x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Digitalisasi Gagasan Chomsky

MIT memulai proyek digitalisasi tulisan-tulisan Noam Chomsky.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sebagai linguis, mungkin saja Anda tidak setuju dengan pikiran-pikiran Noam Chomsky, tapi ia tetap layak diakui telah membuat terobosan penting dalam kajian mengenai bahasa. Chomsky, dengan argumennya yang khas, menyingkapkan cakrawala di balik bahasa—ia membuat perbedaan dalam memahami bahasa lebih dari sekedar masalah tata bahasa, kosakata, ataupun susunan paragraf. Gagasan khasnya inilah yang mendorong Chomsky bersama sahabatnya, Morris Halle, mendirikan Departemen Linguistik Modern di Massachusetts Institute of Technology, tempat ia mengajar hingga pensiun.

Pandangan Chomsky tentang bahasa sudah menarik perhatian publik, bahkan sebelum ia bergabung dengan MIT. Tulisannya, The Journal of Symbolic Logic: Systems of Syntactic Analysis, terbit pada September 1953, dua tahun sebelum ia mengajar di kampus perguruan ini. Sebagai kajian mengenai gramatika, karya ini dianggap tranformatif. Pemahamannya mengenai bahasa ini agaknya menjadi titik tolak bagi Chomsky dalam memahami apa yang terjadi di dunia, kekuasaan dan politik khususnya.

Sebagian orang mengritik pemikiran Chomsky, tapi tak mampu mengelak untuk mengakui integritasnya sebagai akademisi. Ia mewakili sosok akademisi yang terlibat dalam persoalan masyarakatnya, bahkan masyarakat global—termasuk isu Timor Timur. Chomsky tidak punya beban apapun untuk mengungkapkan pandangannya mengenai berbagai isu, termasuk isu-isu politik yang terkait negerinya, AS. Ia berbicara lantang menentang Perang Vietnam pada tahun 1960an, ia juga berbicara ihwal imperialisme ekonomi, ia menyingkapkan apa yang tersembunyi dalam praktik media massa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bersama Edward S. Herman, Chomsky menulis karya yang dibaca luas dan terbit pada 1988, Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media. Karya ini merupakan pengembangan dari pembicaraannya di Rutgers University empat tahun sebelumnya. Dua dekade sebelumnya, sebagai ‘aktivis’, Chomsky menuangkan sikapnya yang antiperang dalam buletin yang diterbitkan organisasi yang turut ia dirikan pada 1960an. Penerbitan buletin RESIST ini diawali dengan publikasi tulisan A Call to Resist Illegitimate Authority, semacam seruan protes terhadap Perang Vietnam yang menyeret ribuan anak muda Amerika ke kancah perang yang buas di Vietnam Selatan.

Di masa pensiunnya, Chomsky menghibahkan tulisan-tulisan yang ia buat sepanjang kariernya, sebagai linguis maupun sebagai aktivis politik, kepada almamaternya. Pada 2012, ia menyerahkan 260 kotak berisi arsip tulisannya ke MIT Libraries Institute Archives. Dan, menariknya, baru-baru ini perpustakaan MIT mulai mengunggah tulisan-tulisan Chomsky itu ke situs MIT Libraries: unBox the Chomsky Archive. Saat ini, situs baru menampilkan semacam slide show pratinjau mengenai isi arsip (https://libraries.mit.edu/chomsky/slideshow/#active=0&slide=a0).

Saya mendapati banyak material yang belum pernah saya temukan, seperti seruan menentang Perang Vietnam tadi: A Call to Resist Illegitimate Authority dan esai Chomsky di The New York Review of Books edisi 23 Februari 1967, The Responsibility of Intellectuals. Esai kedua ini mendiskusikan mengenai peran intelektual dalam isu Perang Vietnam. Bagi yang sudah membaca The Manufacturing Consent, barangkali tertarik pada beberapa versi draft karya ini. Bila proyek digitalisasi ini telah memasuki tahap unggah konten, arsip ini akan menjadi sumber yang kaya untuk memelajari bahasa sebagai sumber kekuatan. (Foto: Noam Chomsky di masa awal karir akademisnya di MIT/sumber MIT Archive) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler