x

Iklan

Sandyawan Sumardi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mobilisasi ~ Sandyawan Sumardi

Mobilisasi dikenakan terhadap warga negara, sumber daya alam, serta sarana prasarana nasional yang dimiliki negara, swasta, dan perseorangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

I. Sandyawan Sumardi

Pengalaman Jenaka

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Empat hari lalu, melalui whatsaap, seorang perwakilan mahasiswa FISIP-UI yang sudah sepakat akan mengundang saya untuk menjadi pembicara di kampusnya, bertanya pada saya:

"Selamat sore, Pak Sandy.

Bagaimana terkait dengan mekanisme mobilisasi yang ditawarkan oleh pihak panitia?

Apakah bapak setuju? Terimakasih:)

Waduh, selintas bingung juga saya: apa yang dimaksud dengan "mobilisasi" mbak mahasiswa ini?

Meski terasa lucu, setelah tanya sedikit sana-sini, akhirnya saya faham juga. Ternyata yang dimaksud dengan "mekanisme mobilisasi" dalam konteks ini adalah bagaimana mekanisme penjemputan saya menggunakan kendaraan mobil yang ditawarkan panitia. He he..!

Nuansa kelucuan arti kata "mobilisasi" ini makin terasa karena selanjutnya ternyata saya tidak bisa memenuhi undangan mahasiswa FISIP-UI itu, berhubung mendadak saya harus masuk rumah sakit, saya harus operasi usus buntu Rabu, 11 Oktober 2017.

Nah, hari ini, Jumat 13 Oktober 2017, saya sudah boleh pulang. Ternyata saat menjadi pasien di rumah sakit, saya ketemu lagi dengan istilah "mobilisasi". Hanya dalam konteks yang berbeda. Konteks kesehatan. Sederhananya mobilisasi adalah latihan aktivitas mandiri pasca operasi. Ya berobat jalanlah.

Mobilisasi Massa

Namun bagaimanapun saya mengapresiasi kepolosan para mahasiswa "jaman now" yang kebanyakan sepertinya belum juga terpengaruh "trend" senior-senior mereka, aktivis mahasiswa di era 90-an yang mengklaim diri sebagai yang paling berjasa dalam "mobilisasi gerakan massa" dalam reformasi 1998 Indonesia. Meskipun pada umumnya, atau kebanyakan dari mereka, sebenarnya tak lebih hanyalah sebagai peledak gelembungan kasus, ya seperti "free riders" mereka itu, dan bukan fasilitator pemberdaya yang sejati, yang benar-benar punya basis massa,  yang belajar berproses di tengah komunitas-komunitas petani, buruh, nelayan, pekerja tambang, warga kampung urban.

Untuk mengecek kebenaran konstatasi ini bisa kita saksikan situasi akhir-akhir ini. Betapa begitu banyak para politisi partai politik dan pejabat birokasi kita dewasa ini, yang selama ini paling bangga mengagungkan diri sebagai mantan aktivis mahasiswa pejuang utama reformasi, de facto hanyalah mementingkan kekuasaan jabatannya belaka, bahkan meskipun itu ditopang dengan "money politics" atau uang korupsi berjamaah sekalipun (misalnya E-KTP) dan pencitraan tipu-tipuan para buzzer politik yang sekarang kian marak dalam setiap Pilkada dan Pilpres di negeri ini.

Bahkan tak sedikit dari mereka yang dewasa ini menjadi arsitek mobilisasi massa yang menggeruduk, menyerang gerakan-gerakan pro-hak asasi dan pro-demokrasi yang sedang bekerja di dataran rendah kaum korban.

Yang menyedihkan, ternyata begitu banyak para politisi muda yang banyak omongnya dan namanya sekarang moncer di panggung politik ini, di hadapan orang-orang tua yang kuat yang sudah punya posisi, yang menjadi tuan dan nyonya besar mereka, misalnya seperti Setya Novanto, Budi Gunawan, Megawati, Prabowo, Jokowi, ternyata mereka begitu inferior. Mereka hanyalah alat penguat tiang pancang belaka. Tak lebih. Apalagi di hadapan para baron kampiun kartel-kartel ekonomi negeri ini. Aksentuasi dan decak suara mereka yang mereka banggakan ketika mereka masih sangat muda di era 1998, sepertinya menjadi lunglai dan linglung. Lihatlah bagaimana banyak di antara mereka yang tak malu kini seperti badut-badut pongah di Senayan saat berusaha menghabisi lembaga anti-rasuah KPK. Karena apa, demi apa dan siapa? Ya agar tuan-tuan besar mereka semakin menjadi "the untouchables".

Mereka dapat dikatakan bukanlah para politisi yang faham politik substansial, politik kehidupan yang mengurusi perikehidupan sehari-hari warga masyarakat sederhana, seperti naik-turunnya harga kebutuhan pokok, hak atas tanah, air, ruang, tempat tinggal, tempat usaha, akses untuk pengembangan koperasi usaha petani dan nelayan, masalah kesehatan ibu dan anak, dlsb.

Tak sadarkah mereka, kalau para petani, buruh, nelayan, pekerja tambang, warga kampung urban, para mahasiswa, akademisi, praktisi dan kaum muda masih jernih nuraninya saya yakin sedang terus mengawasi dan mengikuti gerak-tingkah mereka. Siap menghukum mereka!

Merenda Mimpi

Ah, saya jadi tertarik dengan rumusan tentang mobilisasi di wikipedia: "Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah dibina dan dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan negara untuk digunakan secara tepat, terpadu, dan terarah bagi penanggulangan setiap ancaman, baik dari dalam maupun dari luar negeri.  

Mobilisasi dikenakan terhadap warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana prasarana nasional yang dimiliki negara, swasta, dan perseorangan termasuk personel yang mengawakinya."

Saya bermimpi, suatu saat, akan muncul di negeri ini orang-orang muda berkarakter, cerdas, jujur, bersahaja, rendah hati dan punya nafas panjang untuk berjuang, semacam mbak Gunarti, petani pejuang pegunungan Kendeng, Febri Diansyah, Juru bicara KPK sekarang, Najwa Shihab, anchor televisi yang tajam berkarakter,  Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Dekan Fakultas Fisafat UGM, akademisi muda yang cemerlang, dll.,  yang akan  memobilisasi massa petani, buruh, nelayan, pekerja tambang, warga kampung urban, akademisi, praktisi, mahasiswa dan kaum muda di negeri ini, untuk merebut kembali "kemanusiaan yang adil dan beradab yang tengah teramcam diberangus keserakahan kekuasaan politik-ekonomi di negeri ini..!

Mungkin anda punya kegelisahan dan pemikiran spontan liar serupa ini? Apa mimpi anda?

Jakarta, 13 Oktober 2017

Ikuti tulisan menarik Sandyawan Sumardi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu