentang penyakit Minamata yaitu kelainan fungsi saraf yang disebabkan oleh keracunan akut merkuri atau air raksa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

FX Wikan Indrarto*

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hampir empat tahun masyarakat global mengadopsi Konvensi Minamata tentang Merkuri, perjanjian global yang bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari dampak buruk merkuri. Di Indonesia, kita ikut meratifikasi konvensi itu pada tahun ini dan mulai berlaku sejak Jumat, 18 Agustus 2017. Air raksa, merkuri atau 'hydrargyrum' adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Sesuai dengan Resolusi Majelis Kesehatan Dunia 67.11 tentang dampak kesehatan masyarakat atas penggunaan senyawa merkuri, kita semua diharapkan mengakhiri penggunaan merkuri atau "Make Mercury History". Apa yang sebaiknya disadari?

Kita diingatkan tentang penyakit Minamata yaitu kelainan fungsi saraf yang disebabkan oleh keracunan akut merkuri atau air raksa. Gejala penyakit ini adalah kesemutan pada tangan dan kaki, lemas, penyempitan sudut pandang pada pemeriksaan ketajaman penglihatan, dan penurunan fungsi pendengaran dengan terganggunya kemampuan berbicara. Pada derajat berat, gejala ini biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan, gila, koma dan akhirnya meninggal.

Penyakit ini mengambil nama Kota Minamata, prefektur Kumamoto di Jepang, adalah daerah di mana penyakit ini mewabah pada 1958. Pada waktu itu 110 ribu orang meninggal akibat penyakit yang aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf. Melalui pengamatan yang mendalam tentang gejala penyakit dan kebiasaan makan orang Jepang, terkesan penyakit tersebut mirip dengan gejala klinis keracunan logam berat. Memang orang Jepang mempunyai kebiasaan mengonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak, yaitu 286 – 410 gr/hari. Ternyata ikan di Teluk Minamata banyak mengandung logam berat air raksa atau merkuri. Ikan di sana ternyata mengandung merkuri akibat pembuangan limbah merkuri ke laut. Penelitian berlanjut dan akhirnya ditemukan bahwa sumber merkuri berasal dar pabrik batu batere Chisso dalam jumlah yang sangat besar (200 – 600 ton Hg dari tahun 1932). Akhirnya pabrik tersebut ditutup dan harus membayar kerugian kepada penduduk Minamata kurang lebih dari 26,6 juta dolar AS.

Air raksa atau merkuri masih sering digunakan sebagai katoda pada proses elektrolisis untuk menghasilkan soda api atau khlor. Juga untuk pembuatan lampu merkuri, pelapis kaca, bahan pembuatan batere dan alat listrik lainnya. Selain itu, merkuri atau air raksa masih sering digunakan untuk alat pengukur suhu atau termometer dan alat pengukur tekanan darah atau sphygmomanometer.  Air raksa digunakan sebagai pengisi termometer karena sifatnya yang tidak membasahi dinding kaca, peka terhadap perubahan temperatur, permukaannya yang membentuk meniskus cembung, dan warnanya yang gelap mengkilat memudahkan pembacaan. Penggunaan termometer dan sphygmomanometer digital yang tanpa merkuri, sangat dianjurkan, meskipun sedikit lebih mahal.

Merkuri juga sering diolah menjadi thimerosal sebagai antiseptik dalam berbagai produk, salah satunya maskara dan vaksin. Thimerosal atau thiomersal adalah derivate organo mercury dari ethylmercury yang pertama kali dipergunakan oleh perusahaan farmasi Eli Lily pembuat vaksin di Eropa pada tahun 1930an, dan semenjak itu zat ini telah banyak dipergunakan sebagai preservative dalam berbagai macam vaksin hingga saat ini. Tujuan pemakaian thimerosal adalah untuk mencegah pertumbuhan bakteri ataupun jamur pathogen yang barbahaya, bila vaksin tersebut telah mengalami pencemaran atau kontaminasi, misalnya sewaktu dalam proses pembuatan vaksin, pemakaian vaksin sewaktu dilakukan vaksinasi, maupun dalam tahap penyimpanan bahan baku vaksin. Thimerosal yang terkandung dalam vaksin sebenarnya sudah memenuhi persyaratan sebagai bahan preservative oleh United States Pharmacopeia (2004), yaitu pada konsentrasi 0,001 % (1 bagian dalam 100,000) hingga 0,01 % (1 bagian dalam 10,000), efektif membersihkan 'broad spectrum microorganism yang pathogen'. Vaksin yang mengandung 0,01% preservative thimerosal mengandung 50ug thimerosal per 0.5 ml dosis atau sekitar 25 ug mercuri per 0,5 ml dosis. Sebenarnya bentuk racun dari merkuri yang paling umum ditemukan adalah dimetil merkuri dan metil merkuri yang bersifat neurotoksin, bukan ethylmercury pada thimerosal.

Selain itu, merkuri juga masih digunakan dalam penambalan gigi berlobang atau caries dentis dengan amalgam. Metal Inlay merupakan pengganti tambalan gigi amalgam, yang berbahan dasar logam dan sudah cukup sering digunakan. Selain campuran logam, Metal Inlay dapat juga berbahan dasar emas, campuran antara platinum dengan silver yang menghasilkan warna silver, dan juga copper yang menghasilkan warna kuning. Campuran yang digunakan untuk logam tersebut adalah nickel chromium alloys, cobalt chromium alloys, titanium dan titanium alloys.

Penggunaan merkuri terbanyak adalah pada penambangan emas skala rakyat dan kecil. Meskipun merkuri pada prinsipnya ada di udara dan beberapa bahan yang ada di sekitar kita, akan tetapi sumber terbesar (37%) merkuri berasal dari limbah Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) ilegal, misalnya di Poboya Sulawesi Tengah, Gunung Botak di Pulau Buru, Cisitu dan Cibeber di Lebak Banten, Bombana di Sulawesi Tenggara dsb. Pada kasus di Minamata dan 4 daerah di sekitarnya (Kumamoto, Tottori, Wakayama dan Chiba), kadar konsentrasi merkuri rata-rata sebesar 2,55 mikrogram/gram pada laki-laki dan 1,43 mikrogram/gram pada perempuan. Sedangkan pencemaran merkuri akibat penambangan illegal, contoh di P. Buru (Desa Gunung Botak, Namlea Maluku), kandungan Hg di air seni rakyat di seputar area penambangan (Desa Debowae) antara 10,5 mikrogram/liter – 127 mikrogram/liter. Artinya di satu lokasi tambang emas ilegal saja, kadar pencemaran Hg-nya sangat tinggi, karena acuan standarnya hanya 9 mikrogram/liter. Penegakan hukum pidana dan lingkungan di PESK ilegal, tentu sangat berpengaruh dalam penghentian pencemaran merkuri yang sangat berbahaya.

Sesuai Konvensi Minamata, sejak 18 Agustus 2017 kita semua harus bersatu demi kesehatan manusia dan lingkungan, dengan mengakhiri penggunaan merkuri atau "Make Mercury History". Tindakan global untuk mencagah penyakit Minamata karena keracunan merkuri, tidaklah mudah dilaksanakan, karena harus melibatkan berbagai sektor. Sudahkah kita terlibat bertindak?

Sekian

Yogyakarta, 29 Agustus 2017

*) Sekretaris IDI Wilayah DIY, dokter spesialis anak di RS Siloam @ LippoPlaza dan RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, pengajar di FK UKDW Yogyakarta

Ikuti tulisan menarik FX Wikan Indrarto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu