x

Iklan

SYAHIRUL ALIM

Menulis, Mengajar dan Mengaji
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

La Nyalla ditengah Gempuran Politik Muslim 'Tradisionalis'

Bagi saya, La Nyalla ibarat sosok yang dalam pergumulan kontestasi politik, berada ditengah-tengah arus kuat kelompok Islam tradisionalis

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur yang secara serentak digelar pada 2018, kemungkinan besar akan diikuti oleh tiga kontestan: Khofifah Indar Parawansa, Syaifullah Yusuf, dan La Nyalla Mahmud Matalliti. Kedua kontestan yang disebut diawal merupakan kader NU yang didukung oleh warga muslim “tradisionalis” dengan akar pesantren dan ke-NU-an yang cukup kuat. Sedangkan yang terakhir, salah satu tokoh di Jatim yang cukup populer, karena berbagai aktivitas sosialnya, baik dalam bidang bisnis maupun olah raga. Munculnya nama La Nyalla tidak begitu mengejutkan, karena memang nama dirinya sudah beredar di pusaran kontestan politik Pilkada Jatim, walaupun belum secara tegas siapa parpol pengusungnya.

Bagi saya, La Nyalla ibarat sosok yang dalam pergumulan kontestasi politik, berada ditengah-tengah arus kuat kelompok Islam tradisionalis yang seringkali dinisbahkan kepada warga nahdliyyin yang masih kuat memegang teguh tradisi pesantren. Terlebih bahwa para parpol pengusung La Nyalla, cenderung dekat dengan kalangan muslim modernis, seperti PKS, PAN dan juga Gerindra. Memang sulit nampaknya, menyatukan ideologi politik antara kelompok tradisionalis dan modernis, ibarat mencampurkan minyak kedalam air. Hal ini bisa dibuktikan, dalam beberapa fenomena politik terkait dukungan pada ajang kontestasi, kedua model masyarakat ini cenderung jarang berkoalisi dalam membangun kekuatan politik. Di Pilgub Jabar juga demikian, PAN, PKS dan Gerindra masih kebingungan menentukan pilihan, bahkan berencana akan membentuk “poros baru” yang pada akhirnya menentukan sendiri kontestan politiknya.

Melihat peta politik di Pilgub Jatim yang sangat kental nuansa NU-sentris, beberapa parpol yang memiliki “kedekatan” dengan kalangan muslim modernis, justru enggan melebur menjadi bagian dari parpol pendukung muslim tradisionalis. Memperkenalkan La Nyalla saja harus dilakukan di sebuah pesantren modern, Al-Ishlah, Bondowoso dan dihadiri oleh berbagai kalangan yang juga representasi muslim modernis. Paling tidak, ungkapan La Nyalla sendiri yang sudah mengantongi restu dari Prabowo dan Amien Rais, menguatkan asumsi bahwa kalangan muslim modernis telah secara bulat mendukung pencalonan La Nyalla di Pilgub Jatim 2018.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi saya, perjuangan La Nyalla rasanya cukup berat ketika menjadi cagub yang diusung “poros baru” Gerindra, PAN, dan PKS. Hal ini dikarenakan, sebaran persentasi kekuatan parpol yang tidak begitu signifikan (Gerindra 13; PAN 7; dan PKS 6 kursi) yang walaupun bersepakat melakukan koalisi, tetap akan mendapatkan “perlawanan” cukup kuat dari warga nahdliyyin yang menjadi basis utama masyarakat Jatim. Terlebih jika melihat pada karakteristik NU yang lebih condong mendekat ke kalangan nasionalis dibanding muslim modernis, akan menambah berat saja perjuangan La Nyalla dalam memenangkan Pilgub Jatim mendatang. Saya kira, isu-isu soal tradisionalisme Islam yang mengusung citra Islam Nusantara akan mampu menumbangkan isu-isu soal “puritanisme Islam” yang sejauh ini diusung kelompok muslim modernis.

Saya kira, kehadiran La Nyalla ditengah gempuran kelompok “muslim tradisionalis” di ajang kontestasi politik Jatim 2018 menjadi hal yang cukup menarik. Sebagaimana diketahui, bahwa Khofifah dan Syaifullah Yusuf merupakan dua kader NU yang sama-sama membawa gerbong warga nahdliyyin, dan sama-sama mengangkat tema-tema politik yang berkait dengan Islam tradisional: percaya pada kekuatan dukungan kharismatis para kiai dan pesantren. Keduanya berebut pengaruh diantara para kiai dan pesantren yang menjadi lambang kekuatan politik muslim tradisionalis. La Nyalla sudah memetakan kekuatan politiknya sendiri, melalui pesantren berlatarbelakang modern, para aktivis keagamaan, pengusaha muslim dan dukungan dari parpol yang memiliki kedekatan dengan kalangan Islam modernis.

Walaupun bagi saya, kategorisasi “tradisionalis-modernis” yang sejauh ini hampir tidak bisa lagi disematkan dalam mengukur dan memotret akurasi keberadaan kelompok umat muslim, namun paling tidak, isu-isu ini dapat dimanfaatkan kembali sebagai “kosmetik politik” bagi siapapun yang akan bertarung di ajang kontestasi, khususnya di Jatim. Perebutan pengaruh dan dukungan dari para kiai dengan latar belakang ke-NU-an atau diluar NU tetap masih tetap dipergunakan para kontestan jika ingin memperoleh kemenangan di Pilgub Jatim. Melihat dari tiga kontestan yang ada, tidak berlebihan sekiranya disebut bahwa terdapat ajang perebutan pengaruh politik antara mereka yang menjadi representasi kalangan tradisionalis dan modernis Islam. Pada kenyataannya, La Nyalla yang diusung tiga kekuatan parpol, tampak sekali kemana arah kecenderungan parpol pengusungnya.

Sulit untuk tidak mengatakan, bahwa parpol pada akhirnya kehilangan ideologi rasionalitas politiknya dan lebih memilih jalan tradisional, melalui pendekatan-pendekatan politik berdasarkan kesamaan ideologis, bukan kesamaan platform maupun program kerja. Padahal, tanpa melihat pada kesamaan ideologis, parpol yang memiliki basis keagamaan—baik itu yang bersifat tradisionalis maupun modernis—dapat saja melakukan koalisi mengusung salah satu kandidat yang memiliki pengalaman dan track record yang baik dalam masalah kepolitikan. Tetapi, karena atas dasar perbedaan “ideologis” beberapa parpol sepertinya enggan melakukan koalisi dan lebih memilih membuat “poros baru” meskipun tak mengusung kadernya sendiri. Jadi, tinggal kita tunggu bagaimana La Nyalla mampu membuat terobosan di tengah dominasi politik kelompok “muslim tradisionalis” karena dirinya benar-benar berada dalam lingkaran kekuatan politik kelompok “muslim modernis”.  

Ikuti tulisan menarik SYAHIRUL ALIM lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler